Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Proposal PTK: Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Make A Match Dengan Media Flashcard Pada Siswa Kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo





Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.
Contoh Proposal PTK: Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Make A Match Dengan Media Flashcard Pada Siswa Kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo
Contoh Proposal PTK: Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Make A Match Dengan Media Flashcard Pada Siswa Kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo

Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1.   PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2.   PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3.   PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.

Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Make A Match Dengan Media Flashcard Pada Siswa Kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo. Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..

A.    Judul
PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS III SD TARBIYATUL ISLAM PONOROGO

B.  Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Pendidikan dasar menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yaitu berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs.), atau bentuk lain yang sederajat. Kurikulum yang digunakan pada dunia pendidikan khususnya Sekolah Dasar selalu mengalami perubahan. Kurikulum yang di gunakan pada saat ini adalah KTSP. Salah satu mata pelajaran yang termuat dalam KTSP adalah mata pelajaran IPA.
Menurut Trianto (2010), Pada hakekatnya  pembelajaran IPA dibangun atas empat dasar yaitu proses, produk, pengembangan sikap dan teknologi. Namun selama ini pembelajaran IPA di sekolah dasar kurang dapat mengajak siswa untuk mengembangkan kreatifitas berpikirnya. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru dan bukan siswa sebagai pusat pembelajaran. Oleh karena itu, maka dalam proses pembelajaran IPA hendaknya guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang menarik, inovatif, serta memberikan iklim kondusif bagi perkembangan daya nalar dan kreatifitas siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Tarbiyatul Islam, peneliti menemukan permasalahan di kelas III, dimana hasil belajar IPA siswa kelas III masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Dari tes yang telah diberikan, diperoleh hasil nilai siswa terendah adalah 50, dan nilai tertinggi adalah 85, serta nilai rata-rata adalah 67,65. Hal ini disebabkan kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Selain itu, penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah karena guru masih menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi dalam pembelajaran IPA. Guru belum menggunakan media/ alat peraga secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan materi yang disampaikan sulit dipahami oleh siswa, bahkan siswa terkadang merasa bosan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam kondisi yang demikian, maka pembelajaran IPA bersifat verbalistik, sehingga apa yang telah dipelajari oleh siswa tidak dapat bertahan lama.
1.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat bahwa masalah-masalah selama proses pembelajaran IPA materi sumber daya alam yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah antara lain :
a.    Siswa merasa bosan saat proses pembelajaran IPA berlangsung.
b.   Siswa sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru.
c.    Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran.



d.   Siswa merasa malu ketika diminta tampil di depan kelas karena tidak ada  rasa percaya diri pada siswa.
e.    Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah.
2.   Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dianalisis beberapa permasalahan sebagai berikut:
1)   Guru masih menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi dalam pembelajaran IPA materi sumber daya alam.
2)   Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA materi sumber daya alam.
3)   Pembelajaran IPA materi sumber daya alam masih bersifat verbalistik.
3.   Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SD Tarbiyatul Islam di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan  model  pembelajaran yang digunakan guru dapat mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional pada mata pelajaran IPA tersebut ternyata menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Untuk itu, guru harus aktif dan kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengkaji tentang penggunaan suatu model pembelajaran Make a Match menggunakan media Flashcard untuk mata pelajaran IPA pada materi Sumber Daya Alam. Dengan menggunakan model make a match dengan media flashcard, kegiatan belajar mengajarpun akan lebih menyenangkan sehingga dapat membuat siswa lebih aktif dan akan lebih mudah memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran.
Model Make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Huda, 2011), merupakan suatu model dimana dalam kegiatan pembelajarannya peserta didik mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana menyenangkan. Flashcard adalah kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam melalui model Make a Match dengan media Flashcard pada siswa kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo” yang diharapkan dengan penerapan model Make a Match dengan media Flashcard ini maka aktivitas dan  hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA akan meningkat.

C.    Rumusan dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu:
1)   Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dengan menerapkan model Make a Match dengan media Flashcard pada siswa kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo?
2)   Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dengan menerapkan model Make a Match dengan media Flashcard pada siswa kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo?

D.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard .
2.   Untuk mendeskripsikan hasil belajar IPA materi sumber daya alam pada siswa kelas III SD Tarbiyatul Islam melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard .

E.     Manfaat
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1.   Manfaat teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberi informasi mengenai pengembangan pembelajaran melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard dapat dijadikan landasan dalam melaksanakan pembelajaran IPA agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
2.      Manfaat praktis
a. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, semangat kerjasama antar siswa, motivasi dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran terutama mata pelajaran IPA.
b.   Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat menggali kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan memberikan pengetahuan cara mengajar yang disenangi siswa sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c.    Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pengelola sekolah untuk membuat kebijakan bagi para guru supaya menggunakan penerapan model Make a Match dengan media Flashcard sebagai salah satu upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
d.   Institusi Pendidikan Secara Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana terhadap Institusi Pendidikan Secara Umum untuk menerapkan model Make a Match dengan media Flashcard dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang lebih optimal.

F.  KAJIAN PUSTAKA
1.   Belajar
1)   Pengertian Belajar
Menurut Gagne (dalam Sri Anitah W,dkk, 2014), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan menurut Ernest R Hilgard (dalam Sri Anitah W,dkk, 2014), belajar adalah poses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan itu terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2)   Aktivitas Belajar
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009), belajar adalah perubahan kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa lainnya. Aktivitas yang timbul dari siswa apabila diarahkan dengan baik pada obyek pembelajaran akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada meningkatnya suatu hasil belajar siswa.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar atau keberhasilan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini adalah aktivitas siswa, karena keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru harus menggunakan multimedia dan multimetode.
3)   Hasil Belajar



Hasil belajar merupakan tingkatan tertinggi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Menurut Benyamin Bloom (dalam Sri Anitah W,dkk, 2014) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Romizoswki (dalam Sri Anitah W,dkk, 2014) dalam skema kemampuan yang menunjukkan hasil belajar yaitu:
1)   Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berpikir logis.
2)   Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual.
3)   Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control.
4)   Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar yang diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan segala sesuatu yang diperoleh pembelajar dari proses aktivitas belajar yang mencakup kemampuan intelektual, kemampuan koognitif, ketrampilan motorik, kemampuan verbal maupun non verbal.

2.   Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Dilihat dari tahap perkembangan kognitif yang diutarakan Piaget dalam Isjoni (2010), siswa Sekolah Dasar termasuk dalam tahap operasional konkrit. Siswa sekolah dasar masih belum dapat berpikir abstrak. Oleh karena itu, guru harus menggunakan bantuan media-media konkret untuk menyampaikan pelajaran. Jika benda yang sebenarnya tidak dapat ditunjukan, guru dapat menggunakan benda tiruan yang dapat ditunjukan kepada siswa. Guru juga dapat menunjukan gambar benda yang dibutuhkan untuk menyampaikan materi pelajaran, jika benda sebenarnya tidak ada.

3.   Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif  adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Menurut Robert E. Slavin (2010) cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan bisa saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Isjoni (2010: 14), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktivitas pembelajaran siswa yang dilakukan secara berkelompok, dimana mereka harus saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Menurut Lie (Isjoni 2010), dalam pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu:
a)   Teknik Mencari  Pasangan (Make A Match), yaitu teknik yang dikembangkan Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.
b)   Bertukar Pasangan, teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau berdasarkan Teknik Mencari Pasangan.
c)   Berpikir Berpasangan Berempat (Think-Pare-Share), yaitu teknik yang dikembangkan Lyman (Think-Pare-Share). Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan parstisipasi mereka kepada orang lain.

4.   Model Pembelajaran Make a Match
1)   Pengertian Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran make a match yaitu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Model pembelajaran make a match yaitu model pembelajaran dimana siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah model Pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:
a)   Guru menyiapkan dua kotak kartu yang berisi satu kotak kartu soal dan  satu kotak kartu jawaban.
b)   Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
c)   Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
d)  Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal maupun jawaban).
e)   Setiap siswa dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditetapkan diberi poin.
2)      Kelebihan pembelajaran Make A Match
Kelebihan model Pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:
a)   Dapat meningkatan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik
b)   Model pembelajaran ini menyenangkan karena ada unsur permainan
c)   Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
d)  Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
e)   Melatih keberaian siswa untuk tampil presentasi
f)    Melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu belajar
3)   Kekurangan pembelajaran Make A Match
Kekurangan model Pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:
a)   Jika tidak dirancang dengan baik, maka banyak waktu yang terbuang
b)   Pada awal penerapan model ini, banyak siswa malu berpasangan dengan lawan jenisnya
c)   Jika siswa tidak diarahkan dengan baik saat presentasi, banyak siswa yang kurang memperhatikan.
5.   Pembelajaran IPA di SD
Menurut De Vito,et al (1993) dalam Samatowa (2011: 104) Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memperbanyak penglaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan, dan memberikan pengalaman belajar yang menarik kepada siswa.

6.   Media Pembelajaran
Media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.
1)   Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002:24) yaitu:
a.    Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
b.   Memberikan pengalaman lebih nyata
c.    Menarik perhatian siswa lebih besar
d.   Semua indra siswa dapat diaktifkan.
e.    Lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar
2)   Media Pembelajaran Flashcard
Flashcard berasal dari bahasa Inggris, Flash (cepat), Card (kartu). Jadi Flash Card artinya kartu cepat. Flashcard adalah media yang sederhana  yang menggunakan kartu kecil yang berisi gambar, teks atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard merupakan kartu bergambar yang ukurannya seukuran dengan postcard atau sekitar 25 x 30 cm. Gambar yang ditampilkan dalam kartu tersebut adalah gambaran tangan atau foto yang ditempelkan pada lembaran kartu- kartu tersebut.
Jadi penulis menyimpukan bahwa media pembelajaran Flash Card adalah media pembelajaran visual yang berbentuk kartu yang berisi gambar atau tulisan yang bisa mengarahkan siswa tentang materi yang dipelajari sehingga dapat mempercepat pemahaman dan dapat memperkuat ingatan siswa. Kelebihan media flashcard adalah sebagai berikut:
a)   Mudah dibawa kemana- mana karena ukurannya seukuran postcard
b)   Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapanpun anakdidik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini
c)   Gampang diingat karena kartu ini bergambar sangat menarik perhatian, berisi huruf atau angka yang simple dan menarik, sehingga merangsang otak untuk lebih lama mengingat pesan dalam kartu tersebut
d)  Media ini juga sangat menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam bentuk permainan

7.   Kerangka Berpikir
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model pembelajaran make a match dengan media flashcard, hasil belajar IPA beberapa siswa kelas III SD Tarbiyatul Islam masih rendah. Dengan rendahnya  hasil belajar IPA tersebut guru berupaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan melakukan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran make a match dengan media flashcard.

Dengan menggunakan model make a match dengan media flashcard ini diharapkan kegiatan pembelajarn IPA kelas III SD Tarbiyatul Islam menjadi menyenangkan sehingga siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, materi pembelajaran juga dapat dipahami siswa. Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan hasil belajar IPA siswa kelas III menjadi meningkat. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 

Download Contoh Proposal PTK
Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:

Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Make A Match Dengan Media Flashcard Pada Siswa Kelas III SD Tarbiyatul Islam Ponorogo semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.





Artikel Menarik Lainnya