Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

FAKTA Guru Honorer SD di Desa Pandean Mengabdi 17 Tahun Gaji 350 Ribu Tinggal Bersama Kambing Membuat Air Mata Camat Menetes

Mariyadi.com. Satu lagi fakta mengejutkan berasal dari Kabupaten Ngawi. Ternyata Di sebuah dusun terpencil Bernama Dusun suren desa pandean kecamatan karanganyar kabupaten ngawi masih ada warga yang tinggal Bersama kambing. Mirisnya lagi warga yang tinggal Bersama dengan kambing tersebut adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

FAKTA Guru Honorer SD di Desa Pandean Mengabdi 17 Tahun Gaji 350 Ribu Tinggal Bersama Kambing Membuat Air Mata Camat Menetes
FAKTA Guru Honorer SD di Desa Pandean Mengabdi 17 Tahun Gaji 350 Ribu Tinggal Bersama Kambing Membuat Air Mata Camat Menetes

Desa pandean Pandean adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah Desa Pandean Kecamtan Karanganyar Kabupaten Ngawi adalah sekitar 20.053.001 ha terdiri dari 4 Dusun meliputi Dusun Pandean, Dusun Pacar, Dusun Nglegok dan Dusun Suren. Desa pandean ini dapat dikatakan desa yang berbatasan langsung antara kabupaten ngawi dan kabupaten sragen di sebelah selatan dan kabupaten purwodadi di sebelah utara.

Beliau adalah Bu Sri Hartuti, seorang guru honorer yang mengajar di SDN Pandean 4 kecamatan karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini sudah mengabdi selama 17 tahun dan menerima gaji sebesar 350.000 setiap bulannya hingga saat ini masih tinggal Bersama kambing-kambingnya.

Diketahui rumah yang ditempati oleh Pahlawan Tanpa Tanda jasa ini berada ditengah hutan jati Kawasan perhutani KPH Ngawi. Beliau tinggal Bersama suami dan tiga anaknya. Rumah sederhana berlantai tanah yang dia tempati itu menyatu dengan kendang kambing dengan dinding dan pintu terbuat dari anyaman bamboo.

Terlihat jelas celah-celah pada beberapa bagian dinding rumah yang memungkinkan angin keluar masuk dengan leluasa. Memungkinkan merebaknya bau tidak sedap dari kendang kambing yang satu atap dengan rumah yang ditempati oleh Bu Sri Hartuti sang pahlawan tanpa tanda jasa sudah mengabdi jadi guru honorer selama 17 tahun.

“Mohon maaf baunya tak sedap dari kandang kambing,” kata Sri Hartuti, Kamis (21/10/2021), dikutip dari Kompas.com. 

Meskipun sudah mengajar selama 17 tahun, status Sri Hartuti masih guru tidak tetap atau guru honorer. Setiap bulan dia menerima gaji Rp 350.000. Sementara suaminya bekerja serabutan di kebun dengan penghasilan tak seberapa. Kondisi itu membuat mereka tak mampu membangun rumah yang layak. Tempat tinggal saat ini dibangun di atas tanah Perhutani.

“Ini pun tanahnya numpang di Perhutani. Untuk memperbaiki, gaji kami tak cukup,” ucapnya.

Dengan kondisi kekurangan tersebut, Sri Hartuti tetap melaksanakan kewajibannya untuk mendidik anak-anak di desanya.

Menurutnya banyak warga yang masih buta huruf serta banyak anak yang putus sekolah. “Pada awal mengajar di sini, anak kelas 4 SD banyak yang tidak bisa membaca. Saya ingin anak anak di sini pandai,” ujarnya.

Setelah 17 tahun mengajar, beberapa muridnya sudah sukses seperti menjadi polisi, pengusaha sukses dan ada yang meneruskan kuliah, “Meski keadaan saya begini, saya bangga kalau ada anak didik saya yang tahu lewat di sini menyapa saya. Anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, pengusaha, dan banyak juga yang kuliah,” ujarnya terharu.

Camat Karanganyar Nur Yudhi M Arifin menangis saat mengetahui ada warganya yang berprofesi guru tinggal dengan kambing di tengah hutan jati. Bahkan ia menyangka rumah pengajar SD Pandean 4 itu adalah kandang kambing.

“Saya pertama melihat langsung tanya ke kepala dusun (Kasun), itu rumah apa seperti kandang kambing karena di depannya memang ada kambing,” ujar Nur Yudhi saat ditemui di rumah Sri Hartuti, Kamis (21/10/2021).

Arifin menambahkan, meski sering berkeliling kampung, dia mengaku baru pertama kali menemukan rumah warganya yang sangat tidak layak huni.
“Saya keliling ke sini karena persentase vaksin di kampung sini hanya 14 persen,” imbuhnya.

Arifin mengaku akan berusaha semampunya membantu Sri Hartuti agar bisa hidup lebih layak. Apalagi, Sri Hartuti adalah seorang guru yang keberadaannya sangat dibutuhkan.

“Saya merasa jadi camat gagal. Saya akan berusah membantu sebisanya,” ucap dia dengan mata berkaca-kaca.

Saya sendiri sebagai admin channel calon guru yang banyak membahas rekrutmen guru ASN PPPK pernah dihubungi oleh bu sri hartuti ini menanyakan terkait mekanisme dan jadwal pelaksanaan seleksi pppk guru tahun 2021. Alhamdulillah, saya pantau dari portal sscasn beliau termasuk dalam salah satu peserta seleksi pppk guru tahap 1. Saya turut berdoa semoga beliau lulus jadi ASN PPPK tahun ini sehingga kedepannya beliau mendapat penghidupan yang lebih baik.

Ini hanyalah contoh kecil potret kehidupan masyarakat di sekitar kita. Khususnya para sobat guru honorer dan masyarakat luas pada umumnya. Mari kita cermati, mereka membutuhkan uluran tangan kita. Marilah kita Bersatu padu saling bahu membahu untuk menolong sesame sehingga mereka mendapat penghidupan yang lebih layak. Sebaik baik pohon adalah pohon yang banyak buahnya. Sebaik baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya.