Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Proposal PTK: Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Argosari 02 Dalam Pelajaran IPS Materi Masalah Sosial Melalui Metode Sosio Drama





Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.
 
Contoh Proposal PTK: Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Argosari 02 Dalam Pelajaran IPS Materi Masalah Sosial Melalui Metode Sosio Drama
Contoh Proposal PTK: Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Argosari 02 Dalam Pelajaran IPS Materi Masalah Sosial Melalui Metode Sosio Drama


Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1.   PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2.   PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3.   PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.

Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Argosari 02 Dalam Pelajaran IPS Materi Masalah Sosial Melalui Metode Sosio Drama. Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..
 6.  KAJIAN PUSTAKA


A.  PEMBELAJARAN IPS DI SD

IPS merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi IPS sebagai pembangun karakter bangsa (nasional character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas,  yang  perlu  direvitalisasi  agar  sesuai  dengan  arah  dan  pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.
Mata pelajaran IPS perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena IPS memiliki tugas pokok sebagai berikut :
1. Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara ( civic intelligence ).

2. Membina tanggungjawab warga Negara ( civic intelligence ).

3. Mendorong partisipasi warga Negara ( civic intelligence).

Kecerdasan warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga Negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan social sehingga IPS memiliki ciri multidimensional.Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan informasi serta peka terhadap keadaan yang selalu berubah / tidak pasti.
Menurut hasil penelitian Cogan (dalam Ridwan Effendi:2017), ada delapan karakter warga negara abad 21 yang dapat dibentuk melalui belajar IPS yaitu sebagai berikut :
1.    Kemampuan    mengenal    dan    mendekati    masalah    sebagai    warga masyarakat di sekitar.
2.    Kemampuan     bekerjasama     dengan     orang     lain     dan     memikul tanggungjawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat.
3.    Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan

perbedaan pendapat.

4.    Kemampuan berfikir kritis dan sistematis.

5.    Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan.

6.    Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana.

7.    Memiliki   kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hak

haknya dalam masyarakat.

8.    Memiliki   kemaua da kemampua untuk   berpartisipasi   dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian fungsi pembelajaraIPS tidak hanya sekadar memberi    pengetahuan tentang pendidikan sosial saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap-sikap tertentu mengenai hal-hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari-hari.



B.  METODE SOSIO DRAMA

i.     Pengertian Metode Sosio Drama

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut   hubunga antar manusi sepert masala kenakala remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan  untuk  memberikan  pemahaman  dan  penghayataakan  masalah- masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.(Wina   Sanjay :2012) Sosiodrama   adala tekni yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan, melalui suatu suasana yang didramatisasikan sehingga dapat secara bebas mengungkapkan





dirinya sendiri secara lisan.(Pihasniwati:2010). Metode ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Sedangkan Lif Khoiru dkk dalam bukunya menyatakan bahwa Sosiodrama merupakan salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok yaitu role playing atau teknik bermain peran dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah lau dalam hubungan sosial(Lif Khoiru Ahmadi:2011). Sosiodrama merupakan dramatisasai dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain, tingkat konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial
ii.         Jenis Metode Sosiodrama

Adapun jenis metode sosio drama adalah :

a Permainan Penuh

Permainan penuh dapat digunakan untuk proyek besar yang tidak dibatasi waktu dan sumber. Permainan penuh ini merupakan alat yang sangat baik untuk menangani masalah yang kompleks dan kelompok yang berhubungan   denga masala itu.   Permaina mungki asl atau disesuaikan dengan situasi, untuk memenuhi permintaan distributor komersial atau organisasi perjuangan, keagamaan, sosial, pendidikan, industri, dan professional
b. Pementasan situasi atau kreasi baru

Teknik ini mungkin setingkat dengan permainan penuh, tetapi dirancang hanya untuk memainkan sebagian masalah atau situasi. Bentuk permainan drama memerlukan orientasi awal dan diskusi tambahan atau pengembangan lanjutan kesimpulan dengan menggunakan metode lain.





Pementasa situasi   dapa digunaka untuk   memeranka kembali persidangan pengadilan, pertemuan dan persidangan badan legislative.
c. Playlet

Playlet adalah jenis permainan drama ketiga. Playlet meliputi kegiatan berskala kecil untuk menangani masalah kecil atau bagian kecil dari masalah besar. Jenis ini dapat digunakan secara tunggal atau untuk mengemas pementasan masalah yang menggunakan metode lain, atau serangkaian playlet dapat digunakan bersama untuk menggambarkan perkembangan masalah secara bertahap.
d. Blackout

Blackout adalah jenis permainan drama yang ke empat.Jenis ini biasanya hanya meliputi dua atau tiga orang dengan dialog singkat mengembangkan latar belakang secukupnya dalam pementasan yang cepat berakhir.



iii.     Fungsi Metode Sosio Drama

Fungsi dari sebuah metode pembelajaran pada dasarnya adalah untuk mempermudah kegiatan pembelajaran, baik dari segi guru, maupun dari seiswa serta bahan ajar. Setiap metode pembelajaran memiliki tujuan penggunaan  yang  berbeda  sesuai  dengan  relevansi  kecocokan  antara materi dengan metode. Seperti halnya metode sosiodrama yang sangat relevan untuk digunakan pada pembelajaran dengan materi tingkahlaku sosial.
Adapun tujuan serta fungsi dari metode sosiodrama ketika diterapkan dalam pembelajaran, para ahli memiliki pendapat tersendiri, namun pendapat-pendapt tersebut memiliki  kesamaan tujuan, hanycara  serta





bahasa  penyampaiannya  yang  berbeda,  berikut  akan  peneliti  uraikan beberapa pendapt ahli pendidikan tentang tujuan dari metode sosiodrama.
Pertama, tujuan metode sosiodrama dalam kegiatan pembelajaran yang disebutkan oleh zakiah (1995). Adapun tujuan tersebut yaitu:
a. Aga ana didi mendapatkan   keterampila sosia sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari
b. Menghilangkan perasaan-persaan malu dan rendah diri tidak pada tempatnya, maka dilatih melalui temannya sendiri untuk berani berperan dalam suatu hal. Hal ini disebabkan karena memang ada anak didik yang disuruh ke depan kelas saja tidak berani apalagi berbuat sesuatu seperti berbicara di depan orang dan sebagainya.
c. Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat di depan teman sendiri atau orang lain.
d. Membiasakan  diri  untuk  sanggup  menerima  dan  menghargai pendapat orang lain.
Kemudian berkaitan dengan tujuan pembelajaran dengan metode sosio drama, Nana Sudjana juga memberikan penjelasan bahwa ada beberapa   tujua yan di   dapatka setela menerapkan   metode sosiodrama dalam pembelajaran, di antaranya:
a.  Agar seorang siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b.  Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab

c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara cepat
d. Memberikan  rangsangan  kepada  kelas  untuk  berpikir  dan memecahkan masalah.





Agar lebih sederhana dalam pemahamannya, tujuan metode sosio drama  yang  telah  dipaparkan  oleh  para  ahli  di  atas  dapat  penulis sajikan secara sederhana. Jelasnya bahwa sebuah metode pembelajaran diciptakan untuk meminimalisir hambatan yang teradapat dalam pembelajaran, begitupun halnya dengan metode sosiodrama yang diciptakan untuk memudahkan siswa memahami materi ajar yang tidak dapat dipahami dengan metode konvensional pada umumnya. Dalam metode sosiodrama siswa di ajarkan untuk berani bergerak di depan kelas dengan menghilangkan rasa malu, siswa juga dapat melatih tanggung jawab. Lebih mudahnya metode sosiodrama dapat digamabarkan sebagai sebuah metode yang mempermudah anak mempelajari tingkah laku sosial dan bersikap dalam kehidupan bersosialisasi.



iv.     Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sosio Drama

Dalam pelaksanaanya sosiodrama memiliki kaidah-kaidah tertentu supaya kegiatan dapat terstruktur dan terarah. Salah satu kaidah pelaksanaan sosiodrama adalah sebagai berikut:
a Tahap persiapan

Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan diperagakan atau  pemilihan tema cerita. Pada tahap persiapan ini guru jugga menjelaskan mengenai    peranan-peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosio drama dan tatacara pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran setelahnya.
Dalam sebuah kelas tentunya terdapat jumlah anak yang tidak semuanya bisa melaksanakan sosio drama, jadi selain menjelaskan tatacara  pelaksanaa sosiodrama, guru juga harus





menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa yang menjadi penonton.
b.  Penentuan pelaku atau pemeran

Setelah menentukan tema pelaksanaan sosiodrama selanjutnya guru mendorong peserta didik untuk melaksanakan bermain  peran,  kemudiagurmenentukan  siapa  saja  yang menjadi pemain dalam sosiodrama dan yang menjadi penonton. Guru bertugas menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya menjadi pemeran terhadap tema belajar kelas mereka kali ini.
c Tahap permainan sosiodrama

kemudian siswa dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya selama kurang
4-5 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka sendiri. Abu Ahmadi  menambahkan  dalam  melaksanakan sosio  drama  siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan,   suat sika yan dipikirka seandainy ia menjadi tokoh yang diperankannya ssecara spontan.


d.  Diskusi




Permainan dramatisasi dihentikan, kemudian para pemaim dipersilakan duduk, kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang di ikuti   oleh semua peserta didik. Diskusi berkissar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat, dan beberapa kesimpulan.
e Ulangan permainan





Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton setelah di dapat kesimpulan dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.



v.     Kelebihan dan kekurangan Metode Sosio Drama

Sama halnya seperti metode pembelajaran lainya, metode sosiodrama juga memiliki  kebaikan dan kelemahan. Kebaikan dan kelemahan ini perlu diketahui oleh setiap pendidik yang akan menerapkan metode sosiodram dala kegiatan pembelajaran. Adapun kebaikan dan kelebihan sosiodrama dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
a Kelebihan metode sosiodrama

Adapun  kelebiihan  metode  sosiodrama  yang  disebutkan  oleh  Abu ahmadi adalah sebagai berikut, diantaranya:
i Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan sesuatu masalah sosial yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuannya melakukan suatu agenda di muka orang banyak.
ii.   Suasana  kelas  sangat  hidup  karena  perhatian  para  murid semakin tertarik melihat adegan seperti keadaan yang sesungguhnya.
iii Para  murid  dapat  menghayati  seseuatu  peristiwa,  sehingga mudamemahami,  membanding-banding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
iv.   Anak-anak menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis.





b.   Kekurangan metode sosiodrama

Kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:

i.  Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
ii.  Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
iii.  Memerlukatempat  yang  cukup  luas,  jika  tempat  bermain sempit menjadi kurang bebas.
iv.  Sering  kelas  lain  terganggu  oleh  suara  pemain  dan  para penonton  yang  kadang-kadanbertepuk  tangan,  dan sebagainya.
v.  Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu cukup lama.
vi.  Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menirukan sesuatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini baginya sangat tidak efektif.
vii.  Ada kalanya para murid enggan memerankan suatu adegan karena merasa rendah diri atau malu.
viii.  Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat mengambil  sesuatu  kesimpulaapapun  yang  berarti  pula tujuan pengajaran tidak dapat tercapai.



C.  AKTIVITAS BELAJAR

Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan–kegiatan yang dimaksud  adalah  kegiatan  yang  mengarah  pada  proses  belajar  seperti





bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan  kemampuannya  semaksimal  mungkin.  Aktivitas  yang  timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
a.  Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar, karena aktivitas merupakan pergerakan secara berkala yang dilakukan siswa.  Tanpa aktivitas maka  proses 7  pembelajaran tidak akan efektif dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal. Belajar yang berhasil mestilah melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Ramayulis (2008) mengatakan, Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti proses pengajaran (proses perolehan hasil pembelajaran) secara aktif”.
Guru adalah sumber daya yang berperan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan siswa untuk aktif dalam berbagai macam  kegiatan pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri. Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan siswa pada aktivitas yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai pada tahap yang optimal.





Aktivitas belajar siswa dilakukan oleh oleh dua faktor yaitu psikis dan fisik. Ramayulis (2008) lebih lanjut mengatakan, Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uang. Siswa memiliki prinsip aktif di dalam dirinya masing- masing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Hamalik (2009) berpendapat bahwa, Pendidikan  8  modern  lebih  menitikberatkan  pada  aktivitas  sejati dimana siswa belajar sambil bekerja”. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperole suat perubahan   tingka laku   sebaga hasi dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2005) yang menyatakan bahwa, Belajar adalah suatu proses  perubahan  di  dalam  kepribadiamanusia,  dan  perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan. Hamalik (2009:36) mengatakan, Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, 9





pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
b Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran.

Hamalik (2009) mengemukakan bahwa, penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:
1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri sehingga   sanga bermanfaa dala rangk pelayanan perbedaan individual.
5.   Memupuk   disipli belaja da suasan belaja yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat  dan  hubungan antara  guru  dan  orang  tua  siswa,  yang bermanfaat dalam pendidikan siswa
7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistis dan konkrit,  sehingga  mengembangkapemahaman  dan  berpikir  kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8.  Pembelajaran  dan  kegiatan  belajar  menjadi  hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.


c.    Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Proses belajar seseorang dipengaruhi situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2009), jenis–jenis aktivitas dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut:
a. Kegiatan–kegiatan visual Membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
b. Kegiatan–kegiatan lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
c Kegiatan–kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan–kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan– bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
e. Kegiatan–kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
f Kegiatan–kegiatametrik  Melakukan  percobaan,  memilih  alatalat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun
g.   Kegiatan–kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktorfaktor, melihat hubungan–hubungan dan membuat keputusan.
h.  Kegiatan–kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang dan lain–lain.
Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan  bahwa  aktivitas  belajar  merupakan  kegiatan–kegiatan yang terjadi yang dilakukan baik secara fisik ataupun non fisik yang merupakan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sebagai  hasil  belajar  mencakup  aspek  kognitif, afektif  dan psikomotorik.



D.  HASIL BELAJAR

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif. Untuk melihat hasil  belajar  dilakukan  suatu  penilaian  yang  bertujuan  untuk  mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan pencapaian kompentensi dasar setelah mengikuti pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana (2002) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi, hasil belajar merupakan salah satu ukuran penguasaan siswa mendapatkan pelajaran di sekolah.  Untuk  mengukur  kemampuan  siswa tersebut  dilakukan  evaluasi. Evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data mengenai kemampuan  belajar siswa untuk menentukan apakah kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan.





Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Depdiknas (Sesiria, 2005) hasil belajar adalah penguasaan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dari nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.
Dimyati dan Mujiono (Sesiria, 2005) hasil belajar rmerupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindakan belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah karena berkat tindakan guru, pencapaian pengajaran, pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa”. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah siswa  tersebut  melakukan  proses  belajar  yang  melibatkan  aspek  kognitif, afektif dan psikomotor yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.





7.  METODE PENELITIAN

A.  Subjek,Tempat, dan Waktu Penelitian a.  Subyek
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi SDN Argosari 02 KelaIV Tahun ajaran 2018/2019. Adapun jumlah siswanya sebanyak  15 Siswa, terdir ata siswa   Laki-laki   sebanya  siswa sedangkan   siswa Perempuan sebanyak 10 siswa. Observer terdiri atas 1 orang guru yaitu Bapak Abdul Haris Y,S.Pd yang bertugas membantu peneliti dalam mendokumentasikan proses pembelajaran sekaligus sebagai kolaborator.
b.  Tempat

Tempat  penelitian  ini  berada  di  SDN  Argosari  02  Desa  Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, Dengan Latar belakang siswa yang mayoritas masih Keluarga Petani dengan perekonomian menengah





kebawah.  Sebagian  besar  siswa  masih  memegang  teguh  adat  istiadat karena  siswa-siswi SDN  Argosari  02  adalah  keturunan  suku  Tengger. Dengan Kepercayaan sebagian besar Islam dan sebagian kecil Pemeluk Agama Hindu.
c Waktu

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan pada     semester genap tahun pelajaran 2018/2019 mulai tanggal 1 Januari sampai 31  Maret 2019 untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Kompetensi Dasar mengenal masalah sosial dalam  kehidupan masyarakat. Jam pelajaran 1 (satu) pertemuan setiap minggu pada tiap hari Kamis dengan waktu 2 x 35 menit setiap kali pertemuan.



Download Contoh Proposal PTK




Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:

Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Argosari 02 Dalam Pelajaran IPS Materi Masalah Sosial Melalui Metode Sosio Drama semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.

Artikel Menarik Lainnya