Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suara Hati Guru (Dilema Guru Melaksanakan Pembelajaran Dimasa Pandemi)





Mariyadi.com. Sudah hampir 5 bulan lamanya sekolah tidak ada kegiatan belajar mengajar (KBM) antara guru dan siswa. Sejak mewabahnya pandemic Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 pemerintah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan system Daring (Dalam Jaringan) melalui koneksi internet. Meskipun pada awalnya bagi sebagian guru menyikapinya dengan fine-fine saja berkat bekal ketrampilan IT yang dimiliki namun sejatinya guru menjerit, merasakan bahwa PJJ menyimpan Dilema dalam Melaksanakan Pembelajaran Dimasa Pandemi.
 
www.mariyadi.com
Suara Hati Guru (Dilema Guru Melaksanakan Pembelajaran Dimasa Pandemi)
Dilema Guru Melaksanakan Pembelajaran Dimasa Pandemi ini bukan berasal dari kurangnya kemauan guru untuk terus melaksanakan PJJ yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti yang diterangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa Pembelajaran Jarak Jauh dapat dilakukan secara online melalui berbagai aplikasi dan kelas virtual yang saat ini telah tersedia seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan memanfaatkan beberapa teknologi IT yang ternyata juga dipakai oleh sebagian guru di Indonesia untuk memberikan pelajaran dan penugasan kepada siswa. Adapun aplikasi yang saya manfaatkan dalam melaksanakan tugas guru dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini adalah sebagai berikut:




1.    WhatsApp Messenger
Keberadaan aplikasi WhatsApp Messenger ini bagi saya sangat vital sekali keberadaannya yang dapat saya gunakan untuk mengkoordinir siswa melalui pembentukan Group Kelas tempat saya memberikan pengumuman kepada siswa, tempat saya memberikan pelajaran, memberi tugas dan menerima tanggapan hasil belajar dari siswa.

2.    YouTube Channel
Keberadaan YouTube Channel ini juga sangat penting karena disana memberikan pelajaran kepada siswa secara tampak muka melalui ponsel HP Androoid dan rekam layar Laptop. Setelah melakukan pengeditan produk dalam bentuk video pembelajaran selanjutnya konten video pembelajaran tersebut saya upload ke Channel Youtube saya yang bernama Calon Guru (Kanjeng Mariyadi Ngawi). Selanjutnya saya menyalin link video tersebut dan saya bagikan kepada siswa saya melalui aplikasi WhatsApp Messenger yaitu Group Kelas.

3.    Website
Saya memanfaatkan website pribadi untuk menjelaskan atau memberi latihan soal serta tugas kepada siswa yang tidak memungkinkan untuk diberikan melalui aplikasi WhatsApp Messenger maupun Channel YouTube. Misalkan saya membagikan E-Book, File Latihan soal, latihan soal pilihan ganda dan uraian akan lebih efektif jika saya tulis pada website pribadi saya yang beralamat www.mariyadi.com. Selanjutnya link artikel dari website saya salin dan saya bagikan melalui aplikasi WhatsApp Messenger yaitu Group Kelas

Sebenarnya mengajar secara online dengan moda daring melalui ketiga aplikasi diatas baik aplikasi WhatsApp Messenger, Channel YouTube maupun Website itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Jujur, selama mengajar secara daring ini saya jadi kurang tidur karena harus membuat tiga konten sekaligus untuk satu kali pembelajaran atau satu kali pertemuan. Jika materi yang harus dijelaskan adalah materi yang agak kompleks saya terpaksa tidak tidur lembur semalaman supaya besuk pagi saya bisa memberikan pelajaran kepada peserta didik saya supaya mereka tetap terlayani.

Saya rasa tidak hanya saya yang merasakan hal tersebut. jika diberikan kesempatan untuk memilih, kami sebagai seorang guru lebih suka mengajar secara tatap muka daripada mengajar secara daring seperti ini. Bukannya kami sebagai guru tidak mau belajar untuk menguasai IT, bukan kami takut kehabisan kuota internet, namun sejatinya menurut hati nurani kami yang terdalam menilai bahwa sebenarnya Pembelajaran Jarak Jauh ini kurang efektif untuk mengejar target pendidikan. Sepertinya siswa dan orang tua siswa juga merasakan akan hal itu. Selama Pembelajaran Jarak Jauh siswa kurang terlayani. Kesannya rasanya beda. Mendapatkan pembelajaran dari guru secara langsung dengan mendapatkan pelajaran dari guru melalui gadget. Orang tua juga sepertinya harus mendampingi putera-puterinya dalam melakukan pembelajaran daring, karena terkadang tanpa pendampingan dari orang tua, siswa terkesan acuh terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru secara daring, belum lagi adanya ancaman akan dampak negative yang mengancam siswa dengan kemudahan akses internet yang perlu kita waspadai seperti pornografi, Cyberbullying dan lain sebagainya. Siswa yang belum memiliki gadget juga menjadi kendala, orang tua siswa harus membelikan anaknya ponsel yang memadai untuk dapat mengikuti pembelajaran Daring.

Dilema Guru Melaksanakan Pembelajaran Dimasa Pandemi yang lebih saya rasakan adalah ketika ada pihakyang mengatakan bahwa kami “(Guru) memakan Gaji Buta”. Meskipun kita menyadari orang yang mengatakan bahwa guru makan gaji buta tersebut hanyalah opini dari beberapa gelintir oknum, kami sejatinya tersakiti. Dengan beban mengajar yang menurut saya lebih berat daripada pembelajaran tatap muka dengan gambaran aktivitas mengajar saya yang sudah saya deskripsikan diatas seharusnya oknum tersebut mengerti bahwa sebenarnya Pembelajaran Jarak Jauh ini lebih berat. Belum lagi rekan-rekan guru yang mengajar melalui aplikasi yang lainnya misalnya Zoom, Kahoot, Google Form, Google Meet, Google Classroom dan lain sebagainya.

Akhir-akhir ini orang tua dan siswa juga mengeluhkan betapa borosnya pengeluaran mereka untuk membeli kuota internet untuk mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh. Ada yang sampai rela berjualan Koran untuk dapat membeli kuota internet. Dari segala permasalahan pembelajaran daring ini kita hanya dapat berdoa. Berdoa semoga pandemic ini segera berakhir dan sekolah-sekolah bisa kembali dibuka untuk terciptanya pembelajaran yang efektif, efisien dan bermakna untuk mencetak generasi bangsa yang unggul.