Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Proposal PTK: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH




Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.

Contoh Proposal PTK: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH

Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1.   PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2.   PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3.   PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.

Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH  . Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..
A.   JUDUL PTK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH

   B.   LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH
1.      LATAR BELAKANG
              Berdasarkan Undang-undang No 20 tahun 2003 (dalam Ronquillo, 2009) tentang sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
                Mata pelajaran di sekolah dasar meliputi matematika, bahasa Indonesia, IPS, IPA, PKn dan lain sebagainya. Dari beberapa mata pelajaran tersebut, pelajaran matematikalah yang banyak tidak disukai siswa. Pelajaran matematika merupakan ilmu yang sudah pasti dengan simbol dan rumus didalamnya. Apabila siswa tidak memahami simbol dan rumus tersebut, maka siswa akan kesulitan untuk belajar matematika.
                Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
                Kondisi pembelajaran matematika di atas merupakan gambaran umum yang terjadi di SDIE Hidayatul Ummah.Guru jarang menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran. Padahal banyak materi matematika yang memerlukan penggunaan media dan alat peraga, sehingga tidak cukup jika di sampaikan hanya melalui metode konvensional saja. Pemberian pembelajaran hanya sebatas konsep sehingga sulit melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang dilakukan lebih mementingkan pada menghafal bukan pemahaman. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
                Kondisi di atas mendorong peneliti untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas pada kelas tersebut. Peneliti memilih alternatif model pembelajaran kooperatif tipe  Teams  Games Tournament (TGT) dengan tujuan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi kpk  pada Kelas IV SDIE HIDAYATUL UMMAH KAWEDANAN MAGETAN. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa dapat belajar sambil bermain. Karena menurut Slavin (dalam Yusron, 2010), TGT merupakan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis – kuis serta sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan TGT ini dapat menjadikan siswa lebih terampil dalam hal menghitung, karena soal yang dijawab dalam lembar permainan banyak jumlahnya. Siswa akan tertantang untuk menjawab soal sebanyak – banyaknya supaya bisa menjadi juara. Dengan demikian siswa nantinya akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi supaya bisa mengalahkan tim yang lainya dan akhirnya prestasi belajar siswa nantinya akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1.     Masih banyak guru  menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar.
2.      Rendahnya keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika.
3.      Banyaknya siswa yang menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan.
                Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tim peneliti akan melakasanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi KPK pada siswa kelas IV SDIE Hidayatul Ummah Kawedanan Magetan.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Rumusan Umum
Berdasarkan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah umum yaitu: “Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran  Matematika materi KPK pada siswa kelas IV SDIE Hidayatul Ummah Kawedanan ? ”.
2. Rumusan Khusus
Adapun rumusan masalah khusus sebagai berikut:
1)   Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi KPK?
2)   Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas siswaKELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH KAWEDANAN MAGETAN dalam pembelajaran matematika materi KPK?
3)   Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDIE Hidayatul Ummah Kawedanan dalam materi KPK?


3. TUJUAN PENELITIAN
1.  Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti menentukan tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi KPK pada siswa kelas IV SDIE Hidayatul Ummah.
2.  Tujuan Khusus
1.    Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH KAWEDANAN MAGETAN dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi KPK.
2.    Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH KAWEDANAN MAGETAN dalam memahami materi KPK.
3.    Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH KAWEDANAN MAGETAN dalam memahami materi KPK.




4.    MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu :
1. Manfaat teoritis
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan mampu menjadi landasan dalam melaksanakan pembelajaran matematika agar kualitas pembelajaran matematika dapat meningkat.
2.  Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas pada saat pembelajaran matematika sehingga tercipta interaksi yang baik antar anggota kelas. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaaran matematika.
b. Bagi guru
            Dapat meningkatkan profesionalisme dan keterampilan guru dalam  pembelajaran matematika di sekolah dasar.
c. Bagi sekolah
            Dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar.

F. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran Matematika
1.1. Pengertian dan Hakekat Matematika
Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno (máthÄ“ma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah (mathÄ“matikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis.
Menurut Hudoyo (dalam Aisyah, 2007: 1-1) matematika berkenaan dengan ide (gagasan – gagasan), aturan – aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep – konsep abstrak.  Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 1) matematika adalah bahasa symbol, ilmu dedukatif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganiasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan ke unsure yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2007: 1) hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang dedukatif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika mengkaji benda yang abstrak dengan menggunakan simbol (lambang). Maka dari itu seorang guru matematika perlu untuk menanamkan pemahaman dan pengetahuan konsep matematika serta memberi kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan atau memecahkan sendiri masalah – masalah yang berhubungan dengan matematika dalam kehidupan sehari – hari. Dengan demikian nantinya siswa akan merasa bangga dan tertantang pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
1.2 Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar
Menurut  Permendiknas RI No. 41 (2007: 6) dalam Supinah dan Agus (2009:1)  disebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi mengajar dan sekaligus melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam belajar, dan siswa sendirilah yang harus aktif belajar dari berbagai sumber belajar


2.         Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe TGT
2.1. Pengertian Tipe TGT
            Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, dan merupakan model pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Menurut Slavin pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT)  adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan karena melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)  memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa saat belajar.
            Menurut Monks, terjemahan Haditomo (dalam Pitajeng, 2007:95) anak dan permainan merupakan dua pengertian yang tidak dapat dipisahkan dari permainan. Bagi anak, bermain merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan. Jika ada orangtua yang membebani anaknya dengan berbagai kegiatan belajar, les atau kursus sampai anak kehilangan waktu bermainanya, dapat dikatakan bahwa orangtua tersebut kejam. Maka sangatlah tidak bijaksana jika seorang anak dijauhkan dari permainan atau dilarang bermain.  Menurut Ahmadi (dalam Pitajeng, 2006:95) permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak sendiri, bebas tanpa paksaan, dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan kegiatan tersebut. Jika pendapat itu diterapkan dalam pembelajaran matematika, maka itu merupakan hal yang menyenangkan bagi anak.
            Teams Games Tournament (TGT)  adalah salah satu tipe pem-belajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok– kelompok siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan sukunatau ras yang berbeda. Mula – mula guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing, Dalam kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan di-kerjakan bersama – sama dengan kelompoknya. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka diberikan permainan akademik.  Untuk lebih jelasnya, langkah–langkah pembelajaran tipeTeams Games Tournament (TGT)   adalah sebagai berikut:
1)        Presentasi guru
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian menyajikan materi yang akan dipelajari. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Pada kegiatan ini siswa harus benar – benar memperhatikan presentasi guru. Karena dengan demikian akan sangat membantu siswa untuk mengerjakan kuis – kuis dan mengetahui skor tim mereka.
2)        Tim (Kelompok belajar)
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik dan jenis kelamin.Setelah guru menyajikan materi, kemudian siswa bekerja dalam kelompok. Pada kesempatan ini guri memberikan LKS pada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota yang lain memberikan jawaban atau menjelaskannya.
3)        Tournamen
Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam satu permainan terdiri dari kelompok pembaca, pemain,  kelompok penantang I, kelompok penantang II dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca bertugas  mencari pertanyaan pada lembar permainan, setelah itu membaca keras – keras serta membuka kunci jawaban setelah pertanyaan dijawab. Kelompok pemain bertugas membuka kartu dan memberikan jawaban atas pertanyaan kartu tersebut. Kelompok penantang I bertugas menyetujui pemain atau memberikan jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang II bertugas menyetujui pemain atau memberi jawaban yang berbeda pula. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran.
4)        Penghargaan kelompok
              Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran lainya. Artinya dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) ini juga terdapat kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) diantaranya adalah
(1)     Keterlibatan siswa dalam belajar tinggi.
(2)     Siswa menjadi bersemangat dalam belajar.
(3)     Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata – mata dari guru tetapi juga melalui kostruksi sendiri oleh siswa.
(4)     Dapat menumbuhkan sikap – sikap positif dalam diri siswa seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bisa menerima pendapat oranglain.
                   Sedangkan kelemahan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah
(1)     Model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang banyak.
(2)     Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
(3)     Dapat menumbuhkan suasana gaduh di kelas.
(4)     Siswa terbiasa dengan adanya hadiah.


2.2.       Penerapan Pembelajaran Koopeartif Tipe  Teams Games Tournament (TGT)dalam pembelajaran matematika
            Pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) ini merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk bekerja baik secara kelompok maupun secara individual.  Model pembelajaran tipe ini sangat menyenangkan bagi siswa, karena selain dapat belajar, siswa juga dapat bermain. Dalam pembelajaran matematika, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ini sangat sesuai, karena telah kita ketahui bersama bahwa karakteristik anak SD adalah senang dengan adanya permainan – permainan. Anak yang tadinya takut pada pelajaran matematika, nantinya akan termotivasi dan  akhirnya senang untuk belajar matematika. Dalam hal ini anak nantinya akan  berkompetisi dan berlomba – lomba dengan teman sebayanya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
            Model pembelajaran kooperatif tipe Games Tournament (TGT) ini diawali dengan penyajian kelas yaitu guru menyampaikan materi pelajaran yang nantinya akan dipelajari, misalnya yaitu tentang KPK. Penyampaian materi tersebut bisa dilakukan dengan ceramah maupun dengan diskusi antar siswa. Setelah selesai kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Kelompok harus dibuat secara heterogen, misalnya sebuah kelompok terdiri dari perempuan dan laki – laki, serta ada yang pandai dan ada yang kurang pandai. Dengan demikian, nantinya tidak ada kesenjangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainya. Dalam pembuatan kelompok ini, gurulah yang paling berperan. Karena dalam hal ini guru adalah yang mengetahui latar belakang serta tingkat kecerdasan anak didiknya. Selanjutnya yaitu guru memberikan Lembar Kerja untuk dikerjakan siswa secara berkelompok. Apabila ada dari anggota kelompoknya yang tidak mengerti, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskanya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Untuk memastikan bahwa kelompok tersebut sudah menguasai materi maka diadakan sebuah permainan/tournament. Permainan ini dilakukan dengan menggunakan kartu bernomor yang telah dibuat sebelumnya oleh guru. Kartu tersebut nantinya berisi soal – soal tentang KPK yang harus dijawab oleh siswa. Misalnya saja siswa mendapat nomor 13, maka siswa tersebut juga akan menjawab soal nomor 13. Siswa yang jawabanya benar akan mendapatkan point sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan siswa yang menjawab salah tidak akan mendapatkan point.
            Tiap meja tournament biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa dari perwakilan team dengan prestasi yang sama. Misalnya perwakilan team yang prestasinya paling bagus ditempatkan dimeja 1, perwakilan team yang prestasinya sedang ditempatkan dimeja 2 dan seterusnya. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca.
            Permainan pada tiap meja tournament dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam soal. Setelah waktu selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaanya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja dan dilanjutkan pada soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap siswa dalam satu tournament dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penentang. Setelah semua kartu selesai dijawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggotanya dan menentuka criteria penghargaan yang diterima kelompoknya.
3. Belajar
3.1. Pengertian Belajar
Manusia diciptakan pada dasarnya tidak tahu apa-apa. Ini dinyatakan dalam Al-Qur’an: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” (QS:Al-Nahl: 78). Ayat ini dapat dijadikan landasan bahwa seseorang harus belajar, sehingga dapat mengetahui sesuatu yang diinginkan.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan 2tujuan dan bahasa acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).  Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan. Perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Beberapa definisi belajar yang dipandang sebagai suatu perubahan menurut ahli adalah sebagai berikut: W.S. Winkel (dalam Veronica, 2005:24), belajar adalah “suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan, dan nilai sikap”.
Menurut Hilgrad dan Bower (dalam Baharuddin, 2008:13),  belajar memiliki pengertian “memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan”. Sudjana (dalam Veronica, 2005: 24) menjelaskan bahwa “belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh individu untuk mereaksi terhadap suatu rangsangan yang ada melalui penglihatan, pengamatan, pemahaman, dan berbuat dengan menggunakan pengalamannya”.
Konsep tentang belajar lebih banyak didefinisikan oleh pakar psikologi. Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2007: 2) menyatakan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Menurut Morgan (dalam Suprijono, 2009:3), belajar adalah “perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya.
Menurut B.F. Skinner (dalam Sagala, 2010: 14), belajar adalah” suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Jika belajar juga dipahami sebagai suatu tingkah laku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar responnya menurun.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap yang diperoleh melalui pengalaman.
3.2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Lie (2007:5) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar”. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar dalam hal ini adalah siswa.
    Bloom (dalam Anni, 2007:7) mengemukakan bahwa belajar dibagi menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Horward Kindsley membagi tiga macam hasil belajar yakni: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan motoris (Nana Sudjana, 1989: 22).
4      Kerangka Berpikir
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam proses belajar mengajar guru diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Sedangkan fungsi fasilitator akan berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis dan baik yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi.
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan metode pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Salah satu metode yang dikembangkan dan dapat diharapkan membawa siswauntuk meningkatkan aktivitasnya dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran matematika dengan menggunakan model ini dapat melatih siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Hal ini akan dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar matematika siswa yang lebih baik.
Dalam hal ini peneliti akan menelitiketerampilan guru dalam mengajar, aktivitas  dan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut :






Download Contoh Proposal PTK
Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:

Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDIE HIDAYATUL UMMAH semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.

Artikel Menarik Lainnya