Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENELITIAN TENTANG GAMA ISLAM DI INDONESIA 1930-1950 OLEH G.F. PIJPER





Berikut adalah PENELITIAN TENTANG GAMA ISLAM DI INDONESIA 1930-1950 OLEH G.F.PIJPER

PENELITIAN TENTANG GAMA ISLAM DI INDONESIA 1930-1950 OLEH G.F.PIJPER
PENELITIAN TENTANG GAMA ISLAM DI INDONESIA 1930-1950 OLEH G.F.PIJPER


PEMBONGKARAN MASJID
Masjid merupakan suatu wakaf yaitu sebuah “lembaga ketaatan”. Wakaf tidak boleh di perjual belikan,digadaikan, diwariskan dan dihadiahkan. Dalam prasasti berbahasa arab yang dibuat waktu pembukaan masjid indramayu tertera”masjid ini tidak boleh dijual, tidak boleh digadaikan, tidak boleh diwariskan, tidak boleh dihadiahkan, dan Allah menjadi saksi.”  Ketika orang jawa membongkar masjidnya maka bahan-bahan bangunan masjid lama tidak boleh dijual, lebih baik lagi bahan-bahan bangunan masjid yang lama itu di gunakan untuk pembangunan masjid yang baru dan kalau tidak terpakai maka orang-orang jawa sering menaruh bahan-bahan yang tidak terpakai itu di sebelah masjid atau yang di deket masjid.dalam kitab minhaj al-talibin di sebutkan bahwa di antara bahan-bahan bangunan yang di haramkan ini terdapat pengecualian, yaitu tikar yang rusak dan balok-balok yang patah, barang-barang itu boleh di jual. Tetapi hanya barang itu dapat di pake sebagai bahan bakar

MALAM PERTENGAHAN BULAN SYA’BAN DI PULAU JAWA
Menurut kaum muslimin , malam lima belas bulan sya’ban merupakan malam yang suci. Kepercayaan malam yang suci ini terdapat di maroko sampai kepulauan indonesia, sering berdasarkan pandangan dan adat-istiadat yang berbeda. Di Maroko terdapat kepercayaan bahwa tuhan pada malam ini memberikan buku kepada malaikat Izrail. Buku berisi catatan tentang semua makhluk hidup yang akan meninggal pada tahun mendatang. Pada tanggal 15 sya’ban ini para malaikat memperhitungkan kehidupan tiap-tiap makhluk. Banyak orang yang berpuasa pada tanggal 14 dan 15 bulan tersebut, pada tanggal 15 mereka berbuka dengan makanan yang lebih lezat dari pada biasanya.
            Kalau di jawa mereka berkumpul di masjid sebelum waktu magrib, kemudian mereka shalat magrib dan setelah selesai salat mereka memulai upacara kagamaan, mereka membaca surat yasin bersama dengan keras, setiap kali di selingi dengan doa khusus untuk malam itu. Sebelum membaca yasin tiap orang membaca niat dulu. yang pertama memohon panjang umur, yang kedua berisi permohonan untuk di jauhkan dari malapetaka, dan yang ketiga yaitu meminta untuk di penuhi kebutuhan hidup.yang tidak hafal surat yasin mereka membaca suratal-ikhlas berkali-kali dengan suara yang keras. Setelah upacara keagamaan selesai, semua orang berkumpul untuk melakukan shalat isyak berjamaah karena waktunya telah tiba, kemudian mereka pulang, kecuali apabila ada suguhan, kalau ada suguhan maka merekan akan makan dahulu baru pulang.

MENARA MASJID DI PULAU JAWA
Bukan hanya panggilan salat yang disuarakan oleh manusia saja yang mengagumkan, menara pun merupakan penemuan luar biasa dari segi arsitektur. Bahwa menara itu bukan penemuan asli islam seperti yang di buktikan oleh sejarah agama dan asitektur,tidak menjadi soal. Sejarah menyatakan dahulu sudah ada menara yang dipakai oleh agama yang lebih tua, menara-menara yang menjulang tinggi di atas bangunan sekitarnya, memberikan ciri khas kepada kota dan pedesaan.





Di pulau jawa daerah yang penduduknya beagama islam dr jaman dahulu, seperti di tempat lain, masjit-masjitnya juga sudah mempunyai menara, walaupun ada menaranya bukan berarti ciri khusus dari desa atao kota di pulau jawa. Tapi pada pokoknya masjit di pulau jawa di bangun dengan cara yang khas.
Ciri-ciri masjid di pulau jawa adalah:
1.    Fondasi bangunan yang berbentuk persegi
2.    Masjid itu tidak berdiri di atas tiang, tetapi di atas dasar yang padat
3.    Masjid itu mempunyai atap yang meruncing ke atas,terdiri dari dua sampe lima tingkat, ke atas makin kecil
4.    Masjid itu mempunyai tambahan ruang di sebelah barat atau barat laut, yang di pakai untuk mihrab
5.    Masjid itu mempunyai serambi di depan maupun di kedua sisinya
6.    Halaman di sekeliling masjit dibatasi oleh tembokdengan satu pintu masuk di depan, di sebut gapura

Bisa di simpulkan bahwa bentuk masjid ini bukan merupakan bangunan asing yang di bawa oleh mubalig muslim dari luar tapi memang bentuk asli sesuai dengan kebutuhan peribadatan secara islam.

GERAKAN AHMADIAH DI INDONESIA
Pada tahun 1924, mirza wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad, dua mubalig gerakan ahmadiyah Lahore mendarat di pulau Jawa, dengan tujuan berkunjung secara singkat, kemudian mereka akan meneruskan perjalanannya ke Cina, negara tujuan mereka yang pertama, ketika mereka melihat bahwa Indonesia terutama jawa, merupakan daerah subur bagi pengkristenan(secara paksa), seperti yang mereka baca di majalah-majalah kristen di lahore, mereka mempunya hasrat untuk mengajukan permohonan kepada pemimpin pusat ahmadiyah lahore, untuk mendapat persetujuan dan mengirimkan orang lain sebagai gantinya ke Cina.
Begitulah permulaannya ahmadiyah bisa ada di indonesia terutama jawa. Di Purwokerto mereka mendirikan masjid dengan bentuk jawa, setiap hari jumat mereka melaksanakan shalat jumat, pria dan wanita, di antaranya 100 orang ahmadiyah yang lain dari daerah sekitarnya, saat itu pengikut ahmadiah pertambah pesat, pada tahun 1930 berdiri pula cabang-cabang di Puwokerto, Purbolinggo, Pliken, Surakarta, dan Yogyakarta, sehingga jumlah pengikutnya 170. Joyosugito menjadi pemimpunya dan Puwokerto menjadi pusatnya.