MEMBACA SASTRA: Menyimpulkan Makna Simbol dalam Cerpen Dan Fabel
D. Menyimpulkan Makna Simbol dalam Cerpen Dan Fabel
Ringkasan Materi
Simbol merupakan sebuah objek yang berfungsi sebagai sarana untuk mempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak, misalnya burung merpati sebagai simbol kedamaian. Kata yang semakna dengan kata „simbol‟ adalah „lambang‟. Menyimpulkan makna simbol berarti memberikan makna/arti pada kata/kelompok kata yang melambangkan suatu hal sesuai dengan isi cerita. Untuk menyimpulkan makna simbol ini, harus memperhatikan konteksnya, yaitu isi cerita secara utuh.
Contoh Soal dan Pembahasan
1. Bacalah kutipan cerpen beikut!
Ayah mengamati aku dari atas bawah. Ia berdiri dan menjangkau tangan kananku. Katanya: “Untuk apa bunga ini, heh.” Aku tidak tahu karena apa, telah mencintai bunga di tanganku ini.
Ayah meraih. Merenggutnya dari tanganku. Kulihat bungkah otot tangan ayah menggenggam bunga kecil-kecil itu. Aku menahan untuk tidak berteriak.
“Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi engkau laki-laki.” Ayah melemparkan bunga itu. Aku menjerit. Ayah pergi. Ibu masih berdiri. Aku membungkuk, mengambil bunga itu, membawanya ke kamar.
Dikutip dari: Kuntowijaya, Dilarang Mencintai Bunga-bunga, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1996.
Makna simbol bunga dalam kutipan cerpen tersebut adalah…
A. Bunga melambangkan keindahan sehingga tidak boleh dipetik.
B. Bunga melambangkan kesucian hanya boleh dipandang.
C. Bunga melambangkan kelembutan sehingga identik dengan perempuan.
D. Bunga melambang kemurnian yang harus dilindungi.
Kunci: C
Pembahasan: perhatikan kalimat yang menyatakan bahwa laki-laki tidak perlu bunga, hanya perempuan yang pantas membawa bunga. Oleh karena itu, bunga identik dengan perempuan yang memiliki hati lembut.
2. Bacalah kutipan fabel berikut!
Para penghuni rimba merasa kurang senang. Keangkuhan si merak semakin menjadi-jadi. Setiap berjumpa penghuni rimba lainnya, merak selalu memamerkan bulu-bulunya itu.
“Siapa yang bisa menandingi keelokan diriku?” kata merak berulang kali tanpa bosan-bosan. Tentu saja teman-temannya kian jengkel kepada si merak. “Ah, aku ada akal untuk menyadarkan si merak,” pikir kancil suatu hari. Lantas kancil membisiki beberapa teman lain. Di antaranya kijang, kelinci, dan tupai.
Pagi itu merak kembali pamer kepada teman-temannya. Jalannya dibuat miring-miring agar bagian bulunya dapat dilihat siapa saja.
Dikutip dari: Imam Musbiki, Merak yang Angkuh, dalam Si Kodok dalam Tempayan, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2005.
Makna simbol bulu pada kutipan fabel tersebut adalah….
A. kekayaan
B. keindahan
C. kebaikan
D. kesombongan
Kunci: B
Pembahasan: Bulu-bulu merak sangat indah. Oleh karena itu, dalam cerita tersebut bulu dijadikan simbol keindahan.
Latihan Soal
1. Bacalah kutipan cerpen berikut!
Dalam serombongan itu ada Didi. Melihat teman-teman sudah siap pasang kuda-kuda akan menyerang kedua anak perempuan Tata dan Lala. Didi dengan memberanikan diri maju ke depan. Ke hadapan teman-temannya.
“Jangan! Jangan memukuli mereka. Mereka anak perempuan. Mengapa kalian mau memukuli anak perempuan?” seru Didi penuh percaya diri.
Sumber: Aku Anak Baik. Vitriya Mardiyati, dkk. Goresan Pena. Kuningan. 2019.
Makna kata pasang kuda-kuda pada kutipan cerpen tersebut adalah….
A. memasang kuda pacuan
B. sikap memasang kuda pacuan
C. sikap siaga menerima serangan
D. berpasangan bermain kuda-kuda
2. Bacalah kutipan fabel berikut!
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa waktu seminggu yang dijanjikan oleh tikus telah tiba. Tidak ada hujan tidak ada angin, ular sudah ada dihadapannya menagih janji. Ular datang dengan desisan yang keras membuat tikus ciut nyalinya.
“Hai, tikus! Aku datang ke sini untuk menagi janji. Hari ini aku akan memangsamu,” gertak ular.
Sumber: Aku Anak Baik. Vitriya Mardiyati, dkk. Goresan Pena. Kuningan. 2019
Makna tidak ada hujan tidak ada angin pada kutipan fabel tersebut adalah….
A. sementara
B. namun
C. diam-diam
D. tiba-tiba
Baca Juga
Artikel Menarik Lainnya