Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Skripsi : Hubungan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTS Negeri Geneng Kecamatan Gerih Tahun Pelajaran 2012/2013




HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII
MTs NEGERI GENENG KECAMATAN GERIH
TAHUN PELAJARAN 2012/2013



SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Sebagai Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)

Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam




OLEH :

YULI LASTA DEWI

NIM : 2009.520.101.1.141
NIM : 2009.4.052.0001.1.02114



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH
TEMPURREJO – NGAWI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2013

PERNYATAAN KEASLIAN



Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama               : YULI LASTA DEWI
NIM                : 2009.520.101.1.141
NIMKO          : 2009.4.520.0001.1.02114
Mahasiswa      : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah
                          Tempurrejo – Ngawi
           

            Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika ternyata dikemudian hari skripsi ini terbukti bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia mendapat sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Terpurrejo-Ngawi.


                                                            Mantingan  4 Juli 2013
                                                            Saya yang menyatakan
                                                                       

                                                                 (Yuli lasta dewi)






NOTA DINAS
Lamp   : 4 Examplar
Hal      : Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Bapak Ketua Sekolah Tinggi
         Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah
         Tempurejo – Ngawi
         Di Mantingan


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan serta memberi arahan, maka selaku pembimbing kami sampaikan bahwa skripsi saudara :
Nama                  : 
NIM/NIMKO    : 
Judul                  : HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG KECAMATAN GERIH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Dapat diajukan dalam sidang munaqosah untuk melengkapi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Tempurejo – Ngawi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                     Mantingan, 2 juli 2013
Pembimbing I                                                         Pembimbing II




 (Dr. H. A. Jalil Juriemy, M.Pd)                             ( Drs. Irfan Budi K. MA)

PERNYATAAN SIDANG MUNAQOSAH

            Skripsi ini telah di ujikan dalam sidang munaqosah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Tempurrejo – Ngawi pada :

Hari                 :
Tanggal           :

Sesuai hasil musyawarah dalam sidang munaqosah dinyatakan LULUS/TIDAK LULUS dengan perbaikan atau revisi dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.


                                         Mengesahkan :
                                      Sidang Munaqosah


Ketua/Pembimbing I                                    Sekretaris/Pembimbing II




  Dr. H. A. Jalil Juriemy, M.Pd                                Drs. Irfan Budi K. MA




            Penguji I                                                                      Penguji II





 (Drs.H.A.S Duryat MA)                                        (Drs.Arif Sulistyo Hadi M.Ag)                                                  


LEMBAR PENGESAHAN
     Skripsi ini telah diujikan dalam sidang munaqosah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Tempurrejo – Ngawi pada :
                        Hari                 :  minggu
                        Tanggal           :  7  juli 2013

            Telah dilakukan revisi (perbaikan) maka dinyatakan lulus dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Ilmu Tarbiyah Naskah skripsi diserahkan pada :
                        Hari                 :
                        Tanggal           :

            Pembimbing I                                                              Pembimbing II


(Dr.H.A. Jalil Jureimy, M.Pd)                                        (Drs.Irfan Budi K. MA)

               Penguji I                                                                       Penguji II


  (Drs.H.A.S Duryat MA)                                         (Drs.Arif Sulistyo Hadi M.Ag)


Mengesahkan
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah
Tempurrejo – Ngawi
Ketua





Drs. H. MASJKUR, M.Pd.I
NBM : 662997


ABSTRAK


Hubungan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Tahun Pelajaran 2012/2013. Yuli Lasta Dewi. NIMKO: 2009.4.052.0001.1.02114. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Kata Kunci:
Profesionalisme Guru , Motivasi Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profesionalisme guru PAI dan motivasi belajar siswa serta hubungan profesionalisme guru pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subyek penelitian guru dan siswa. Pemilihan MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi sebagai tempat penelitian didasarkan pada pentingnya profesionalisme guru Pendidikan agama Islam sebagai motivasi terhadap anak didik untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunkan analisis rumus prosentase untuk mengetahui profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dan motivasi belajar siswa kelas VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Tahun Pelajaran 2012/2013 dan rumus product moment untuk mengetahui hubungan profesionalisme guru pendidikan agama islam dengan motivasi belajar siswa kelas VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Tahun Pelajaran 2012/2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profesionalisme guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar siswa Kelas VII di MTs Negeri Geneng Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Hal tersebut terlihat pada hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis. Berdasar analisis data diperoleh nilai rxy = 0,458, sedangkan r tabel untuk N = 40 pada taraf signifikan 5% adalah 0,312 dan r tabel untuk N = 40 pada taraf signifikan 1% adalah 0,403.   Dengan demikian r hitung > r tabel yaitu 0,458  > 0,312 untuk taraf signifikan 5% dan 0,458 > 0,403 pada taraf signifikan 1% untuk N = 40. Sehingga hipotesis yang diajukan diterima yang berarti Ada Hubungan Positif Antara Profesionalisme guru PAI Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Negeri Geneng Kec. Gerih  Tahun Pelajaran 2012 / 2013.




KATA PENGANTAR


Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang atas limpahan Rahmat, Hidayah serta Ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul“Hubungan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam di STIT Muhammadiyah Tempurrejo, Mantingan.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1.      Bapak Drs. H. Masjkur selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Tempurejo Ngawi.
2.      Bapak Drs. H. Jalil Juriemy, M.Pd dan Bapak Drs. Irfan Budi K. MA dengan segala kesabaran dan ketelitian beliau dalam memberikan Bimbingan serta saran – saran, dalam penulisan skripsi ini.
3.      Semua Dosen – Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Tempurejo Ngawi yang telah memberikan bekal ilmu bagi penulis selama menjadi mahasiswa.
4.      Kepala MTs Negeri Geneng dan beserta Staf.
5.      Keluarga tercinta yang tiada putus – putusnya berdoa dan memberi dorongan demi keberhasilan penulis.
6.      Teman – teman dan semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Kepadanya penulis berdoa, semoga Allah SWT membalasnya dengan memberi pahala yang setimpal dengan jasa – jasa yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis memanjatkan do’a dan harapan, semoga hasil dari penelitian ini selain bisa memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Tempurejo Ngawi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.


Mantingan, 4 juli 2013
                Penulis



MOTTO
1. Q.S Al-Hasyr : 7
                        فَانْتَهُوا عَنْهُ نَهَاكُمْ وَمَا
Artinya :
 Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka laksanakanlah. Dan apa

2. Cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan          
     Menciptakanya (Peter Drucker).
3. Q.S Yusuf :87


يَا بَنِيَّ اذْهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلاَ تَيْأَسُواْ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Artinya :

Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan
saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir".[2]
  
PERSEMBAHAN


KuPersembahkan Skripsi ini dengan sepenuh cinta karena Allah kepada :

1.        Kedua Orang tua serta adikku yang kusayangi yang selalu menjadi sumber inspirasiku
2.        Almamaterku  STIT   Muhammadiyah Tempurrejo
3.        Keluarga besar MTsN  Geneng yang sudah menjadi motivasiku
4.        Semua teman-teman di STIT  Muhammadiyah  Tempurrejo
Khususnya kelas  VIII  B

Semoga karya ini dapat menjadi pemicu dalam mengukir berjuta prestasi yang diridhoinya, Amin.



DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Skripsi................................................................................. ii
Nota Dinas........................................................................................................... iii
Pernyataan Sidang Munaqosah............................................................................ iv
Lembar Pengesahan............................................................................................. v
Abstraks............................................................................................................... vi
Kata Pengantar.................................................................................................... vii
Lembar Motto...................................................................................................... ix
Persembahan........................................................................................................ x
Daftar Isi.............................................................................................................. xi
Daftar Tabel..........................................................................................................xiii
Daftar Lampiran....................................................................................................xv

BAB I      PENDAHULUAN............................................................................. 1   
A.    Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................... 4
C.     Pembatasan Masalah..................................................................... 5
D.    Kegunaan  Penelitian..................................................................... 6
E.      Penelitian Terdahulu..................................................................... 7
F.       Hipotesis.........................................................................................8
G.    Sistematika Pembahasan............................................................... 8
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10
A.    Deskripsi Teoritis............................................................................10
     1.   Profesionalisme Guru PAI....................................................... 10
                            a.   Pengertian Profesionalisme Guru....................................... 11
                            b.   Syarat – Syarat Guru Profesional...................................... 13
      c.   Profesionalisme Guru PAI................................................. 16
                      2.   Motivasi Belajar....................................................................... 24 
       a.   Pengertian Motivasi Belajar.............................................. 25
       b.   Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.... 26
       c.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar...27
                             d.    Ciri – Ciri Motivasi Belajar.............................................. 34
                             e.    Jenis dan Fungsi Motivasi................................................ 35
     3.  Hubungan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dan 
          Motivasi Belajar Siswa...............................................................39
B.   Kerangka Berfikir...........................................................................42
C.   Rumusan Hipotesis.........................................................................43  
BAB III   METODE PENELITIAN................................................................... 44
A.    Tempat Dan Waktu  Penelitian .......................................................44
B.     Bentuk Dan Strategi Penelitian........................................................44
C.     Sumber Data....................................................................................45
D.    Populasi Dan Tehnik Sampling..................................................... .45
E.     Tehnik Pengumpulan Data..............................................................48
F.       Validitas dan Reliabilitas ............................................................ .49
G.    Tehnik Analisa Data...................................................................... 51
BAB IV   HASIL PENELITIAN....................................................................... 55
A.    Deskripsi Situasi Dan Kondisi Tempat Penelitian......................... 55
1.      Sejarah Singkat MTs Negeri Geneng...................................... 55
2.      Visi dan Misi, Tujuan MTs Negeri Geneng............................. 56
3.      Kurikulum MTs Negeri Geneng.............................................. 58
4.      Struktur Organisasi MTs Negeri Geneng................................ 65
5.      Sarana dan Prasarana MTs Negeri Geneng............................. 65
B.     Pengujian Hipotesis....................................................................... 66
C.     Pembahasan...................................................................................69
BAB V    PENUTUP.......................................................................................... .85
                 A.   Kesimpulan.................................................................................. .85
                 B.    Saran-saran................................................................................... .86
                 C.    Kata Penutup.................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN





DAFTAR TABEL


                                                                                                                      Hal

Tabel I Data Struktur Kurikulum ...............................................................……..60
Tabel II Data Keadaan Peserta Didik Dalam 4 Tahun Terakhir…….………….62
Tabel IV Jumlah dan Kondisi Ruang MTsN Geneng.......……………….….…..66
Tabel V Nilai Angket profesionalisme…………………………………….…….67
Tabel VI Frekuensi dalam (%) dari jawaban siswa tentang professional guru…68
Tabel VII Nilai angkat tentang motivasi belajar siswa……………………….….68
Tabel VIII Frekuensi dalam (%) dari jawaban siswa tentang motivasi belajar…69
Tabel IX Kerja Uji Validitas……………………………………………………..72
Tabel X Analisis validitas angket........................................................................ ..74
Tabel XI Reliabilitas ganjil.................................................................................. ..75
Tabel XII Reliabilitas genap................................................................................ ..76
Tabel XIII Menghitung reliabilitas...................................................................... ..77
Tabel X IVTes Reliabilitas................................................................................... ..80
Tabel XV Hubungan Profesionalisme dan motivasi belajar................................ ..81





[1] Q.S. Al-Hasyr (59) : 7
[2] Q.S. Yusuf :87



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia terutama sejak Indonesia merdeka terlihat masih terpuruk. Secara umum kualitas sistem pendidikan kita masih belum bisa dibanggakan, sebagaimana disinyalir oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator, pertama, lulusan lembaga pendidikan dasar dan menengah hingga perguruan tinggi belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.
Profesional adalah kondisi, kualitas suatu keahlian kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni : Menuntut adanya keterampilan yang memadai, Menekankan suatu keahlian bidang tertentu yang sesuai dengan bidang profesinya.
 Motivasi adalah daya penggerak yang menjadikan manusia melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian pula halnya siswa yang sedang menjalani aktivitas belajar disekolah, untuk mempelajari suatu ilmu dengan baik dibutuhkan motivasi, sebab motivasi berkaitan dengan semangat dan kegairahan seseorang untuk melakukan sesuatu. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah banyak dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa. Oleh karena itu profesionalisme guru dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar merupakan salah satu faktor  yang menentukan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya.[1]

عن ابى هريرة رضى الله عنه ان رسول الله قال: ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: Dan barang siapa menjalani akan suatu jalan, untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga”. (H.R. Muslim) [2]

Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah, baik negeri maupun swasta mempunyai andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Oleh karena itu perlu adanya perhatian serius agar tujuan pendidikan nasional dapat terealisasi. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman siswa agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran - ajaran Islam.
Ruang lingkup agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajarannya meliputi : ibadah, akhlak, al-Qur’an, muammalah, syari’ah dan tarikh ( Sejarah Islam ).
Tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[3]
Mengingat pentingnya tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah, maka siswa yang sedang melakukan aktivitas belajar, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut memerlukan motivasi yang kuat. Hasil wawancara dengan guru Aqidah Akhlaq kelas VII MTsN Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi bahwa Hubungan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi belajar siswa sangatlah rendah. Hanya 9 guru dari 36 guru di MTsN Geneng  Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi yang Profesional hanya sebesar 25% ke bawah yang perduli dan mau memotivasi murid-muridnya dalam belajar.
 Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan guru dapat memberikan arah bagi kegiatan belajar tersebut sehingga tujuan belajar siswa dapat tercapai.

      Q.S Al-Insyirah : 5
                                                                                             فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
 Artinya :
 “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu  ada kemudahan”[4]

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, Maka dari itu penulis menulis judul “HUBUNGAN PROFESIONALISME  GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG NGAWI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang telah penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yang akan dibahas. Adapun rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana profesionalisme guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi?
2.      Bagaimana motivasi belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi?
3.      Apakah ada Hubungan profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi?

C.    Pembatasan Masalah
           Untuk mendapatkan persepsi yang sama maka penulis memberikan batasan pengertian yang terkait dalam penelitian ini yaitu :
1. Hubungan adalah keterkaitan sesuatu dengan sesuatu yang lain baik   menghasilkan sesuatu yang positif maupun negative.[5] Penelitian ini adalah meneliti dua subjek dan penulis ingin meneliti keterkaitan atau hubungan dua subjek ini.
2. “Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.”[6]
3. Guru PAI, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.[7]
                      Pendidikan  Agama  Islam  adalah  usaha  sadar  dan  terencana dalam menyiapkan  siswa  untuk  mengenal,  memahami,  menghayati  hingga mengimani, ajaran Islam[8]

Jadi yang dimaksud dengan guru PAI di MTsN Geneng ini adalah guru Aqidah Akhlaq yang mana tugasnya adalah mengajar, mendidik, menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, berakhlaq mulia dan mengajarkan agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Hadits.

4. Motivasi Belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.[9] Siswa yang ingin berprestasi harus diraih dengan proses belajar dengan tekun dan rajin, banyak faktor pendorong untuk siswa supaya rajin belajar salah satunya adalah guru, guru profesional pasti bisa memotivasi siswa untuk belajar.

D.    Kegunaan Penelitian
a.    Bagi Penulis
Hasil penelitian ini menjadi salah satu pengalaman penulis yang akan memperluas cakrawala  pendidikan   dan  wawasan  pengetahuan     mengenai
profesionalisme Guru  Pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan membangkitkan motivasi belajar siswa.
b.     Bagi Madrasah
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat berguna bagi madrasah khususnya guru pendidikan agama Islam sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam kaitannya dengan membangkitkan motivasi belajar siswa
c.       Bagi Siswa
Penulis mengharapkan siswa agar lebih semangat belajar khususnya pelajaran agama Islam dengan memotivasi dirinya sendiri untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.


E.     PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti memilih judul Hubungan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Motivasi Belajar Siswa untuk penelitian dikarenakan selain untuk mengetahui bagaimana hubungan profesionalisme guru  dengan peningkatan motivasi belajar siswa, judul penelitian seperti ini telah beberapa kali digunakan oleh para peneliti, Sebagai contoh:

2)      Dewi Saputri dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Profesionalisme Guru Agama Islam Terhadap Motivasi Siswa Kelas VIII MTs Negeri Klaten pada tahun 2011”.[11]
3)      Emi Naziatul Mawaddah dalam skripsinya yang berjudul ”Prosesionalisme Guru Agama Dalam Memotivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Negeri Bantul pada tahun 2010”.[12]
Dalam penelitian skripsi mereka bertiga Profesionalisme Guru Agama Islam sangatlah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini dirasa penting guna meningkatkan kesadaran seorang  guru dalam memotivasi belajar siswanya.

F.     HIPOTESIS
a.  Rumusan Hipotesis
Ho (Hip Nihil)       :  Tidak ada hubungan antara profesionalisme guru Pendidikan 
                                  Agama Islam dengan minat belajar siswa.
Ha                         :   Ada   hubungan   antara  prefesionalisme  guru    Pendidikan
                                  Agama Islam dengan minat belajar siswa.
b.  Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
         Dengan taraf signifikan 5 % jika r hitung  ≥  r tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya jika r hitung  ≤  r tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.   Karena apabila digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitian pun tidak akan valid dan reliable. penelitian yang valid dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable sebagai berikut :
                              Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarna merah sedangkan data yang terkumpul berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.

G.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar skripsi terdiri dari tiga bagian, yaitu;
a.       Bagian Awal, terdiri dari Halaman Sampul depan, sampul dalam, pernyataan keaslian, nota dinas, pernyataan sidang munaqosah, lembar pengesahan, Abstrak, Kata pengantar, motto, persembahan, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.
b.          Bagian Inti, terdiri dari 5 bab, sedangkan dari tiap-tiap bab terdiri dari  beberapa sub bab yaitu :
Bab I Pendahuluan terdiri dari; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Hipotesis, Sistematika pembatasan.
 Bab II Kajian Pustaka terdiri dari; Deskripsi Teoritis, Kerangka Berfikir,   Rumusan Hipotesis
 Bab III metode penelitian tediri dari; Tempat dan Waktu Penelitian, Bentuk dan Strategi penelitian, Sumber Data, Populasi dan Teknik Sampling Data, Teknik Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas, Teknik Analisis Data.
 BAB IV  Hasil Penelitian terdiri dari : Deskripsi Data, Pengujian Hipotesis, Pembahasan.
 BAB V Penutup terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.




[1] Motivasi Belajar, diakses tanggal  09 Mei 2013 dari
http:pgribanjarsari.wordpress.com/2008/08/20/motivasi-belajar
[2] Hadist Riyadus sholihin                                             

[3]Pentingnya Agama Islam, diakses pada tanggal 05 Mei 2013 dari http:suhatman-ate.blogspot.com/2009/01/pentingnya-pendidikan-agama-islam.html
[4] Q.S. Al-Insyirah : 5
 [5]  Pengertian Hubungan, diakses 05 Mei 2013 dari http://www.news.com/skripsi/baru/
 [6]  Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru ( Bandung,2009 ), hal 7
 [7]  Iskandar,  Psikologi Pendidikan ( Jambi : 2009 ), hal 8
 [8]  Pengertian Pendidikan Agama Islam, diakses tanggal 5 Mei 2013 dari http://pengertian  pendidikan 
     agama islam
 [9] Iskandar,  Psikologi Pendidikan (Jambi:  2009) hal 181
[10] Thoha rizal Aziz,”Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam MTsN Sleman”(Skripsi UIN SUKA 2009)
[11] Dewi Saputri,”Pengaruh Profesionalisme Guru Agama Islam Terhadap Motivasi Siswa MTsN klaten “(Skripsi UIN SUKA 2011)
[12] Emi Naziatul Mawaddah “Profesionalisme Guru Agama Dalam memotivasi Belajar siswa MTsN Bantul”(Skripsi UIN SUKA 2010)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORITIS                                          
1. PROFESIONALISME GURU PAI
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, sistem pendidikan harus ditata dan dirancang oleh orang-orang yang ahli dibidangnya yang ditandai dengan profesionalisme sebagai persyaratnya. Guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, serta menjalankan semua tugas-tugasnya secara efektif.
Guru memiliki tiga jenis tugas, yaitu:
 (1) tugas guru dalam bidang profesi
 (2) tugas kemanusiaan
 (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan.
 Pertama, guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Dan hal ini tidak semua orang dapat melakukannya. Dalam tugas ini guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Kedua tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati dan ia harus menjadi idola para siswanya. Ketiga tugas guru dibidang kemasyarakatan, dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara indonesia yang bermoral pancasila.

a. Pengertian Profesionalisme Guru
Membahas tentang Profesionalisme melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesi, profesional, profesionalisasi, dan profesionalitas. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1). ‘’Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap sesuatu pengetahuan khusus.
2). Profesional adalah menuju pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misal dia seorang profesional. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini, profesional dikontraskan dengan non-profesional atau amatir.
3). Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dalam keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaan.
4). Profesionalitas menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.’’[1]
            Sedangkan profesionalisme adalah komitmen  para anggota atau suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.[2]
            Pengertian guru profesional menurut UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa : guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.[3]
            Dari pengertian diatas maka bisa disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi (kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran) dengan keahlian, pengetahuan, ketrampilan dan ketelatenan untuk menciptakan anak didik yang memiliki perilaku sesuai apa yang diharapkan.
            Pengertian profesionalisme guru diatas dilihat dari usaha keras dan keahlian yang dimilikinya mereka wajar mendapatkannya kompensasi yang adil berupa gaji dan tunjangan besar fasilitas yang memadai dibanding pegawai struktural, manakala dilihat dari berat ringan pekerjaannya.Tugas guru sebagai pembimbing, pelatih dan pengajar yang merupakan pekerjaan berat, mereka memeras otak, mental dan fisik untuk mencerdaskan bangsa.
           
b. Syarat-Syarat Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya  kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemauan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru dan lain sebagainya. Demikian profesi seorang dokter, sebagian orang dapat menyebutkan penyakit seseorang melalui pengalamannya dengan cara pengobatan tertentu, akan tetapi dia belum bisa dikatakan dokter, karena dokter akan melakukan terapi dengan menggunakan teori-teori dan pengalaman yang pernah dia lakukan dan dapat diterima secara rasional, mereka mencintai pekerjaannya dan menjaga kode etik kedokteran.
Banyak sekali kita menyaksikan atlit berlaga dilapangan yang menontonkan keahlian dan kemampuan yang dimilikinya, ketrampilan yang dimilikinya tidak begitu menarik terhadap penonton, ketrampilan dan kemampuan belum membuat decak kagum seseorang, maka atlit itu belum dapat digolongkan profesional, atlit profesional adalah atlit yang mampu mempesona dan memukau para penonton. Mereka memperlihatkan kebolehan, keahlian dan kemampuannya melalui keterampilan-keterampilan yang tidak meninggalkan seni raga. Dengan keterampilan, keahlian dan kemampuan yang dipersembahkan tidak membuat orang merasa rugi mengeluarkan uang untuk menontonnya walaupun mempersembahkan dalam ruang terbatas dengan penonton terbatas dan dengan harga tiket yang mengurang keuangan pribadi, namun minat orang cukup tinggi untuk menyaksikan dan itulah yang disebut dengan atlit profesional.
Demikian pula seorang guru profesional dia memiliki keahlian keterampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara : ”Tut wuri handayani, ingga ngarso sung tulodo, ing ngadyo mangun karso” tidak cukup dengan mengusai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Sebagaimana layaknya makna profesional bagi guru umum, maka guru agama pun mestilah seorang profesional. Seperti kesimpulan di atas bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang pendidikan. Kemampuan atau kompotensi mempunyai kaitan yang erat dengan intraksi belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Dimana seseorang guru akan ragu-ragu menyampaikan meteri pelajaran jika tidak dibarengi dengan kompetensi seperti penguasaan bahan, begitu juga dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi akan menimbulkan kebosanan dan mempersulit pemahaman belajar siswa. Dengan demikian profesionalitas seseorang guru sangat mendukung dalam rangka merangsang motivasi belajar siswa dan sekaligus tercapainya interaksi belajar mengajar sebagaimana mestinya.
Proses interaksi belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas timbal balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan ajaran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta mengatasi kesulitaan-kesulitan yang di hadapi oleh siswa. Dengan demikian di dalam interaksi belajar mengajar dalam rangka menimbulkan motivasi belajar siswa, guru bukan hanya saja sebagai pelatih dan pengajar tetapi juaga sebagai pendidik dan pembimbing

Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2001 ; 118), guru professional harus memiliki persyaratan yang meliputi;
1). memiliki bakat sebagai guru
2). Memiliki keahlian sebagai guru
3). Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
4). Memiliki mental yang sehat
5). Berbadan sehat
6). Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
7). Berjiwa pancasila
8). Seorang warga Negara yang baik.[4]
c. Profesionalisme Guru PAI
Kemampuan atau profesionalitas guru (termasuk guru agama) menurut Mohammad Uzer Usman meliputi hal-hal berikut ini:
1). Menguasai landasan kependidikan
- Mengenal tujuan pendidikan nasinal untuk mencapai tujuan
- Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
 -Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat   dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
2). Menguasai bahan pengajaran
-   Mengusai bahan pengajaran kurikulum pendidikan, pendidikan dasar dan menengah
-   Mengusai bahan pengayaan
3). Menyusun program pengajaran
- Menetapkan tujuan pembelajaran
- Memiliki dan mengembangkan bahan pembelajaran
- Memiliki dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
- Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
4). Melaksanakan program pengajaran
- Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
- Mengatur ruangan belajar
- Mengelola interaksi belajar mengajar
5). Menilai hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan
         - Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
         - Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Sesuai dengan kutipan di atas, maka seorang guru profesional adalah guru yang mempunyai strategi mengajar, menguasai bahan, mampu menyusun program maupun membuat penilaian hasil belajar yang tepat.
Selain hal di atas guru juga mesti memiliki kemampuan dalam membangkitkan motivasi bagi belajar siswa. Mengenai hal ini menurut Ibrahim dan Syaodih ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh guru yaitu :
Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan pun dapat dikurangi atau dihilangkan. Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Ketiga, Memberikan saran antara lain ujian semester, ujian tegah semester, ulangan harian dan juga kuis. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soal yang sulit yang hanya bisa dicapai siswa yang pandai. Agar siswa yang kurang pandai juga bisa maka diberikan soal yang sesuai dengan kepandaiannya. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini di lakukan guru dengan cara belajar yang punya rasa persahabatan, punya humor, pengakuan keberadaan siswa dan menghindari celaan dan makian. Keenam, Mengadakan persaingan sehat melalui hasil belajar siswa. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.
Sejalan dengan kutipan di atas, maka profesionalitas guru adalah rangka motivasi siswa untuk sukses dalam belajar akan terlihat dengan kemampuan di dalam intraksi belajar mengajar yang muncul indikator penggunaan metode dan media yang bervariasi, pemilihan bahan yang menarik minat, pemberian kesempatan untuk sukses, penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan juga pengadaan persaingan sehat.
Beberapa pendapat menjelaskan tentang kompotensi guru agama dalam rangka motivasi siswa antara yaitu:
a. Penggunaan metode dan media yang bervariasi.
Di dalam interaksi belajar mengajar tidaklah kita temui selamanya berjalan dengan sukses, tetapi pasti ada hal-hal yang membuat siswa merasa bosan mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami dan dikuasainya secara optimal. Salah satu yang menyebabkan timbulnya kebosanan siswa dalam belajar adalah penggunaan metode dan media yang menoton. Jadi jika terdapat di antara siswa menentang pelajaran yang diberikan maka salah satu sebabnya adalah masalah metode dan media yang di pergunakan guru tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Misalnya seorang guru hanya menggunakan satu macam metode dan media dalam berbagai materi pelajaran, siswa akan merasa bosan dan tidak mengikuti pelajaran sebagaimana yang diinginkan. Oleh sebab itu suksesnya intraksi belajar mengajar harus dibarengi dengan metode dan media yang bervariasi agar menghasilkan pembelajaran sebagaimana harusnya. Dengan demikian penggunaan metode dan media yang bervariasi adalah salah satu pendorong bagi siswa
Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa variasi metode dan media dalam interaksi belajar mengajar adalah hal yang penting dalam rangka membangkitkan motivasi belajar siswa mengikuti pelajaran,
b. Memilih bahan yang menarik minat belajar siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menatap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan suatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sejalan dengan kutipan di atas sepatutnya seorang guru berusaha untuk menarik minat belajar siswa, walaupun pada kenyataannya tidak semua materi yang di sampaikan oleh guru disukai siswa. Tetapi disinilah tugas guru memahami sifat, mental, minat dan kebutuhan siswa agar dia bisa memberikan bimbingan dan pelajaran dengan sebaik-baiknya untuk menarik minat siswa. Beberapa cara membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :
- Mengajar dengan cara menarik.
- Mengadakan selingan yang sehat.
- Menggunakan alat peraga
- Sedapat mungkin mengurangi atau menghilangkan sesuatu yang menyebabkan perhatian yang tidak perlu.
- Dapat menunjukkan kegunaan bahan pelajaran yang di berikan
- Berusaha mengadakan hubungan antara apa yang sudah diketahui oleh murid dengan yang akan diketahuinya
c. Memberikan sasaran antara, seperti ujian semester, ujian tegah semester,  ulangan harian dan kuis.
Pengetahuan yang tidak di ulang-ulang atau tidak adanya pengujian akan mudah hilang dan tidak akan menetap dalam ingatan. Tetapi pengetahuan yang sering di ulang-ulang akan menjadi pengetahuan dan dapat digunakan. Maka pada waktu interaksi belajar mengajar guru hendaknya sering mengadakan ulangan yang teratur, agar bahan pelajaran yang di ajarkan itu benar-benar dimiliki murid dan siap digunakan.
Ulangan harian atau kuis diadakan apabila :
- Sebagian besar murid-murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan
- Pelajaran yang lampau telah dilupakan
- Jika mungkin sebelum pelajaran dimulai
- Ulangan tengah semester dan semester diadakan pada waktu sebelum libur.
Ulangan harian dan kuis diadakan oleh guru saat berlangsungnya proses belajar mengajar dengan tujuan sebagai berikut :
- Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar.
- Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan proses belajar mengajar dengan baik
Oleh sebab itu, tujuan ulangan harian atau kuis untuk perbaikan proses belajar mengajar, maka sebagian guru hendaknya memiliki kebesaran hati mencari kekurangannya dalam proses belajar mengajar seperti metodelogi, didaktif, motivasi dan penguasaan terhadap bahan yangt diajarkan. Dengan demikian termasuk juga tujuan ulangan harian atau kuis untuk merangsang siswa agar lebih rajin belajar dan sekaligus mengetahui bagian-bagian materi yang belum dikuasainya. Sedangkan ujian semester untuk mengukur keberhasilan belajar siswa ataupun kelulusan naik kelas atau tidak.

d. Pemberian kesempatan untuk sukses
Pemberian kesempatan untuk sukses adalah pemberian soal kepada siswa sesuai dengan kemampuannya. Sebagai guru hendaknya memahami bahwa murid / siswa tidaklah semua punya kesamaan tingkat pengetahuannya, dimana sebagian ada yang pintar, ada yang sedang dan ada pula yang bodoh. Mengenai pemberian soal kepada siswa Chabib Thoha mengatakan:
“Pemberian soal haruslah tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, karena bilamana soal memiliki tingkat kesukaran yang maksimal maka murid / siswa yang punya intlegensi dibawah sedang mungkin kesukaran dan tidak mampu menjawab secara optimal yang akhirnya tidak pernah merasa sukses dalam belajar”, Artinya tidak ada kesempatan untuk sukses.
Jadi dengan berpedoman kepada kutipan di atas dapat dipahami bahwa soal yang diberikan guru mestinya jangan terlalu mudah, karena tidak ada nantinya pembeda yang pandai, yang sedang yang bodoh. Dan jangan pula terlalu payah, karena ada nantinya siswa yang tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk sukses, yang memungkinkan motivasi belajar tidak timbul. Akhirnya tidak mampu memahami pelajaran, dan malas untuk mengikuti interaksi belajar mengajar.

e. Penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan. Jadi, guru harus berusaha semaksimal mungkin didalam intraksi belajar mengajar dalam rangka memberikan motivasi bagi siswa agar mereka bergiat terus belajar dan mencapai tujuan. Cara untuk menyenangkan siswa dalam belajar adalah:
-          Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang mereka ketahui, sebab mereka jenuh.
-          Suasana fisik kelas jangan membosankan
-          Hindarkan dari frustasi, seperti pertanyaan yang tak masuk akal.
-          Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal.
-          Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselenggarakan interaksi belajar mengajar.
-          Berikan siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah di capai masing-masing siswa.
  Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa.


f. Mengadakan persaingan sehat
Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu persaingan dapat menjadi tenaga pendorong yang sangat besar bagi perkembagan belajar siswa. Persaingan dalam rangka memotivasi belajar siswa dapat dilakukan guru dalam bentuk bermacam mata pelajaran. Dan pada biasanya persaingan secara sehat yang diadakan guru selalu diikuti dengan ganjaran seperti pemberian hadiah ataupun pujian, sesuai dengan bentuk dan tingkat persaingan sehat itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan sebagaimana berikut ini :
a.       Persaingan jangan terlalu intensif, sebab akan mengakibatkan hal-hal negatif, seperti anak yang lemah akan merasa dirinya tidak mampu dan putus asa.
b.      Persaingan harus diadakan dalam suasana yang jujur dan sportif.
c.       Semua anak ikut bersaing hendaknya mendapat penghargaan, baik yang menang maupun yang kalah.
d.      Hendaknya persaingan itu berjenis-jenis, agar yang menang tidak itu-itu saja.
Dengan demikian jika persaingan tersebut dilaksanakan dengan adanya aturan-aturan sebagaimana yang di atas, maka persaingan itu akan jadi persaingan sehat yang merupakan motivasi yang berperan untuk belajar siswa. Di mana dengan motivasi tersebut siswa-siswa berlomba memahami dan menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan belajar sehingga mencapai secara optimal.
Bila profesionalitas guru yang memiliki indikator seperti diatas direalisasikan di dalam interaksi belajar mengajar maka siswa akan aktif mengikuti interaksi belajar mengajar, menyelesaikan tugas –tugas dengan penuh kesadaran, mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pada kondisi yang seperti itu maka kesuksesan belajar dapat tercapai secara maksimal.

2.  MOTIVASI BELAJAR
Belajar selalu mendapat perhatian yang khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Pada diri setiap siswa memiliki sejumlah keinginan atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis.
Motivasi memang merupakan faktor yang terpenting bagi seorang anak didik. Karena motivasi memiliki hubungan yang sangat erat terhadap prestasi belajar siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar yang kondusif agar siswa lebih termotivasi untuk berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar.
Seorang siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, pada umumnya akan memperoleh prestasi yang tinggi pula, namun sebaliknya bila mana diri siswa itu kurang termotivasi untuk belajar, maka akan memperoleh prestasi yang rendah atau kurang. Oleh karena itu tugas guru adalah menumbuhkan motivasi yang dapat mendorong siswa berbuat untuk mencapai tujuan belajar.

a.   Pengertian motivasi belajar
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[5]
Menurut Soedijanto P, motivasi belajar adalah suatu proses pembentukan dorongan belajar agar timbul gairah untuk belajar. Sehingga dengan pembentukan motivasi ini diharapkan para peserta didik dapat mencapai hasil yang baik dalam prestasi belajar.[6]
Samidjo Mardiani, memberikan definisi motivasi belajar yaitu berbagai usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perkembangannya yang meliputi maksud, tekad, hasrat, kemauan, kehendak, cita-cita dan sebagainya untuk mencapai tujuan.[7]
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh – sungguh untuk mencapai tujuan.
Menurut Iskandar, motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.[8]

b. Unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Muhammad Faiq Dzaki unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah :
1).  Cita – cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita – cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguat dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita – cita.
2).  Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas – tugas perkembangan.

3).  Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar.
4).  Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan masyarakat. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
c.   Faktor-faktor yang  mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Muhammad Faiq Dzaki Secara umum faktor-faktor motivasi belajar siswa diklasifikasikan kepada dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut akan penulis terangkan melalui rincian berikut ini :
1).  Faktor intern
Faktor intern adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisik (fisiologis) maupun aspek psikis (psikologis).
a)   Aspek fisik (fisiologis)
Seorang atau siswa yang sedang belajar tentunya membutuhkan fisik yang sehat. Keadaan fisik yang sakit akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga motivasi belajar tidak akan terarah. Keadaan sakit pada tubuh atau fisik akan mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat, mudah pusing dan sebagainya. Oleh sebab itu agar seseorang dapat belajar dengan baik, maka ia harus mengusahakan kesehatannya. Keadaan cacat seperti buta, tuli, pincang dan cacat fisik lainnya yang dapat mempengaruhi motivasi belajarnya.




1 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru ( Bandung, 2009 ), hal 7
[2] Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru  ( Bandung, 2009), hal 8
[3] UU no 14 2005 di akses pada tanggal 1 mei 2013 di ttp://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_guru_dosen.htm
[4] Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP, Jakarta : 2009),hal 7
5  H. Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP , Penerbit Gaung Persad Press Jakarta, 2009, hal.157
[6] Motivasi Belajar diakses pada tanggal  13 Mei 2013 dari http://smpn1banjar-pdg.net/index.php/artikel/34-artikel/51-motivasi-belajar
[7] Guru dan Motivasi, diakses pada tanggal 3 Mei 2013 dari http://ridwan202.wordpress.com/2008/04/23/guru-dan-motivasi/#more-59
8  Iskandar, Psikologi Pendidikan (Jambi:  Gaung Persada Press, 2009) hal 181



b)   Aspek psikis (psikologis)
Sedikitnya ada delapan faktor psikologis yang mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif. Kedelapan faktor tersebut diterangkan melalui rincian sebagai berikut :
      -     Perhatian
Sardiman menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek pelajaran, atau banyak sedikitnya, kesadaran yang menyertai belajar. Semakin sempurna perhatian yang menyertai motivasi akan semakin sukseslah dalam menghadapi pelajaran itu, dalam kenyataannya sebagian besar pelajaran diterima murid dengan sengaja, karena itu guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya.
-     Pengamatan
Pengamatan adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungannya dengan segenap panca indera, karena fungsi pengamatan sangat sentral pada alat-alat pengamatan yaitu panca indera perlu mendapatkan perhatian secukupnya dari pendidik, sebab tidak normalnya panca indra akan berakibat terhadap jalannya usaha pendidikan kepada anak didik, panca indra sangat dibutuhkan untuk motivasi belajar.
-     Tanggapan
Menurut Sardiman tanggapan adalah gambaran atau bekas yang tertinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap peranan dan motivasi belajar setiap siswa linschotin memberikan definisi “Menganggap” adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.
-     Fantasi
Fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada.
         -     Ingatan
Ingatan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan, lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.
         -     Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktifitas mental untuk dapat merumuskan pengertian menghipnotesis dan menarik kesimpulan. Kegiatan-kegiatan tersebut lazim dilakukan oleh siswa ketika sedang belajar, karena itu proses berfikir turut menentukan intensitas motivasi belajar siswa.
-     Bakat
Bakat dianggap sebagai salah satu kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu dan sudah ada sejak manusia itu lahir faktor-faktor bakat itu berkaitan erat dengan persoalan intelegensia yang merupakan struktur mental yang melahirkan kemampuan untuk memahami sesuatu.
         -     Motif
Motif merupakan daya pendorong yang menyertai individu untuk melakukan sesuatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Motif ini tidak dapat diamati tetapi dapat disimpulkan adanya karena ada suatu bentuk kekuatan yang dapat disaksikan oleh mata. Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu tentu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut.
2).  Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah seluruh aspek yang terdapat diluar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern dapat mempengaruhi motivasi belajar. Faktor ekstern dapat dikelompokkan menjadi lima faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat atau sosial disamping lingkungan alam faktor kelompok (peer group) dan faktor budaya.

a). Faktor keluarga
Keluarga memberikan pengaruh penting terhadap motivasi belajar anak, walaupun demikian pengaruh keluarga terhadap motivasi belajar anak bervariasi menurut tinggal sosial, ekonomi dan latar belakang budaya orang tua dari golongan sosial ekonomi menengah keatas cenderung lebih banyak memberikan rangsangan bagi anak-anaknya.
Sedangkan orang tua dari golongan sosial ekonomi kebawah cenderung untuk lebih memikirkan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidup sehingga kurang memperhatikan kebutuhan belajar anak-anaknya. Namun banyak pula orang tua yang berpenghasilan rendah memiliki usaha-usaha untuk mendukung anak-anak mereka agar dapat berhasil di sekolah dan banyak anak mereka yang prestasinya tinggi. Mereka melakukan ini dalam rangka memperbaiki taraf hidup keluarga agar tidak terus menerus hidup dalam kemiskinan.
Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi rendahnya kemampuan kognitif pada masa usia sekolah antara lain adalah sikap orang tua yang tidak mendukung pendidikan, harapan orang tua yang rendah terhadap anak-anaknya dan iklim intelektual yang kurang menyenangkan di rumah

b). Faktor sekolah
Faktor sekolah baik lingkungan sekolah maupun unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, seperti guru, teman-teman dan lingkungan sosial sekitar sekolah turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar motivasi belajar siswa. Dalam belajar misalnya, siswa akan kurang termotivasinya jika bahan pelajaran yang disampaikan belum sesuai dengan taraf kemampuan berpikirnya. Begitu pula guru bisa menjadi faktor pendukung dan penghambat motivasi belajar siswa di sekolah. Seseorang guru akan menjadi pendorong motivasi belajar siswa, jika guru itu mampu memberikan stimulus belajar dan memberikan pendekatan dengan siswanya. Misalnya bila ditemukan ada seorang siswa yang sedang mendapat kesulitan dalam memahami sesuatu pelajaran, maka seorang guru dituntut memberikan cara atau jalan yang berfungsi sebagai umpan atau stimulus yang selanjutnya diharapkan siswa itu sendiri aktif mencari alternative penyelesaiannya.


3)   Faktor Masyarakat atau lingkungan Sosial
Dalam proses belajar mengajar sering kali ditemukan suatu keadaan tertentu dalam mendorong siswa, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam. Gaya  hidup suatu lingkungan masyarakat tertentu dalam mendorong siswa untuk termotivasi belajarnya. Oleh karena itu lingkungan sosial dapat dikatakan turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar motivasi siswa dalam belajar. Menurut Slamet pengaruh itu terjadi karena keberadaan pada siswa dalam masyarakat, teman bergaul, kehidupan masyarakat dan taraf dalam pendidikan masyarakat yang bersiat multi kompleks.

4)   Faktor Kelompok
Faktor kelompok dapat juga mempengaruhi motivasi belajar siswa, bahwa karakteristik kelompok yang meliputi jumlah, struktur, sikap kelompok dan kepemimpinan kelompok dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, Maka dari itu guru harus memahaminya dan mampu mengatur pelaksanaannya sehingga memungkinkan siswa termotivasi dalam belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, faktor-faktor yang turut mempengaruhi motivasi belajar siswa itu beraneka ragam. Tidak saja dari diri siswa itu sendiri melainkan juga dari luar siswa, bagi seorang yang bijaksana yang ingin memajukan motivasi belajar pada diri siswa tentunya harus memperhatikan faktor-faktor penyebab mengapa siswanya memiliki motivasi demikian, kemudian dibimbingnya siswa itu untuk memiliki belajar yang lebih baik.

5)   Faktor budaya
Latar belakang budaya yang menekankan pada pentingnya keberhasilan dalam pendidikan akan menjadi pendorong berhasilnya anak dalam pendidikan, kebudayaan Jepang misalnya, menempatkan keberhasilan pendidikan sebagai nilai yang tinggi dan pendidikan anak menjadi prioritas utama.[1]

4.   Ciri – ciri motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting. Maka dari itu perlu mengetahui ciri – ciri siswa yang mempunyai motivasi yang begitu tinggi dalam belajarnya.
Menurut Munandar , ciri – ciri motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
a)      Tekun menghadapi tugas
b)      Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c)      Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
d)     Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
e)      Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)
f)       Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah belajar
g)      Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas – tugas rutin
h)      Dapat mempertahankan pendapatnya
i)        Mengejar tujuan – tujuan jangka panjang
j)        Senang mencari dan memecahkan soal – soal sendiri[2]
Apabila seseorang memiliki ciri – ciri memiliki motivasi seperti yang disebutkan di atas, berarti seseorang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan (proses) belajar mengajar akan berhasil dengan baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

5.   Jenis dan Fungsi Motivasi Belajar
Pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah perlu motivasi yang baik dari guru. Karena motivasi  merupakan penunjang keberhasilan siswa. Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan juga keinginannya dalam proses belajar sangat penting karena dengan menggerakkan motivasi yang terpendam dari diri siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat dalam belajar.

a)   Jenis Motivasi
Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing – masing adalah :
      1)   Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.
Beberapa bentuk motivasi ekstrinsik menurut Winkel (1989;94) diantanya adalah :
Ø  Belajar demi memenuhi kewajiban
Ø  Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan
Ø  Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
Ø  Belajar demi meningkatkan gengsi
Ø  Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru
Ø  Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif[3]

      2).  Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik  merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus – rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.

b)   Fungsi motivasi belajar
Menurut Sardiman (2007:85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1)      Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2)      Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3)      Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Hamalik (2000:175) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1)      Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2)      Sebagai pengarah, artinya mengarahlkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3)      Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[4]

d.   Ciri – ciri motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting. Maka dari itu perlu mengetahui ciri – ciri siswa yang mempunyai motivasi yang begitu tinggi dalam belajarnya.
Menurut Munandar, ciri – ciri motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
1)      Tekun menghadapai tugas
2)      Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3)      Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
4)   Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
5)   Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas     
      dengan prestasinya)
                        6)   Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah belajar
                        7)   Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan  
       tugas – tugas rutin
                        8)   Dapat mempertahankan pendapatnya
                        9)   Mengejar tujuan – tujuan jangka panjang
                      10)   Senang mencari dan memecahkan soal – soal sendiri[5]
e.   Jenis dan Fungsi Motivasi Belajar
Pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah perlu motivasi yang baik dari guru. Karena motivasi  merupakan penunjang keberhasilan siswa. Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan juga keinginannya dalam proses belajar sangat penting karena dengan menggerakkan motivasi yang terpendam dari diri siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat dalam belajar.

3. HUBUNGAN ANTARA PROFESIONALISME GURU PAI DENGAN
    MOTIVASI BELAJAR SISWA
         Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan antara belajar siswa dengan mengajar guru, yang keduanya terjalin hubungan yang saling menunjang. Proses belajar guru tidak akan berarti tanpa diikuti dengan motivasi belajar, siswa sulit mengarah kepada tujuan tanpa bimbingan dari guru dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Aktifitas belajar yang disertai dengan motivasi yang kuat, akan menghasilkan prestasi yang baik. Semakin tepat motivasi yang diberikan semakin berhasil pengajaran itu, motivasi menentukan intensitas usaha belajar siswa.
Semakin kuat motivasi belajar siswa maka kemungkinan besar lebih baik prestasi belajarnya. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu tindakan tertentu karena adanya motivasi. Motivasi yang baik dalam belajar akan membawa hasil yang baik pula. 
Mengingat pentingnya motivasi dalam belajar, maka Guru Pendidikan Agama Islam juga harus mampu membangkitkan motivasi siswa, terutama motivasi dari dalam diri siswa sendiri atau sering disebut dengan motivasi intrinsik. Membangkitkan motivasi intrinsik ini bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1.      Menjelaskan mengapa suatu mata pelajaran diajarkan dan apa kegunaanya dalam kehidupan dimasa depan.
2.      Menunjukkan antusias dalam mengajar  dan menggunakan prosedur mengajar yang sesuai.
3.      Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar.
4.      Menjaga disiplin belajar didalam kelas.
5.      Memberikan hasil pekerjaan siswa dalam waktu singkat.
Cara lain untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara memberikan motivasi ekstrinsik atau dari luar diri siswa yang berfungsi sebagai stimulan (rangsangan). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, misalnya: memberikan hasil ulangan, memberikan hadiah, pujian ataupun dengan memberi hukuman kepada siswa.
Sebaik apapun orientasi yang dimiliki siswa, ia tidak akan berkembang dengan baik kecuali dengan binaan dan arahan yang intensif. Seorang yang berkepribadian yang memiliki kemampuan mendidik akan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga akan mampu mempengaruhi prestasi belajarnya. Guru berfungsi sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
Belajar sebagai aktifitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar. Faktor dari dalam misalnya : kesiapan belajar, motivasi, minat, konsentrasi, keteraturan dan tujuan yang jelas. Adapun faktor dari luar adalah lingkungan tempat belajar siswa misalnya : ruang kelas, penerangan, alat-alat belajar, termasuk guru. Kompetensi yang dimiliki Guru  berperan dalam mendukung keberhasilan siswa.
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dan motivasi belajar siswa. Dengan profesionalisme yang dimiliki guru akan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Demikian pula bagi Guru Pendidikan Agama Islam..
Dengan kompetensi yang dimiliki maka ia akan mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan motivasi yang kuat tersebut maka siswa akan mendapat prestasi yang memuaskan.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam untuk memotivasi belajar siswa, baik motivasi secara instrinsik maupun ekstrinsik. Lebih–lebih materi pendidikan agama Islam yang berisi tentang nilai – nilai ajaran Islam yang agung, maka Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai lebih banyak cara. Di dalam materi pelajaran itu sendiri terkandung banyak nilai-nilai ajaran Islam yang agung yang dijadikan sarana untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Nilai-nilai ajaran Agama Islam yang luhur harus dapat dipergunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk membengkitkan motivasi dalam diri siswa. Sentuhan keagamaan merupakan faktor yang efektif untuk menjalankan peranan ini. Potensi fitrah dan kondisi kejiwaan siswa akan lebih tersentuh dengan cara pendekatan nilai-nilai keagamaan. Dengan demikian motivasi belajar siswa akan mudah untuk dibangkitkan.
Guru Pendidikan Agama Islam juga dapat menggunakan pendekatan ekstrinsik untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan cara keteladanan yang baik dalam menjalankan ajaran Islam, maka menjadi rangsangan bagi siswa untuk mencontohnya. Pada akhirnya hal ini akan berpengaruh kepada keterikatan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini berarti Guru Pendidikan Agama Islam telah mempu memberikan motivasi kepada siswa.
        
B.  KERANGKA BERFIKIR
  1. Profesionalisme guru dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya.
  2. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman siswa agar lebih mampu memahami,menghayati,dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
  3. motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah bagi kegiatan belajar tersebut sehingga tujuan belajar siswa dapat tercapai.
           Untuk memudahkan pemahamannya maka skema kerangka berfikir penelitian kuantitatif ini sebagai berikut :

Kerangka Berpikir



[1] Motivasi Dalam Belajar diakses pada tanggal 3 mei 2013 dari:   http://diwanpro.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26:motivasi-dalam-belajar&catid=13:home-public


[2]  Motivasi Belajar, diakses pada tanggal 3  Mei 2013 dari http:pgribanjarsaripuspitariana.wordpress.com/2008/08/20/motivasi-belajar
[3] H. Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP , Penerbit Gaung Persad Press Jakarta, 2009, hal.163

[4] Pengertian Motivasi Dan Fungsi Motivasi : diakses pada tanggal 3  Mei 2013 dari: http://yendra-hardinata.blogspot.com/2009/11/pengertian-motivasi-dan-fungsi-motivasi.html

13 Motivasi Belajar, diakses pada tanggal 06 April 2013 dari http:pgribanjarsaripuspitariana.wordpress.com/2008/08/20/motivasi-belajar




C. RUMUSAN HIPOTESIS


        Ho (Hip Nihil)      : Tidak ada hubungan antara profesionalisme guru pendidikan
                                      Dengan minat belajar siswa.
       
        Ha                                 : Ada hubungan antara profesionalisme guru pendidikan

                                      Agama Islam dengan minat belajar siswa.

                                                     

                                                           BAB III
                                            METODE PENELITIAN

    A.    Tempat Dan Waktu Penelitian
         Sesuai dengan judul yang ditulis didalam penelitian ini, maka :
1.      Penelitiaan ini dilakukan di kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Hasil observasi pada tanggal 7 April 2013 dimana berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam atau lebih khususnya guru Aqidah akhlaq, didapatkan : Kurangnya Profesionalisme guru Agama Islam Terhadap motivasi belajar siswa.
2.      Waktu penelitian adalah minggu pertama bulan April sampai dengan minggu ketiga bulan Mei 2013.

    B.     Bentuk Dan Strategi Penelitian
1.Bentuk Penelitian
          Bentuk Penelitian ini adalah merupakan penelitian Kuantitatif, yang bertujuan untuk memberikan penjelasan secara rinci, lengkap dan mendalam tentang fenomena sosial yang ada kaitannya dengan penelitian. Bentuk dan jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kuantitatif secara teliti, jelas dan lengkap.

2.Strategi Penelitian.
         Strategi penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode observasi, metode angket dan kuesioner, metode wawancara dan metode dokumentasi.

    C.     Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, adalah :
1. Koresponden atau narasumber adalah individu-individu yang memiliki beragam posisi, sehingga mempunyai akses berbagai informan yang di butuhkan oleh peneliti. Adapun koresponden dalam penellitian ini adalah para guru dan murid.
2. Peristiwa dan aktivitas adalah setiap rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Contohnya belajar mengajar, aktifitas guru dikantor, dll
 3. Arsip dan dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan penelitian

    D.     Populasi Dan Tehnik Sampling
a.   Populasi
Populasi adalah Seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut populasi atau universum[1] sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah : KELAS VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah 122 siswa terbagi menjadi 4 rombel, guru dan karyawan 38 orang.
b.   Sample
Sampel merupakan bagian dari  populasi yang ingin diteliti dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri”.[2]
Menurut Suharsimi, “untuk sekedar ancer - ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.” Maka dari itu dalam penelitian ini penulis mengambil sample 17 % dari jumlah populasi yaitu 17 % dari 122 Siswa – siswi maka jumlah sample yang akan penulis teliti adalah 20 siswa Adapun untuk mempermudah peneliti maka tiap kelas masing – masing diambil 5
            c.   Sampling
Selanjutnya teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik random sampling.

Variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.

Ada 2 variabel dalam penelitian skripsi ini yaitu :
a.       Variabel Pengaruh
Variabel pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013  yang selanjutnya disebut variabel (X) dengan indikator :
1)      Guru itu mampu mengelola pembelajaran
2)      Guru itu menguasai materi pembelajaran
3)      Guru itu memiliki kepribadian yang baik
4)      Guru itu mampu bermasyarakat dengan baik

b.      Variabel Terpengaruh
Variabel terpengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa-siswi MTs Negeri Geneng  Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran  2012/2013 yang selanjutnya disebut variabel (y) dengan indikator :
1)      Memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar.
2)      Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.
3)   Memiliki harapan dan cita – cita masa depan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel, dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti ada atau tidaknya hubungannya.



[1] Sutrisno Hadi,Statistik,yogyakarta: Andi,2004.hal.182
15Sempel, di akses pada 06 April 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sampel_(statistika)

A.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut :
a.       Metode Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui. Metode ini digunakan penulis untuk memperoleh data tentang pengaruh Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa – siswi kelas VII MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012 / 2013 .

b.  Metode Observasi
                  Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi keadaan sekolahan
      dan lingkungan.
    



 c. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah kilas, struktur organisasi, keadaan guru siswa, karyawan serta sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki.


B.     Validitas dan Reliabilitas
                Uji Validitas
Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat  ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.[1]
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment, sebagai berikut :

Item instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkan dengan r tabel. Jika r hitung  r tabel maka valid.[2]


Uji Reabilitas
Reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrumen tersebut sudah baik, instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan pada responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga, apabila datanya memang benar dan sesuai denangan kenyataanya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat di andalkan.
Untuk mengetahui reliabilitas tes dan angket menggunakan rumus
Spearman Brown :
                 
           
Keterangan :
     R11 : reliabiabilitas instrument
     r 1/21/2 : reliabilitas angket

Untuk mengetahui reliabel dengan tabel maka hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel product moment, dengan taraf signifikan 5 % apabila R11 > rt 5 % berarti reliabel, dan apabila r11 < rt 5 % berarti tidak reliabel.
             Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitian pun tidak akan valid dan reliable. Sugiono menjelaskan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable sebagai berikut :
            Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda, kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.

C.    Tehnik Analisa Data
Analisis data yaitu usaha menyeleksi, menyusun dan mentafsirkan data yang telah masuk dengan tujuan agar data tersebut dapat dimengerti isi dan maksudnya. Karena data yang terkumpul belum dapat berbicara sebelum dianalisis dan diinterpretasikan. Untuk mengetahui masing-masing variabel digunakan teknik penentuan metode dan instrumen dan prosentase dengan penyajian tabel-tabel sebagai berikut :



16Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : Alfabeta, 2007), hal.137
[2]Suharsini Arikunto, prosedur penelitian pendekatan praktek (Jakarta Rineka Cipta: 1998) hal 213




A.    korelasi
1.      Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan besarnya angka yang terdapat dibelakang koma. Jika angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka dibelakang koma, misalnya 0,0002 maka dapat dianggap bahwa antara variabel X dengan variabel Y, kalau pun ada, angkanya terlalu kecil lalu diabaikan.
2.      Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan variabel Y. Arah korelasi ini ditunjukkan  oleh tanda hitung yang ada didepan indeks. Jika tandanya plus (+) maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (-) maka arah korelasinya negatif.
3.      Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat dan tidaknya, atau mantap dan tidaknya, kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya. Dalam menentukan besarnya korelasi ini kita tidak perlu memperhatikan tanda hitung yang ada didepan indeks. Oleh karena itu adanya makna positif dan negatif, juga diartikan sebagai besarnya dalam garis bilangan dengan tanda (-) dan tanda (+) maka tidak sedikit kita yang terkecoh mengartikan besarnya korelasi.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai beikut :
1.      Korelasi Product Moment
Keterangan :
 : Koefisien korelasi product moment
N   : Jumlah individu dalam sampel
x   : Skor hasil angket tentang profesionalisme
y   : Skor hasil tes minat belajar
Harga  menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang     dikorelasikan. Setiap nilai mengandung tiga makna, yakni: (1) ada tidaknya korelasi, (2) arah korelasi, dan (3) besarnya korelasi.

      B. Regresi
    Analisis Persamaan Regresi Linier Sederhana yang dimaksud
    Adalah untuk menghitung besarnya persamaan korelasi
    (hubungan) dua variabel dengan rumus berikut :
             y = a + bx
        b
       
         a = y - bx
             
      Keterangan :
              y : Variabel terikat              
              a : Konstanta
              x : Variabel bebas 
             b  :  Kemiringan

   C.  Hipotesis Statistik
            Sebuah pernyataan tentang parameter yang menjelaskan sebuah populasi (bukan sampel).
Statistik adalah angka yang dihitung dari sekumpulan sampel.
Hipotesis nol (Ho) adalah sebuah hipotesis yang berlawanan dengan teori yang akan dibuktikan.

Hipotesis alternatif (HI) adalah sebuah hipotesis (kadang gabungan) yang berhubungan dengan teori yang akan dibuktikan.



BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.  Deskripsi Situasi Dan Kondisi Tempat Penelitian
      1.   Sejarah Singkat MTs Negeri Geneng
Sekolah yang dijadikan penelitian dalam skripsi ini yaitu Madrasah Tsanawiyah Negeri Geneng (MTsN Geneng). MTsN  Geneng terletak dijalan raya Geneng-Kendal KM.17 Desa Randusongo Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi. Walaupun lokasi MTsN Geneng ini di pedesaan, akan tetapi MTsN Geneng memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Berikut adalah gambaran umum dari sekolah penelitian tersebut.
 MTs Negeri Geneng berawal dari tahun 1965 diatas tanah wakaf seluas 6.110 m2 yang didirikan oleh Kepala Desa Randusongo bersama tokoh masyarakat  sekitarnya dengan Nama PGA Ma’arif, selanjutnya pada tahun 1967 diubah namanya menjadi MTs/SMP istiqomah yang berlangsung selama 2 tahun dan setelah itu pda tahun 1969 nama diubah lagi menjadi MTsAIN dan setelah mengalami perkembangan pada tahun 1970 berubah status menjadi MTsN Randusongo. Setelah berubah status negeri dari tahun ke tahun mengalami penurunan jumlah siswa maka pada tahun 1982 diubah statusnya menjadi MTsN Ngawi filial di desa Randusongo. Dengan perkembangan  yang mulai membaik pada tahun 1996 berubah statusnya lagi menjadi MTsN Geneng hingga sekarang.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Geneng didukung oleh 32 orang guru dan 6 orang staf, yang terdiri dari tata usaha, pustakawan, tenaga pelaksanaan dan penjaga malam. Dari 32 guru, 6 diantaranya telah berkualifikasi  pendidikan pasca sarjana (S2) dan lainnya berkualifikasi pendidikan sarjana (S1).
Sarana dan prasarana sekolah sebagai pendukung pelaksanaan PBM antara lain terdiri dari laboratorium IPA, laboratorium komputer berjaringan internet, serta perpustakaan. Akses jaringan  internet sangat mudah karena didukung dengan jaringan internet nirkabel atau wifi.
       2.  Visi dan Misi, Tujuan MTsN Geneng
MTsN Geneng ini memiliki visi yaitu :
Ø  Bertaqwa
Ø  Berprestasi
Ø  Terampil
Ø  Disiplin
Ø  Bertanggung  jawab
Adapun Misi yang dikembangkan oleh MTsN Geneng yaitu:
Ø  Menumbuh kembangkan sikap dan perilaku amaliah keagamaan Islam di dalam dan luar Madrasah
Ø  Menumbuh kembangkan semangat belajar keagamaan Islam
Ø  Melaksanakan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan inovatif
Ø  Mendorong, membantu, dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan, bakat, dan minatnya sehingga dapat dikembangkan secara optimal dan memiliki daya saing yang tinggi
Ø  Meningkatkan sikap kedisiplinan bagi setiap warga madrasah
Ø  Membentuk generasi yang berdedikasi tinggi bertanggung jawab dan cinta almamater
MTsN Geneng ini mempunyai 12 kelas rombongan belajar, kelas VII sampai kelas IX masing-masing terdapat empat kelas yaitu A, B, C dan D. Sejalan dengan tujuan pendidikan dasar sebagaimana yang dirumuskan dan Sistem Pendidikan Nasional yaitu : meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; maka pendidikan di MTs Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Propinsi Jawa Timur mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu :
” Mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan siap berkompetisi, mandiri, trampil, cerdas, inovatif dan produktif berciri khas Islam ”.
Sasaran yang hendak dicapai :
Ø  Profesionalisme guru dibidang masing-masing.
Ø  Meningkatkan kemampuan  peserta didik siap berkompetisi secara akademik dan non akademik di tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Provinsi Jawa Timur dan Tingkat Nasional.
Ø  Mempersiapkan peserta didik yang mandiri, terampil, cerdas, inovatif dan pruduktif.
Ø  Menjadi insan-insan yang berakhlak mulia, berbudi luhur, berguna bagi nusa, bangsa dan negara, serta sejalan dengan perintah agama Islam.
3.   Kurikulum MTs Negeri Geneng
Kurikulum yang digunakan acuan kegiatan proses belajar mengajar di MTs Negeri Geneng adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
            a.   Dasar pemikiran
      Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini adalah tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan atau standar-standar yang lebih operasional, serta kesesuaiannya  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, sosial budaya masyarakat, kebutuhan dan potensi Madrasah dan peserta didik. KTSP ini disusun untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan berbagai karakteristik, kebutuhan dan potensi tersebut.
Pengembangan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi Madrasah dalam mengembangkan kurikulum.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di Madrasah, dinyatakan tercapai apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik agar dapat diterima untuk :
 (1) memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan   masyarakat global
(2) mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global
 (3) melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan keterampilan untuk hidup mandiri .

b.   Landasan
1.      Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1 & 2, Pasal 38 Ayat 2 dan  Pasal 51 Ayat 1
2.      Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan  Pasal 17 Ayat  1 & 2, dan Pasal 49 Ayat 1
3.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
4.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
5.      Peraturan Mendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas nomor 22 dan 23.
6.      Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006, tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi.
c.   Stuktur kurikulum
KOMPONEN
Kelas dan Alokasi Waktu
VII
VIII
IX
A.  Mata Pelajaran

1
Pendidikan Agama


a. Qur’an – Hadits
2
2
2

b. Aqidah – Akhlak
2
2
2

c. Fiqih
2
2
2

d. Sejarah Kebudayaan Islam
1
1
1
2
Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
3
Bahasa Arab
3
3
3
4
Bahasa Indonesia
4
4
4
5
Bahasa Inggris
4
4
4
6
Matematika
4
4
4
7
Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu
4
4
4
8
Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu
4
4
4
9
Seni Budaya
2
2
2
   10
Pendidikan Jasmani, Olah  raga dan Kesehatan
2
2
2
   11
Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
2

B.  Muatan Lokal



1.
BahasaJawa
1
1
1

C.  Pengembangan Diri
3*)
3*)
3*)




Jumlah
42
42
42

*) Ekuivalen / setara dengan 2 jam pelajaran per minggu

d.      Muatan kurikulum
Mata Pelajaran
Mengacu pada Standar Isi sesuai dengan Keputusan Mendiknas No. 22 Tahun 2006, maka mata pelajaran wajib yang dikembangkan di MTs. Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi meliputi : Pendidikan Agama (meliputi Qur’an–Hadits, Aqidah-Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam), Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA Terpadu, IPS Terpadu, Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan, Seni dan Budaya, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
e.  Pengaturan beban belajar
Dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya, potensi dan sarana prasarana di MTs. Negeri Geneng  Kecamatan Gerih  Kabupaten Ngawi, maka sekolah menetapkan beban belajar dengan Sistem Paket.
Dengan sistem ini maka jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana yang tertuang dalam struktur kurikulum di atas.
Lama belajar untuk setiap jam tatap muka adalah 40 menit.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk setiap mata pelajaran ditetapkan sebesar 25 % dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Sedangkan untuk kegiatan praktek, alokasi waktunya diatur sebagai berikut :
1)      Kegiatan praktek di sekolah :
2 Jam kegiatan praktek setara dengan 1 jam tatap muka.
2)      Kegiatan praktek di luar sekolah :
4 jam kegiatan praktek setara dengan 1 jam tatap muka
            f.    Muatan lokal
Sesuai dengan ciri khas, potensi daerah dan keunggulan daerah dengan keragaman budaya dan kesenian khas Jawa Timur, maka madrasah menganggap perlunya upaya pelestarian dan pengembangan Seni dan Budaya Ngawi, sehingga putra-putri Ngawi  dapat menghargai, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya Ngawi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam Muatan Lokal MTs. Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi menempatkan Seni dan Budaya Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran Muatan Lokal bagi siswa kelas VII s.d. IX dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan pada mata pelajaran Seni dan Budaya Jawa diarahkan pada aspek-aspek seni dan budaya yang dikenal luas di tanah Jawa, yaitu :
1. Seni Tari Tradisional Jawa
2. Seni Musik Tradisional Jawa (Lagu-lagu daerah, dll)

g.   Kegiatan pengembangan diri
Dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap siswa dengan mempertimbangkan potensi dan sumber daya yang tersedia di sekolah, maka di MTs. Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi dilaksanakan Kegiatan Pengembangan Diri yang dilaksanakan secara terprogram selama 1 tahun pelajaran.
Kegiatan Pengembangan Diri yang dilaksanakan di MTs. Negeri Geneng Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi meliputi 3 aspek, yaitu : Aspek Pembinaan Mental Spiritual, Aspek Kesamaan dan Bimbingan Belajar (Konseling).
Pada Kelas VII dan VIII, pengembangan diri siswa diarahkan pada pembinaan mental spiritual dan kesempatan.
Pembinaan mental spiritual dilaksanakan melalui kegiatan :
a. Perayaan hari-hari besar keagamaan.
b. Penyuluhan HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba
c. Penyuluhan Kamtibmas
d. Seminar / Pertemuan Ilmiah
Sedangkan bagi siswa kelas IX yang sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir dipandang perlu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada bimbingan belajar dan bimbingan karir. Sedangkan kegiatan bimbingan karir diarahkan agar siswa memiliki pengetahuan dalam memilih sekolah sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi ketika mereka lulus dari MTs.
4.   Struktur Organisasi MTs Negeri Geneng
Dalam suatu organisasi atau lembaga, pelaksanaan dari pada kegiatan administrasi dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel III Data Keadaan Peserta Didik Dalam 4 Tahun Terakhir
NO
TAPEL
KLS  7
KLS 8
KLS 9
JUMLAH
KET
1
2008/2009
145
138
142
425

2
2009/2010
140
131
130
401

3
2010/2011
125
130
130
385

4
2011/2012
130
131
135
396

  
 5.        Sarana dan Prasarana MTs Negeri Geneng
a.    Tanah dan Halaman
Tanah Madrasah sepenuhnya milik negara dalam hal ini di bawah Kementerian Agama..Luas areal seluruhnya 6.110 m2 Di Sebelah kanan dan kiri MTsN Geneng berbatasan langsung dengan rumah penduduk.
Keadaan Tanah MTsN Geneng
Status                : Milik Negar
Luas Tanah        : 6.110 m2
Luas Bangunan             : 5.000 m2

b. Gedung Madrasah
Tabel IV Jumlah dan Kondisi Ruang MTsN Geneng
NO
Ruang
Jumlah
Kondisi
1
Ruang kelas
12
Baik
2
Laboratorium IPA
1
Baik
3
Laboratorium Komputer
1
Baik
4
Ruang BK
1
Baik
5
Ruang UKS
1
Baik
6
Ruang Perpustakaan
1
Baik
7
Ruang Aula
1
Baik
8
Ruang Kepala Madrasah
1
Baik
9
Ruang Guru
1
Baik
10
Ruang Tata Usaha
1
Baik
11
Ruang Tamu
1
Baik
12
Raung Ibadah
1
Baik
13
Ruang Gudang
1
Baik
14
Kamar Mandi / WC Guru
2
Baik
15
Kamar Mandi / WC Murid
4
Baik
16
Ruang Kopsis
1
Baik
17
Ruang Dapur
1
Baik

B.  Pengujian Hipotesis
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data pengaruh profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dengan motivasi belajar siswa – siswi kelas VII MTs Negeri Geneng tahun pelajaran 2012/2013.  Untuk itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 40 item pertanyaan tentang kedua variabel tersebut kepada responden.  20 item tentang soal profesionalisme guru Pendidikan Agama sedang 20 item lagi adalah motivasi belajar siswa – siswi kelas VII MTs Negeri Geneng tahun pelajaran 2012/2013. Kemudian penulis memperoleh hasil penelitan yang kedua variabel sebagai berikut :
1.    Data Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam

                      Tabel V Nilai Angket profesionalisme





TABEL VI. FREKUENSI DALAM ( % ) DARI JAWABAN SISWA
TENTANG
PROFESIONALITAS GURU

No.
Nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
1
2
3
4
5
1.
2.
3.

3
2
1

660
125
14

82,5 %
15,6 %
1,75 %

Baik
Sedang
Kurang
JUMLAH
800
100 %


Berdasarkan tabel di atas, maka untuk profesionalisme guru MTs Negeri Geneng adalah sebesar 82,5 %.
1.    Data Motivasi Belajar Siswa

Tabel VII. Nilai angket tentang motivasi belajar siswa





TABEL VIII. FREKUENSI DALAM ( % ) DARI JAWABAN SISWA TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA
No.
Nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
1
2
3
4
5

1.
2.
3.


3
2
1

261
202
137


43,5 %
33,7 %
22,8 %

Baik
Sedang
Kurang

JUMLAH
600
100 %


Berdasarkan tabel di atas, maka untuk motivasi belajar kelas VII MTs Negeri Geneng adalah sebesar 43,5 %

C. Pembahasan
Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya adalah mengkalisfikasikan data tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui profesionalitas guru dan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa.
Guna menjawab apakah hipotesa alternatif diterima atau ditolak yaitu analisis pengaruh profesionalisme guru pendidikan agama islam  dengan motivasi belajar Tahun Pelajaran 2012 / 2013, kami menganalisis dengan teknik korelasi product moment.

Adapun perhitungan analisis ini diperlukan tiga tahap analisis, yaitu tahap analisis pendahuluan, tahap analisis lanjutan dan tahap analisis uji hipotesis. Adapun tahap analisis adalah sebagai berikut :



A.      Uji Validitas Data dan Uji Realibilitas
1.      Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas tes atau angket menggunakan “rumus product moment” yaitu sebagai berikut :



Dan persyaratan angket yang ada di lampiran belakang apabila telah memenuhi validitas adalah rxy > rt 5 %


Dan berikut ini adalah daftar nilai perolehan angket tentang Hubungan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam :
Hubungan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Tabel IX Kerja Uji Validitas Item Nomor 1
Angket Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
NO
X
Y
X2
Y2
XY
1
3
57
9
3249
171
2
3
50
9
2500
150
3
3
58
9
3364
174
4
3
58
9
3364
174
5
3
59
9
3481
177
6
2
50
4
2500
100
7
2
50
4
2500
100
8
3
58
9
3364
174
9
3
54
9
2916
162
10
3
54
9
2916
162
11
3
60
9
3600
180
12
3
54
9
2916
162
13
3
59
9
3481
177
14
2
47
4
2209
94
15
2
57
4
3249
114
16
3
59
9
3481
177
17
3
59
9
3481
177
18
3
57
9
3249
171
19
3
58
9
3364
174
20
3
58
9
3364
174
21
3
59
9
3481
177
22
3
50
9
2500
150
23
3
60
9
3600
180
24
2
41
4
1681
82
25
3
47
9
2209
141
26
3
60
9
3600
180
27
3
48
9
2304
144
28
3
60
9
3600
180
29
3
52
9
2704
156
30
3
60
9
3600
180
31
3
60
9
3600
180
32
3
60
9
3600
180
33
3
60
9
3600
180
34
3
60
9
3600
180
35
3
60
9
3600
180
36
3
60
9
3600
180
37
3
58
9
3364
174
38
3
59
9
3481
177
39
3
58
9
3364
174
40
3
60
9
3600
180

115
2248
335
127236
6499



Dari tabel diatas diperoleh :
N  = 40                                        åX2            = 335  
åX    = 115                                     åY2             = 127236
åY    = 2248                                 åXY             = 6499

Dari tabel tersebut kemudian mencari validitas item dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut :

0.574
                            Berdasarkan data tersebut di atas yang merupakan hasil dari penelitian dan analisis validitas item dalam tes tersebut dapat disimpulkan bahwa persyaratan dalam angket yang ada di lampiran belakang  tersebut telah memenuhi validitas sebagai alat ukur, dimana rxy > rt 5 % yaitu
     0,574 > 0,329, sedangkan rxy > rt 1% yaitu 0,574 > 0,424 maka item tersebut dinyatakan valid pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikan 1%.
Sedangkan untuk  nomor item yang selanjutnya (2 – 20) dianalisis dengan rumus yang sama, sedangkan hasilnya sebagai berikut :
                                                          TABEL X
Hasil Analisis Validitas Angket
No
Nilai
valid/ tidak
Ket.
1
0.574
valid
digunakan
2
0.574
valid
digunakan
3
0.553
valid
digunakan
4
0.542
valid
digunakan
5
0.533
valid
digunakan
6
0.609
valid
digunakan
7
0.670
valid
digunakan
8
0.564
valid
digunakan
9
0.500
valid
digunakan
10
0.524
valid
digunakan
11
0.658
valid
digunakan
12
0.558
valid
digunakan
13
0.533
valid
digunakan
14
0.595
valid
digunakan
15
0.520
valid
digunakan
16
0.712
valid
digunakan
17
0.503
valid
digunakan
18
0.720
valid
digunakan
19
0.510
valid
digunakan
20
0.546
valid
digunakan
1.Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui Reliabilitas tes atau angket menggunakan rumus “Spearman Brown"
                       
                        Dan persyaratan angket yang ada dilampiran belakang apabila telah memiliki tingkat Reliabilitas yang tinggi adalah dimana  r11 > rt 5 %
A.      Analisis berikutnya
Berdasarkan pengelolaan data yang dianalisa dengan statistik product moment di atas, maka penulis melakukan pengujian hepotesis untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari penelitian ini, yaitu ada tidaknya hubungan profesionalime guru pendidikan agam islam dengan motivasi belajar siswa MTs N Geneng Tahun Ajaran 2012 / 2013.
Pengujian hipotesis melalui tahapan sebagai berikut:
a.    Merumuskan hipotesis HO (Hip Nihil), yaitu tidak ada pengaruh profesionalisme guru pendidikan agam Islam dengan motivasi belajar siswa MTs N Geneng Tahun Ajaran 2012 / 2013.
b.    Merumuskan hipotesis Ha (Hip Kerja), yaitu ada pengaruh profesionalisme guru pendidikan agama islam dengan motivasi belajar siswa MTs N Geneng Tahun Ajaran 2012 / 2013.
Berdasar analisis data diatas diperoleh nilai rxy = 0.458, sedangkan r tabel untuk N = 40 pada taraf signifikan 5% adalah 0,329 dan r tabel untuk N = 40 pada taraf signifikan 1% adalah 0,424.   Dengan demikian r hitung > r tabel yaitu 0.458 > 0,329 untuk taraf signifikan 5% dan 0.458> 0,424 pada taraf signifikan 1% untuk N = 40. 
Dari hasil analisis lanjut tersebut ternyata menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Sehingga dapat penulis ambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara profesionalisme guru pendidikan agam Islam dengan motivasi belajar siswa.
Dengan demikian, hipotesis HO (Hip Nihil) ditolak. Sedangkan  Ha (Hip Kerja) yang menyatakan ada hubungan positif antara profesionalisme guru pendidikan agama islam dengan motivasi belajar siswa MTs N Geneng Tahun Ajaran 2012 / 2013 dapat diterima kebenarannya.


D. Interpretasi
Hasil penelitian menunjukkan “ada pengaruh profesionalisme guru pendidikan agama islam dengan motivasi belajar siswa MTs N Geneng Tahun Ajaran 2012 / 2013”, sehingga dapat diinterprestasikan bahwa profesionalisme guru pendidikan agama Islam berpengaruh besar terhadap motivasi belajar anak didik dan hal inipun berlaku sebaliknya.



BAB V
 PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis mulai guna menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1.         Profesionalisme guru PAI di MTs Negeri Geneng, secara prosentase menunjukkan predikat baik = 82,5 %, sedangkan kategori sedang = 15,625 %, dan kategori kurang = 1,75 %.
2.         Motivasi belajar siswa Kelas VII di MTs Negeri Geneng, tergolong baik, secara prosentase menunjukkan kategori Baik = 43,5 %, kategori sedang = 33,66 %, dan kategori kurang = 22,83 %.
3.         Profesionalisme guru mempunyai hubungan yang positif dengan  motivasi belajar siswa Kelas VII di MTs Negeri Geneng Tahun Pelajaran 2011 / 2012. Hal tersebut terlihat pada hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis. Berdasar analisis data diatas diperoleh nilai rxy = 0,458, sedangkan r tabel untuk N = 40 pada taraf signifikan 5% adalah 0,312 dan r tabel untuk N = 40 pada taraf signifikan 1% adalah 0,403.   Dengan demikian r hitung > r tabel yaitu 0,458  > 0,312 untuk taraf signifikan 5% dan 0,458 > 0,403 pada taraf signifikan 1% untuk N = 40.
Dan regresinya adalah 13,618.

          Sehingga hipotesis yang diajukan diterima yang berarti Ada Hubungan Positif Antara Profesionalisme guru PAI Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Negeri Geneng  Kec. Gerih  Tahun Pelajaran 2012 / 2013.



B.   Saran - Saran
Mengingat pentingnya profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, maka guru pendidikan Agama Islam hendaknya senantiasa meningkatkan keprofesionalannya sehingga belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan akan menjadi faktor pendukung bagi siswa untuk meraih prestasi yang lebih baik.

C.   Kata Penutup
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan limpahan nikmat-Nya penulis mampu  menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Tempurejo Ngawi.
Sholawat dan salam tetap kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW  beliau yang telah membawa ajaran Agama Islam dari jaman  jahiliyah sampai jaman  modern yang kita alami sekarang ini. Beliaulah sosok panutan sekaligus guru sekalian umat manusia.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini berkat adanya kerja keras serta bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang rela membantu dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
Untuk itu dengan rendah hati penulis mohon saran, kritik maupun nasehat yang sifatnya membangun yang menuju ke arah perbaikan dan kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pribadi penulis khususnya, para pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya. Amin.

Mungkin Anda Suka: