Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Analisis Data Kualitatif Model Miles Dan Huberman (Sebuah rangkuman dari buku Analisis Data Qualitatif, Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman)







ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF
MODEL MILES dan HUBERMAN

I.   PENDAHULUAN


A.    Masalah Umum
Data kualititif, yang Iebih merupakan wujud kata-kata daripada deretan angka-angka, senantiasa menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial tertentu, terutama dalam bidang antropologi, sejarah, dan ilmu politik. Meskipun demikian, pada dasawarsa terakhir, telah semakin banyak peneliti dalam bidang-bidang ilmu yang secara tradisional mendasarkan diri pada pendekatan kuantitatif (psikologi, sosiologi, ilmu bahasa, adaministrasi umum, kajian organisasi, perencanaan kota, penelitian pendidikan, evaluasi program, dan analisis kebijakan), telah beralih pada paradigma baru yang lebih kualitatif. Data kualitatif sangat menarik dan merupakan sumber dan deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan lagi, data kualitatif Iebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tak diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoretis baru; data tersebut membantu para peneliti untuk melangkah lebihh jauh dan praduga dan kerangka kerja awal. Akhirnya, seperti yang telah dikemukakan oleh Smith (1978), penemuan-penemuan dan penelitian kualitatif mempunyai mutu “yang tak dapat disangkal.” Kata-kata, khususnya bilamana disusun ke dalam bentuk cerita atau peristiwa, mempunyai kesan yang Iebih nyata, hidup, dan penuh makna,seringkali jauh lebih meyakinkan pembacanya, peneliti lainnya, pembuat kebijakan, praktisi, daripada halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka.

Kesulitan yang paling utama dan serius dalam penggunaan data kualitatif adalah metode-metode analisisnya yang tidak dirumuskan dengan memadai. Bagi data kualitatif, memang terdapat kaidah-kaidah jelas yang digunakan oleh peneliti. Namun bagi penganalisis yang berhadapan dengan suatu bank data kualitatif, dan yang memiliki pedoman amat sedikit sebagai pelindung terhadap khayalan pribadi, membiarkan begitu saja munculnya data yang tidak valid dan tak dapat dipercaya untuk sidang pembaca ilmiah dan para pembuat kebijakan. Bagaimana kita dapat yakin bahwa suatu penemuan “berakar pada kenyataan,” “tak da pat disangkal,” ‘”memperoleh data yang tak diduga sebelumnya.”atau tidak, jika dalam kenyataannya terjadi hal yang salah? (Miles, 1979).

Beberapa peneliti ragu-rágu untuk memusatkan perhatian pada persoalan analisis, dengan alasan bahwa ketentuan yang validitasnya terjamin tidak mungkin sepenuhnya (Becker, 1958; Bruyn, 1966; Loflaud, 1971). Lebih jauh lagi, bagi para peneliti yang berorientasi pada rancãngan fenomenologis tidak memperhitungkan adánya realitas sosial “di luar sana,” oleh karena itu tidak diperlukan lagi untuk menyusün suatu perangkat patokan metodologis yang kokoh guna membantu menegaskan hukum-hukumnya (lihat Dreitzel, 1970). Dari sudut pandangan ini proses-proses sosial merupakan kejadian sesaat, gejala yang cair, dan bagi pelaku sosial tiada kebebasan cara untuk menafsirkan dan menjelaskan gejala-gejala itu.

Kondisi yang tidak pasti mengenai analisis kualitatif seperti ini menimbulkan dampak lain, yaitu: Metode analisisnya jarang dilaporkan secara rinci dalam publikasi-publikasi studi kasus atau dalam laporan-laporan sintetis silang-objek. Orang biasanya tidak dapat rnengikuti cara seorang peneliti memperoleh kesirnpulan akhir dan sebanyak 3.600 halaman catatan lapangan yang muncul, betapapun gamblang kutipan-kutipan yang disertakan dengan catatan itu. Bahkan, kalaupun para perieliti berusaha menjelaskan metode-metodenya secara eksplisit tanpa adanya kesatuan bahasa dalam penyajian analisis dan usaha intensif dalam proses analisis, bisa menimbulkan kerancuan pengertian. Dapatkah seorang peneliti yang menggunakan catatan lapangan dengan dasar yang sama dengan peneliti lainnya menghasilkan tulisan studi kasus yang serupa nalarnya dengan penelitian yang asli? Dalàm kondisi seperti ini, sebagaimana dikemukakan oleh Dawson (1979, 1982), LeCompte dan Goetz (1982) dan yang lainnya, validitas hasil penemuan yang diperoleh secara kualitatif bisa sangat meragukan.
Singkatnya, lapangan penelitian kualitatif sangat membutuhkan metode-metode yang jelas dan sistematis guna menarik kesimpulan-kesimpulan dan mengujinya secara seksama, yakni metode yang dapat digunakan sebagai replika oleh penehiti lainnya, seperti halnya dengan pengujian-pengujian signifikansi dan korelasi yang dilakukan oleh para peneliti kuantitatif.

B.     Pengertian Penelitian Kualitatif
Miles telah menaruh minat dengan pengalaman kerja yang luas dalam hal penilaian lingkungan-lingkungan sosial (kelompok atau organisasi), dan lebih khusus lagi, mengenai pengarnh-pengaruh upaya nengubah perilaku, iklim, dan struktur-strukturnya. Sementara Ia senantiasa menaruh perhatian pada penelitian nonkualitatif, usaha pertamanya yang tuntas di dalam penelitian kualitatif adalah selama empat tahun penelitian mengenai proses-proses yang terlibat dalam usaha kreasi yang baru dan inovatif (Miles dkk., 1978; Miles, 1980). Kegiatan ini melibatkan enam sekolah umum selama pembuatan rancangannya, penciptaan, dan stabilisasinya. Dalam penelitian itu observasi langsung dan wawancara informal disertai dengan pengumpulan dokumen, wawancara terstruktur, dan dua tahapan survel. Di situlah Miles berusaha mengatasi masalahmasalah analisis kualitatif.

Sementara Minat Huberman selama ini adalah dalam bidang epistemologi ilmiah, bagaimana teori-teori ilmiah dikembangkan dan diuji validitasnya, dan dalam kognisi dewasa dalam perspektif Piaget, seorang ahli psikologi berkebangsaan Swis, serta ahli epistemologi dari Perancis, Bachelard. Seperti Miles, Huberman bekerja secara empiris, dengan metodologi yang lebih lunak dan bersifat klinis, dipadukan dengan teknik-teknik psikometrik yang ketat. Namun proyek pertamãnya yang ekstensif dengan penekanan kualitatif merupakan penelitian selama empat tahun pada satu sekolah dasar percobaan, dalam rangka mengimplementasikan teori-teori Piaget dalam latar ruang dan kelas (Huberman, 1978, 1980). Selain dari penggunaan gabungan data yang lazim (wawancara formal dan informal, observasi dan observasi berpartisipasi, dokumen, kuesioner, dan pengujian), Huberman mencoha dua pendekatai analitis data yang sering dianjurkan oleh para ahli metodologi penelitian lapangan, tetapi jarang sêkali dilaksanakan. Yang pertama, melibatkan pengujian pola-pola temuan (finding) yang muncul dari sekolah percobaan terhádap sekolah kedua yang merniliki karakteristik serupa, dalam suatu rancangan replikasi yang goyah lihat (Cronbach, 1975; Yin, 1981). Percobaan kedua adalah mengkuantifikasi data bukan angka (numerik), dan melakukan analisis komparatif dan sejajar dengan menggunakan prosedur-prosedur psikometrik yang baku di samping teknik-teknik yang lebih deskriptif, tematik, dan konfigural. Jelaslah bahwa Huberman juga mempertentangkan beberapa masalah pelaksanaan dan verifikasi penelitian kualitatif, dan pertautan perangkat data kualitatif dan kuantitatif.

Pandangan Miles dan Huberman terhadap penelitian kualitatif adalah : Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rang kaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokurnen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.

C.    Analisis Data Penelitian Kualitatif
Secara umum Miles dan Huberrman membuatan gambaran seperti pada gambar berikut. Dan beranggapan bahwa analisis terdiri dan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.
Komponen- komponen Analisis Data; Model Alir
Komponen- komponen Analisis Data; Model Alir

Reduksi Data,
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksa data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkimpul, antisipasi ákan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo). Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

Penyajian Data, Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah penyajian data. Miles dan Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Béraneka penyajian yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dati alat pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut.

Dalam pelaksanaan penelitian Miles dan Huberman yakin bahwa penyajian-penyajian yang lebih balk merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian-penyajian yang diamksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

Menarik Kesimpulan/ Verifikasi, Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab- akibat, dan proposisi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah kiasik dan Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan  -kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif”.

Penarikan kesimpulan, dalam pandangan Miles dan Huberman, hanyalah sebagian dan satu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif,” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dan data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakañ validitasnya. Jika tidak demikian, yang dimiliki adalah cita-citá yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.
Komponen – komponen analisis data; Model Interaktif
Komponen – komponen analisis data; Model Interaktif

Menurut Diagram hubungan antar komponen model interaktif, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Proses seperti tersebut sesungguhnya tidak lebih rumit, berbicara secara konseptual, daripada jenis-jenis analisis yang digunakan oleh para peneliti kuantitatif. Peneliti kualitatif pun harus terpaku perhatiannya pada reduksi data (menghitung mean, standar deviasi, indeks), penyajian data (tabel korelasi, cetakan angka-angka regresi), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (derajat signifikansi, perbedaan eksperimental/ kontrot). Soalnya ialah bahwa kegiatan itu dilakukan melalui batasan-batasan yang jelas, metode yang sudah dikenal, patokan-patokan yang memberi pedoman, dan kegiatannya lebih berupa peristiwa berturutan jika dibandingkan dengan kegiatan yang berulang atau siklus. Di sisi lain, para peneliti kualitatif nenempati posisi yang lebih bersifat longgar, dan juga lebih bersifat perintis.


II.   MENFOKUSKAN DAN MEMBATASI PENGUMPULAN DATA

Sebelum sampai pada penelitian lapangan, pertanyaan yang muncul adalah berapa jumlah bentuk yang seyogianya dimiliki oleh racangan penelitian kualitatif? Haruskah ada suatu kerangka konseptual sebelumnya? Adakah suatu perangkat pertanyaan penelitian? Apakah pembatasan-pernbatasan awal dan penelitian seperti ini akan mengaburkan penelitian terhadap ciri-ciri utama dalam objek yang diteliti, atau menyebabkan salah paham terhadap persepsi-persepsi informan setempat? Apakah ketidakbebasan pembatasan dan pemfokusan menyebakan pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang nelimpahruah? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul berulang-ulang dalam analisis kualitatif, dan pertanyáan-pertanyaan itu telah membuat masalah tersendiri bagi para penelitinya.

Bagaimana seyogianya suatu penelitian kualitatif dirancang dengan prastruktur? Cukup untuk bisa rnenjejak tanah, sebagaimana  yang dikemukakan oleh Lincoln ketika ditanya tentang berapa panjangkah selayaknya ukuran tungkai seseorang. Hal itu banyak bergantung pada tersedianya waktu, sampai seberapa jauh pengetahuan
kita terhadap fenomena yang diteliti, instrumen-instrumen yang telah siap, dan analisis yang akan dibuat. Dua alasan berikut dapat dijadikan sebagai landasan bahwa kerangka/ rancangan penelitan seharusnya dibuat.

Pertama, makin Ionggar ràncangan awal, makin kurang selèktfr
pengumpulan data; bagi seseorang yang sedang menantikan kemunculan konstruksi kunci dan hal-hal yang biasanya terjadi dari lapangan,  segala hal tampak penting pada awalnya dan penelitian itu bisa berlangsun sangat lama. Peneliti yang terombang-ambing dalam data, memerluka waktu berbulan-bulan untuk rnemilih-milih data itu. Banyak penelitian yang didasarkan atas “kontrak” yang diburu waktu agar dapat menghasilkan temuannya, dengan anggapan yang terbatas, dan kelonggaran - kelonggaran itu tidaklah bijaksana.


Kedua, banyak penelitian yang melibatkan objek berganda (kasus-berganda) dan bukan kajian-kajian pada objek - tunggal. Jika para pe neliti lapangari yang berbeda bekerja secara induktif. Tanpa menggunakan kerangka atau instrumentasi yang seragam, pada akhirnya akan dihadapkan pada dilema ganda (ambiguitas), artinya data yang berlimpah ruah dan idak adanya sarana pembanding antar kasus (masalah penelitian).



A.    Membuat Kerangka Koseptual
Kerangka konseptual dapat memaparkan dengan jelas tentang hubungan-hubungan dari kegiatan penelitian. Kerangka ini dapat dipaparkan dalam bentuk grafik maupun teks naratif yang memuat dimensi-dimensi kajian utama, faktor-faktor kunci atau variabel-variabel dan hubungan-hubungan antar dimensi yang telah diperkiraka sebelumnya (sebelum penelitian dilakukan). Kerangka konseptual harus bersifat sederhana maupun berupa penyederhanaan dari bentuk lain yang lebih rumit, yang berlandaskan pada teori akal sehat, deskriptif dan hubungan sebab akibat.
Contoh Kerangka Konseptual bagi Suatu Kajian Penyebaran Inovasi-inovasi Kependidikan
Contoh Kerangka Konseptual bagi Suatu Kajian Penyebaran Inovasi-inovasi Kependidikan

Apa manfaat kerangka penelitian bagi peneliti?
Pertama, kerangka menentukan siapa dan apa yang akan atau tidak akan dikaji. Misanya, akan terlihat seperti pada orang-orang yang mengembangkan inovasi, dikaji atau tidak perlu dikaji. Juga seolah-olah terlihat bahwa kajian memfokuskan pada inovasi yang berhasil, dan akan mengumpulkan data khususnya beracam aspek.
Kedua, kerangka itu menegaskan adanya beberapa hubungan, yang ditunjukkan dengan tanda panah. Beberapa dari hubungan tersebut benar-benar logis, misalnya gagasan bahwa penerima program dengan inovasi akan saling mempengaruhi, walaupun demikian, tanda panah juga mencerminkan temuan-temuan empiris: Dalam kebdupan sebenarnya, hubungan-hubungan serupa berlangsung dalam bentuk tersebut. Indikator-indikator keberhasilan juga, dalam beberapa hal, berasal dari penelitian empiris sebelumnya.

Dalam merancang kerangka koseptual, Miles dan Huberman memberikan beberapa saran diantaranya :
1.   Kerangka-kerangka konseptual lebih baik memanfaatkan bentuk grafik, daripada teks.
2.   Diharapkan melakukan sejumlah pengulangan, dimulai sejak awal.
3.   Sejak dini dalam kajian objek-berganda, usahakan agar masingmasing peneliti lapangan melakukan kajian pengulangan dalam suatu kerangka yang menyeluruh, kemudian bandingkan beberapa versi hasil penelitiannya.
4.   Hindari kerangka yang tidak punya risiko, yaitu kerangka yang menempatkan vaniabel-vaniabel pada aras (level) yang sangat global dan mempunyai tanda-tanda panah dua arah di mana-mana.
5.   Teori sebelumnya dari penelitian empiris merupakan masukan-masukan yang penting.

B.     Merumuskan Masalah Penelitian
Penjabaran suatu kerangka konseptual menuju perumusan permasalahan-permasalahan penelitian merupaan langkah langsung. Kerangka konseptual menata permasalahan-permasalahan penelitian. Berikut kegunaan permasalahan-permasalahan penelitian Yaitu :  Pertama, pertanyaan-pertanyaan itu merupakan suatu cara untuk membuat asumsi-asumsi teoretis menjadi lebih tegas dibandingkan dengan yang ada pada kerangka konseptual. Kedua, menjelaskàn kepada kita mengenai sesuatu yang paling utama dari yang pertama ingin diketahui. Dengan demikian pengumpulan data akan menjadi lebih terfokus dan terbatas daripada jika kita menjajaki suatu inovasi sebagaimana yang dilakukan oleh para pembuat kebijakan dan perantara program.

Sutu gambaran singkat dari permasalahan-permasalahan penelitian bisa muncul mendahului atau mengikuti perkembangan suatu kerangka konseptual, tetapi dalam masing-masing kasus terwakili segi-segi suatu kawasan empiris yang ingin diteliti oleh kebanyakan peneliti. Permasalahan- permasalahan penelitian dapat bersifat umum atau khusus, deskriptif atau eksplanatori. Permasalahan-permasalahan penelitian itu dapat dirumuskan lebih dulu atau belakangan, dan dapat diperbaiki atau dIrumuskan kernbali pada waktu pelaksanaan penelitian lapangan berjalan.

C.    Penarikan Kesimpulan, Pemilihan Sampel Untuk Membatasi Pengumpulan Data
Penelitian empiris acapkali merupakan masalah yang sedikit demi sedikit mengikis aspirasi. Sangat menarik untuk memulai dengan keinginan untuk mengkaji seluruh segi dan suatu masalah penting atau fenomena sosial. Untuk menjadi jelas, haruslah segera menentukan pilihan, kecuali jika ingin mencurahkan sebagian besar kegiatan profesional pada satu kajian, dan harus menerima kenyataan bahwa hal tersebut adalah benar.

Mungkin pemahaman awal para peneliti kualitatif mengenai masalah tersebut masih serba sëdikit. Memang, sebagian besar penelitian mereka harus dilaksanakan dengan suatu “kasus” tunggal, biasanya latar sosial. Ada sejumlah parameter yang ada dalam suatu latar yaitu, sejumlah orang, proses, dan peristiwa yang tertentu. Setelah diteliti lebih seksama ternyata bahwa latar-latar mempunyai berbagai sublatar (misalriya sekolah memiliki kelas-kelas, kebudayaan memiliki berbagai sub-kebudayaan dan keluarga rnemiliki koalisi-koalisi), oleh karena itu menentukan batas-batas latar dengan cara yang tidak terbuka akan menyesatkan.

Penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyidikan, mirip pekerjaan detektif yang secara meyakinkan dikemukakan oleh Douglas (1976). Kita dapat membuat pengertian fenomena sosial secara bertahap, kernudian melaksanakannya, sebagian besar dengan cara mempertentangkan, membandingkan, mereplikasi, menyusun katalog, dan mengklasifikasi objek suatu kajian. Pada dasarnya semua itu merupakan kegiatan penarikan sampel, yaitu usàha menemukan keeseragaman dan sifat umum dunia sosial, dan kegiatan dilakukan terus dan berulang, oleh peneliti lapangan kualitatif.  Beberapa prosedur ini dapat dijadikan replika dalam penelitián kuantitatif, misalnya penarikan sampel bola salju (snowball), tetapi hal itu jauh lebih sulit untuk dilaksanakan. Dipandang dan segi kelincahan gerak penarikan sampelnya, maka survei dapat diibaratkan sebagai pesawat jumbo jet, sedangkan kajian kasus kualitatif sebagai pesawat ultra ringan.

Sudah barang tentu, masalah-masalah penarikan sampel juga terkait dengan masalah-masalah kehandalan menggeneralisasi. Kajian-kajian objek berganda menarik secara khusus, karena sampelnya dapat ditarik dengan tujuan yang jelas dan dengan demikian menuntut adanya lingkungan kelompok orang yang Iebih luas. Peristiwa-peristiwa, latar-latar, atau proses yang lebih luas jika dibandingkan dengan yang dapat dilakukan oleh kajian objek tunggal.

Penarikan sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang orang-orang mana yang akan diamati atau diwawancarai, tetapi juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses sosial. Kajian-kajian terhadap objek berganda juga menuntut pilihan-pilihan yang jelas mengenai objek-objek mana yang akan dilibatkan. Kajian-kajian kualitatif menuntut pemfokusan ulang dan penggambaran ulang parameter-parameter kajian selama penelitian lapangan, tetapi sejumlah seleksi awal masih tetap diperlukan. Kerangka konseptual dan permasa lahan penelitian menentukan fokus dan batas-batas di mana sampel akan dipilih.




D.    Instrumentasi
Penelitian kualitatif mempunyai sejumlah peralatan pengumpul data yang dikaitkan, baik Iangsung maupun tidak Iangsung pada kerangka konseptual dan permasalahannya. Namun, seberapa jauh instrumentasi tersebut harus dirancang sebelum terjun ke lapangan? Dan, berapa banyak struktur yang harus dimiliki oleh instrumentasi tersebut?
Terdapat beberapa kemungkinan jawaban, berkisar dari “tidak ada” (keseluruhannya tidak ada instrumentasi sebelumnya) sampai “banyak” (instrumentasi sebelumnya, yang terstruktur dengan seksama) sampal “tergantung” (pada sifat-sifat penelitiannya). Setiap pandangan memiliki argumen-argumen pendukung.  

Argumen-argumen bagi yang “tidak ada instrumentasi sebelumnya”:
1.   Instrumen yang terstruktur dan dipolakan sebelumnya akan membutakan peneliti terhadap objek penelitian. Jika fenomena yang paling panting atau konstruk-konstruk yang mendasari pada penelitian di lapangan tidak terdapat dalam instrumen, maka instrumen-instrumen itu akan diabaikan atau akan dianggap mewakili kenyataan-kenyataan yang tidak benar.
2.   Instrumentasi sebelumnya biasanya merupakan konteks berlapis; Ia merangsang kesemestaan, keseragaman, dan komparabilitas. Penelitian kualitatif merupakan satu tempat di mana konteks-konteks dapat dan harus dikaji; instrumentasi sebelumnya merupakan yang khusus dan meaghasilkan yang umum, bukan sebaliknya.
3.   Sebagian besar dan kajian kualitatif melibatkankasus tunggal, dengan melibatkan sedikit orang. Siapakah yang membutuhkan kuisioner-kuisioner, jadwal-jadwal observasi, atau tes yang fungsi utmanya adalah menghasilkan distribusi-distribusi yang parametrik, memiliki daya pembandirig, dan ekonomis bagi sampel-sampel yang luas?
4.   Bagian terbesar dan peneitian lapangan terdiri dan pengambilan catatan-catatan, perekaman berbagal hal (percakapan, pertemuan), dan pengambilan contoh-contoh (dokumen, produk-produk, artifak-artifak). “Instrurnentasi” merupakan suatu istilah yang kurang cocok. Yang dibutuhkan pada Iangkah awal adalah beberapa pertanyaan yang terarah, beberapa judul untuk observasi, suatu bentuk kasar analisis dokumen yang siap pakai, rnungkin seluruhnya yang akan senantisa dibutuhkan oleh peneliti pada pelaksanaàn penelitian.  

Argumen-argumen bagi “banyak instrument asi sebelumnya”:
1.   Jika anda tahu apa yang akan anda buru, tidak ada alasan untuk. tidak merencanakan sebelumnya, bagaimana mengumpulkan informasi itu.
2.   Jika jadwal wawancara dan jadwal observasi tidak difokuskan, akan terkumpul terlalu banyak informasi yang mubazir. Data yang begitu melimpahruah selanjutnya akan mengkompromikan efisiensi dan kekuatan analisis.
3.   Menggunakan instrurnen-instrumen yang sama seperti dalam kajian-kajian sebeiumnya sebagai satu-satunya cara akan memungkinkan kita berbicara mengenai keseluruhan objek. Kalau tidak demiklan, penelitian tidak akan dapat diperbandingkan, kecuali dalam bentuk yang sangat global, meta-analitik. Jadi, kita membutuhkan instrumen yang seragam untuk membangun teori, memperbaiki ramalan-ramalan, dan membuat rekomendasi tentang kepraktisannya.
4.   Seorang peneliti yang berpraduga atau dangkal sumber informasinya akan condong untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan parsial, melakukan pencatatan-pencatatan secara selektif, membuat observasi-obsèrvasi yang tidak andal, dan menyatakan informasi yang telah direkam secara tidak benar. Data akan menjadi tidak valid dan tidak andal. Menggunakan instrumen-instrumen yang valid, dan menggunakannya sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, merupakan jaminan yang terbaik untuk mendapatkan temuan-temuan yang bermakna dan .dapat dipercaya.

Argumen-argumen bagi yang “tergantung”
1.   Jika sedang melakukan penelitian eksploratori, kajian deskriptif yang luas, anda tidak akan mengetahui parameter-parameter atau dinamika-dinamika latar sosial dengan suatu kepastian apa pun. Dengan demikian, instrumentasi yang dibuat dengan ketat atau instrumen yang tertutup tidak akan memadai. Jika di satu segi rnelakukan suatu konfirmatori, dengan masalah-masalah penelitian yang relatif terfokus dan sampel orang-orang, peristiwa, atau proses-proses yang dibatasi dengan baik, maka rancangari instrumen yang terstruktur dengan baik merupakan pilihan yang logis. Bahkan di dalam suatu kajian yang tersedia akan terdapat aspek-aspek konfirmatori dan eksploratori yang memerlukan struktur yang berbeda satu sama lain, atau akan terdapat saat-saat tindakan eksploratori dan konfirmatori dengan eksploratori yang sering dibutuhkan pada saat permulaan dan konfirmasi pada saat menjelang akhir.
2.   Kajian objek tunggal kurang memerlukan persiapan dibandingkan dengan kajian objek berganda. Kajian objek berganda mengharapkan adanya perbandingan lintas-objek, yang mempersyaratkan beberapa pembakuan instrumen sehingga temuan-temuan dapat diletakkan berdampingan selama analisis. Dernikian juga, kajian yang tidak terikat mempunyai batasan-batasan yang Iebih tonggar daripada suatu kajian lapangan yang terikat pada suatu survei sebagai tindak lanjutan dan tindakan sejajar. Suatu penelitian dasar acapkali kurang membuiuhkan penataan lanjutan dibandingkan dengan kajian terapan, evaluasi, dan kebijakan. Pada kasus-kasus yang disebutkan kemudian, fokus akan jauh lebih ketat, dan instrumentasi lebih dikaitkan dengan erat pada variabel-variabel, pokok-pokok persoalan, dan skala-skala survei.
3.   Banyak yang bergantung pada unit-unit analisis. Seorang peneliti yang sedang mengikaji “iklim sosial” di sekolah dasar mungkin memilih melihat secara intensif pada 3 bangunan sekolah dan 35 bangunan ruang kelas,. dan mungkin akan cukup baik untuk memulai dengan satu perangkat instrumen yang Iebih Ionggar dan terarah. Meskipun demikian, jika ada upaya untuk mengemukakan sesuatu berkenaan dengan bangunan secara keseluruhan, maka suatu instrumen yang valid, dan Iebih dibakukan -misalnya suatu kuesioner, suatu jadwal wawancara kelompok-  juga akan diperlukan.

Miles dan Huberman memberikan tiga pendirian instrumentasi yang dapat dijadikan sebagai acuan awal yaitu : Pendirian pertama (instrumentasi minimal sebelumnya) menekankan pada konstruk dan vailditas kontekstual, yang pada penelitian kualitatif dapat merupakan kekuatan khas. Pendirian kedua (prainstrumentasi yang ketat) menekankan pada validitas internal, keandalan generalisasi, dan keandalan pengelolaan, yang seluruhnya merupakan alasan-alasan yang tepat. Pendirian ketiga baik yang tidak tegas maupun yang. ketat, idenya bertentangan pada pendapat bahwa tidak ada manfaatnya mencapal jawaban-jawaban yang mutlak dalam banyak hal yang serba relatif. Pertama-tama tentukan jenis kajian yang sedang dilakukan, dan jenis instrumen yang mungkin diperlukan pada saat- saat yang berbeda di dalam kajian itu, kemudian bekerja dengan instrumen yang pertarna-tama diperlukan. Betapapun di dalam semua kasus, seperti yang telah dikemukakan, jumlah dan tipe instrumen harus menjadi suatu fungsi dan fokus konseptual seseorang, masalah-masalah penelitian, dan kritenia penarikan sampel yang kita kehendaki. Jika tidak, pada akhirnya rnungkin akan membingungkan, dan analisis akhir menjadi rapuh (lemah).

Berikut beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang peneliti sebelum menentukan instrumen-instrumen penelitian:
1.   sudah mengenal fenomena dan latar yang diliput dalam kajian.
2.   memilikj minat konseptual yang kuat.
3.   memiliki suatu pendekatan multidisipliner, kalau dibandingkan dengan pembidangan atau fokus yang sempit dalam suatu disiplin tunggal.
4.   memiliki keterampilan “rnenyelidik” yang baik, meliputi penyiasatan, kemampuan untuk menarik orang-orang, dan kemampuan untuk mengelakkan penutupan penelitian yang sebelum waktunya.


III.   ANALISIS SELAMA PENGUMPULAN DATA
Analisis selama pengumpulan data memberikan  kesempatan pada peneliti lapangan untuk pulang balik antara memikirkan tentang data yang ada dan menyusun strategi guna mengumpulkan data -yang seringkali kualitasnya lebih baik- ; hal itu dapat menjadi suatu koreksi yang sehat bagi hal terselubung yang tidak terlihat sebelumnya dan rnembuat analisis sebagai suatu usaha yang  terus berjalan dan hidup, yang dikaitkan dengan pengaruh kuatdari penelitian lapangan. Lagi pula, analisis yang terus-menrus memungkinkan adanya hasil laporan sementara yang merupakan suatu bagian dan sebagian besar kajian kebijakan dan evaluasi. Dengan
demikian model ideal bagi pengumpulan dan analisis data adalah
sebuah model yang jalin-menjalin di antara keduanya sejak awal. Kunjungan lapangan dilakukan secara berkala dan diselang-seling dengan saat diadakannya pengumpulan data serta penyajian data, untuk penarikan kesimpulan-kesimpulan dan pengujian kesimpulan-kesimpulan itu baik melalui analisis yang lain dalam pengadaan data besar maupun melalui babak baru pengumpulan data.

A.    Lembar Ringkasan Kontak
Sesudah kontak lapangan yang intensif selama (satu sampai beberapa han) secara Iengkap dilakukan, dan catatan-catatan lapangan ditulis dalam bentuk yang sistematis, sering diperlukan waktu dan saat untuk menimbang-nimbang. Apa tema pokoknya, masalah-masalah, dan permasalahan-permasalahan yang tarnpak selama kontak tersebut? Tanpa mawas (refleksi) seperti itu, peneliti akan sangat mudah tenggelam pada tumpukan rincian data yang mengacaukan. Selain itu, mengkomunikasikan segi-segi penting mengenai suatu kontak dengan rekan sejawat sangat perlu dalam proyek apa pun yang melibatkan lebih dari seorang peneliti lapangan.

Gambaran singkat dari ringkasan kontak adalah satu lembar kertas yang berisikan serangkaian hasil pemfokusan dan peringkasan permasalahan-permasalahan mengenai suatu kontak lapagan tertentu. Penelili lapangan menelaah catatan-catatan lapangan yang ditulis, dan menjawab secara singkat setiap pertanyaan guna mengembangkan ringkasan yang rnenyeluruh tentang segi-segi utama dalam kontak itu.



B.  Kode Dan Pengkodean
Sebuah masalah yang kronis dalam penelitian kualitatIf ialah bahwa penelitian itu terutama dilakukan dengan menggunakan kata-kata, bukan dengan angka-angka. Kata-kata lebih padat dibandingkan angka-angka, dan biasanya memiliki makna-makna ganda. Hal inilah yang membuat lebih sulit untuk bekerja dengan menggunakan kata-kata. Yang lebih sulit lagi, ialah kebanyakan kata-kata tidak mempunyai makna kecuali jika anda melihat ke belakang atau menunggu kata-kata Iainnya. Ambil contoh, kata ganti “ia” pada kalimat pertama di atas. Atau misalnya kata benda board (bahasa lnggris) yang berarti dewan, namun mempunyai arti lain jika diungkapkan dalam kalimat “The board is on the fence” (dalam ungkapan ini board berarti papan tulis). Kita dihadapkan pada dua arti yaitu selembar kayu atau sebuah badan yang membuat keputusan.

Sebaliknya, angka-angka biasanya kurang meragukan dan dapat diproses dengan lebih singkat. Tidak mengherankan, bahwa kebanyakan peneliti lebih senang bekerja dengan angka-angka semata-mata, atau kata-kata yang mereka kurnpulkan dialihkan ke dalam bentuk angka-angka sesegera mungkin.

Cara yang biasa dilakukan untuk memecahkan persoalan itu ialah dengan memberi kode pada catatan-catatan lapangan, hasil observasi, dan bahan-bahan arsip. Kode merupakan singkatan atau simbol yang diterapkan pada sekelompok kata-kata -acapkali yang berupa kalimat atau paragraf dan catatan-catatan lapngan yang ditulis- agar dapat menghasilkan kata-kata. Kode-kode merupakan kategori-kategori. Kode-kode biasanya dikembangkan dari permasalahan penelitian, hipotesis, konsep-konsep kunci, atau tema-tema yang penting. Kode-kode itu adalah peralatan yang rnengorganisasi dan rnenyusun kembali kata-kata sehingga memungkinkan penganalisis dapat menemukan dengan cepat, menarik, kemudian menggolongkan seluruh bagian yang. berhubungan dengan permasalahan khusus, hipotesis, konsep, atau tema.

C.  Pembuatan Kode Pola
Kode pola adalah kode eksplanatori atau inferensial, yang mengidentifikasi kemunculan tema, pola, atau penjelasan yang menegaskan objek kepada penganalisis. Kode-kode pola berfungsi untuk menarik banyak bahan ke dalam unit-unit analisis yang lebih irit dan bermakna.

Pengkodean tingkat pertama adalah cara untuk mengelompokkan ringkasan ke dalam sejumlah kecil tema dan konstruk yang tajam Bagi peneliti kualitatif, teknik yang digunakannya ini analog dengan teknik kluster dan teknik analitik faktor yang digunakan dalam analisis statistik Peneliti kuantitatif melakukan penelitian dengan gugus-gugus variabel yang meletakkan orang-orang ke dalam keluarga-keluarga yang diwarnai oleh pelaku atau ucapannya (analisis Q), atau, sebagai alternatif, mengelompokkan tindakan-tindakan dan persepsi-persepsi seperti itu melalui informan (analisis R)

Bagi penganalisis kualitatif, pengkodean polA memiliki empat fungsi penting, yaitu:
1.   Mengurangi jumlah data yang besar menjadi unit-unit analitis yang Iebih kecil
2.   Membawa peneliti ke dalam kegiatan analisis selama pengurnpu!an data, sehingga pengumpulan data berikutnya dapat lebih terfokus..
3.   Membantu peneliti membangun peta kognirif suatu skema yang berkembang guna memahami apa yang sedang terjadi di tempat penelitian.
4.   Bilamana beberapa peneliti terhimpun dalam penelitian kajian kasus invidual, pengkodean pola memberi landasan untuk penganalisisan lintas objek dengan memunculkan tema-tema umum dan proses sebab-akibat.

D. Membuat Memo
Mengingat penelitian lapangan demikian rnenariknya, dan pengkodean biasanya begitu banyak rnenyerap tenaga yang dapat membuat peneliti keasyikan dan kewalahan dengan membanjirnya keterangan rinci berupa kutipan yang kokoh, kepribadian yang menonjol dan informan kunci, gambar-gambar sindiran pada papan buletin gang, dan gosip setelah pertemuan penting. Anda lalu lupa berpikir untuk membuät pengertian yang lebih dalam dan lebih umum mengenai apa yang terjadi dan mulai menjelaskánnya dalam suatu cara yang secara konseptual saling bertautan. Catatan refIekif, catatan pinggir, dan pengkodean pola. semuanya selangkah lebih jauh dan yang langsung menuju yang Iebih. umum. Namun, bagaimana hal tersebut dilakukan, secara lebih khusus?  

Apa yang didefinisikan Glaser (1978): “[Sebuah memo adalah tulisan yang diteorikan dan gagasan tentang kode-kode dan hubungan-hubungannya saat gagasan itu diternukan oleh penganalisis selama pengkodean yang dapat berupa sebuah kalimat, paragraf, atau beberapa halaman. Hal tersebut menguras penggagasan si penganalisis yang didasarkan atas data yang barangkali sedikit merupakan elaborasi konsep.”

Memo-memo, sesungguhnya, selalu konseptual. Memo tidak sekedar melaporkan data, tetapi memo mengikat serpihan-serpihan data yang berbeda bersama-sama dalam satu kelompok, ataupun memo menunjukkan suatu serpihan data tertentu merupakan suatu contoh dari konsep umum.

E.  Pertemuan Analisis Objek
Pada pertemuan analisis objek, peneliti atau para peneliti yang paling akrab dengn objek dengan anggota staf lain bertemu untuk meringkas kedudukan arah dan peristiwa-peristiwa pada objek. Pertemuan itu diarahkan oleh serangkaian masalah, dan catatan-catatan dibuat atas jawaban-jawaban terhadap masalah selama pertemuan berjalan.

F.   Ringkasan Objek Sementara
Ringkasan objek sementara adalah hasil sementara yang beragam panjangnya (antara 10 sampai 25 halaman) yaitu mensintesiskan apa yang diketahui peneliti tentang objek, dan menunjukkan apa yang masih harus diselidiki. Ringkasan objek sementara menelaah temuan-temuan melihat kualitas data pendukung secara seksama, dan menyebutkan agenda untuk !angkah pengumpulan data berikutnya. Ringkasan merupakan usaha pertama untuk mnemperoleh catatan yang terpadu dari objek.

IV.            ANALISIS DI DALAM OBJEK

Gagasan tentang suatu penyajian sangat sentral menurut Miles dan Huberman ditujukan untuk memperoleh suatu format ruang yang mengemukakan informasi secara sistematis pada penggunaanya. Koran, ukuran bensin, layar komputer, dan bagan organisasi merupakan contoh penyajian. Semua itu mengemukakan suatu informasi dalam bentuk yang padat dan teratur sehingga penggunaannya dapat menarik kesimpulan yang valid dalam mengambil tindakan yang diperlukan.

Bagi para peneliti kualitatif model penyajian yang khas adalah dalam bentuk teks naratif. Teks tersebut berbentuk catatan lapangan yang disaring oleh penganalisis dengan mengutip pengalan-pengalan berkode dan menarik kesimpulan. Kemudian penganalisis menangani entuk teks naratif yang kedua yaitu suatu laporan kajian kasus.

A.    Bagan Konteks
Konteks dapat dipandang sebagai situasi yang langsung relevan (dimana orang secara fisik berada, siapa lagi yang terlibat, bagamana sejarah kontak mereka belum lama berselang dan sebagainya), juga segi-segi relevan dari sistem sosial di mana pribadi berfungsi  (ruang kelas, sekolah, depertemen, perusahaan, keluarga, lembaga masyarakat lokal). Menfokuskan semata-mata pada perilaku individual tanpa memperhatikan konteks menjadi pemeretelean konteks dengan resiko salah paham mengenai makna peristiwa.




Bagam konteks secara grafik memetakan hubungan antara peranan kelompok dan bilamana perlu organisasi yang sedang membentuk konteks perilku individu.

B.     Matriks Daftar Cek
Matriks daftar cek adalah sebuah format untuk menganalisis data lapangan yang dapat digabungkan ke dalam sebuah indeks atau skala sumatif. Seringkali, tetapi skala itu tetapi tidak selalu skala itu mempunyai fungsi normatif ; kasus-kasus dengan lebih banyak butir pada skala cenderung pada suatu segi tertentu menjadi “lebih baik” yang dipertimbangkan peneliti menjadi  suatu hal yang lebih penting.

C.     Masalah Yang Tertata Waktunya
Hidup adalah kronologi. Suatu kekuatan yang penting dari data kualitatif adalah bahwa data itu dapat dikumpulkan sepanjang waktu, mengikuti jalannya peristiwa dan bukan dibatasi oleh potret-potret. Tahapan, proses dan alur dapat ditelusuri. Tetapi bagaimana menyajikan data mengenai peristiwa yang terkait waktu sedemikian rupa sehingga dapat segera memahami dan barangkali menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Kolom-kolom pada sebuah matrik disusun oleh jangka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga kita dapat melihat kapan gejala tertentu terjadi. Prinsip dasanya adalah kronologi.

D.    Matriks Peranan Tertata
Matrik peranan tertata menyortir data dari baris-barisnya yang telah dikumpulkan dari atau tentang gugusan pemeran tertentu, yang merefleksikan pandangan mereka.

E.     Matriks Gerombol Konseptual
Matrik yang secara konseptual digerombolkan mempunya kolom-kolom yang tersusun untuk mengumpulkan soal-soal yang terjadi. Ini dapat terjadi dalam dua cara :konseptual-penganalisisi mungkin memiliki beberapa gagasan a priori mengenai soal-soal atau permasalahan yang bersal dari teori yang sama atau berkaitan dengan lingkup tema yang sama atau empiris – salama pengumpulan data atau analisis awal, kita mungkin menemukan informan yang mnjawab pertanyaan secara berbeda mengikat pertanyaan itu menjadi satu, atau memberikan tangggapan yang sama. Tetapi prinsip dasarnya adalah koherensi konseptual.

F.      Matriks Pengaruh
Matrik pengaruh menyajikan data pada menyajikan data pada suatu keluaran atau lebih dalam bentuk kajian sebanyak ragam yang diperlukan. Label ”pengaruh” digunakan untuk meningatkan kembali pembaca bahwa keluaran senantiasa merupakan keluaran dari sesuatu : program global, variabel bebas, variabel penyelang. Sekurang-kurangnya selalu terdapat pendahuuan yang tersirat. Akibatnya, prisip-prinsip dasarnya merupakan satu dari fokus tentang variabel tergantung.

G.    Matrik Dinamika Objek
Matrik dinamika objek menyajikan sebuah gugusan kekutan untuk perubahan dan melacak proses dan keluaran sebagai konsek kuensi perubahan itu. Prinsip dasarnya adalah satu penjelasan permulaan.

H.    Memasukkan Peristiwa dalam Daftar
Para peneliti kualitatif senantiasa tertarik pada pristiwa-peristiwa : peristiwa apa, kapan terjadi, dan apa hubungannya dengan peristiwa lain (yang telah terjadi), agar tetap pada kronologi yang runtut dan menjelaskan proses yang sedang terjadi( sebab proses, bagaimanapun, pada dasarnya merupakan jalinan pristiwa, yang berkaitan secara terpadu).
  
I.       Jaringan Kausal
Jaringan kausal adaah ubahan visual dari variabel-variabel bergantung dan bebas yang paling penting dalam suatu kajian lapangan dan dari hubungan-hubungan diantaranya. Alur huungan-hubungan ini adalah bersifat menentukan dan bukan semata-mata kolerasional. Diasumsikan bahwa beberapa faktor menimbulkan adanya pengaruh langsung pada yang lain  : X menyebabkan terjadinya Y, atau membuat Y lebih besar atau lebih kecil . jaringan kausal menjadi berguna, juga telah mempertautkan teks yang menggambarkan makna hubungan-hubungan  antar faktor.

J.       Membuat Dan Menguji Prediksi
Prediksi merupakan inferensi yang dibuat peneliti mengenai perubahan yang mungkin ada di keluran tau peristiwa objek pada bulan-bulan atau tahun-tahun berikutnya. Prediksi dirancang pada waktu analisis dan diajukan paa informasi objek enam atau  dua belas bulan berikutnya. Para informan merespons pada (a) Ketepatan prediksi dan (b) ketepatan alasan yang dibreikan untuk membenarkan prediksi.


V.            ANALISIS LINTAS OBJEK

Cara-cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan hal yang terjadi dalam konteks terikat tunggal ”kasus” atau objek merupakan tugas peneliti etnografis tradisional, yang usahanya menelorkan perihal realitas setempat yang dasarnya kuat dalam latar tertentu -apakah Ia merupakan suku, kaum, organisasi formal, masyarakat- atau bahkan budaya secara keseluruhan.

Lebih-Iebih, seperti yang dikemukakan oleh Louis (1932) dan Herriot (1983), peneliti kualitatif menggunakan rancangan objek ganda, kasus ganda, sering dengan metode ganda. Sasarannya adalah meningkatkan rampatan, pemberian kepastian bahwa peristiwa dan proses dalam latar yang dideskripsikan dengan balk tidak seluruhnya idiosinkratik. Dengan perkataan lain, masalahnya adalah melihat proses dan keluaran yang terjadi antar banyak kasus atau objek, dan memahami bagaimana proses tersebut disimpangkan oleh variasi koñtekstual lokal tertentu.

Alasan mengkaji kelompok-kelompok pembanding ganda dikemukakan oleb Glaser dan Strauss dalam Discovery of Grounded Theory (1967), suatu saat ketika tak ada peneliti lapangan yang mengkaji lebih dari satu tempat setiap kali secara konseptual, peneliti tersebut menggunakan kelompok pembanding ganda untuk menemukan jenis-jenis struktur sosial di tempat teori atau subteori dapat diterapkan. Dengan membandingkan objek atau kasus, orang dapat menetapkan rentang rampatan dan temuan atau penjelasan, dan dalam pada itu, menemukan kondisi di tempat temuan tersebut berada. Maka terdapat banyak potensi bagi daya penjelas yang lebih besar dan kemampuan rampat yang lebih luas daripada yang dapat diberikan oleh kajian kasus tunggal.

A.    Matriks Meta Tak Tertata
Algoritma penguasaan data tersebut dapat diambil alih pada penelitian kualitatif dengan caranya sendiri. Data lintas objek juga perlu dibakukan melalui kode umurn, garis besar, dan format laporan untuk masing-masing kasus, dan, di dalam kasus, sajian umum dan segmen data yang terkode secara umum. Garis besar, format laporan, dan sajian merupakan piranti penyusut data untuk menyusutkan teks yang berjumlah ratusan halaman menjadi satuan-satuan yang dapat digarap -terdirl dan tiga atau empat halarnan teks dan beberapa tabel atau gambar ringkasan. 

Matriks meta merupakan bagan utama yang merakit data deskniptif dan masing-masing objek dalam format baku. Bentuk paling sederhana menempalkan seluruh bagan ringkas objek tunggal pada suatu bagan dinding atau lembaran besar secara berjajar. Prinsip dasarnya adaIah memasukan semua data yang relevan. Kita menamakan bagan tersebut sebagai “Peta-Induk.”

Biasanya analis bergerak memilah-mi!ah.data lebih Ianjut (membaginya dengan cara baru) dan rnenggerombolkan data yang  menjadi satu kelompok sehingga Iebih jelas perbedaan antara perangkat objek pada variabel termaksud. Matriks meta yang terpllah dan terkeIompokkan tersebut secara progresif lebih halus, dan memungkinkan transformasi teks naratif menjadi kutipan singkat, frasa ringkasan, rata-rata, dan simbol. 

Semuanya tampak agak abstrak, maka kita memerlukan suatu ilustrasi. Satu hal yang harus diperhatikan ialah bahwa “Peta-induk” tak tertata yang mengandung seluruh informasi dan semua objek dapat secara berangsur-angsur diperhalus, diringkas, .dan disusutkan melalui pemilahan dan pengklasteran, sehingga menjadi lebih urut. Kemudian, dilakukan cara-cara mengurutkan matriks meta menurut objek (kuat sampai lemah pada variabel tertentu), menurut peran (administrator, pemakai), atau menurut waktu (awal, akhir).

B.     Matriks Deskriptif yang Tak Tertata Menurut Objek
Sebuah matriks deskriptif yang tertata menurut objek berisi data deskriptif tingkat pertama dari semua objek, tetapi objek ditata menurut variabel utama yang sedang diuji, sehingga orang dapat melihat perbedaan antara objek-objek tinggi, sedang dan rendah. Jadi matriks tersebut meletakkan data dasar di satu tempat bagi variabel besar, melintas ke seluruh objek.

C.     Matriks Prediktor Keluaran Objek Tertata
Matriks prediktor keluaran beranalogi dekat mungkin bahkan terlalu dekat, dengan prosedur prediksi statistik. Matriks tersebut menyerupai “albatros” statistik: tidak ada koefisien regresi atau urutan nol, tanpa bentuk parsial, tidak ada algoritma untuk memasukkan atau menghilangkan prediktor, tidak terdapat istiiah kesalahan. Tentu saja, rnatriks tersebut dapat saja memerlukan campur tangan analisis non parametrik sederhana yang menguji kecenderungan dan penyimpangan yang disebabkan oieh matriks tersebut. Orang dapat pula melihat validitas empirik dan suatu prediksi dengan membandingkan pola kovariasi matriks yang diperkirakan “elegan” dan lebih nyata, pola-pola lokal sebenarnya diamati dalam laporan objek. Jika tidak terdapat objek yang memiliki konfigurasi sebanding dengan rumpun predlksi yang muncul dan pembacaan matriks, maka rumpun tersebut kosong dan oleh karenanya secara literal prediksinya tak berdasar.

D.    Matriks Meta Waktu Tertata
Dalam membandingkan sejumlah objek, orang sering ingin mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi selama jangka-waktu tertentu, terutama peristiwa yang merupakan indikator dan proses atau arus dasar.

Matriks meta waktu tertata mempunyai kolom-kolom yang tersusun secara berurutan menurut jangka waktu; sedangkan baris biasanya tidak terurut tetapi memiliki objek dengan urutan semaunya (mungkin alfabetis). Maka, prinsip dasanya adalah kronologi.

E.     Bagan Pencar
Terkadang, penganalisis ingin memplot masing-masing objek pada dua atau lebih aksis untuk melihat dengan tepat seberapa jauh hubungan objek yang satu dengan lainnya. Hal ini lebih dekat dengan logika bagan pencar, sehingga dalam memberi arti pada koefisien korelasi, atau pada logika “vektor” yang digunakan dalam analisis faktor statistik.

Bagan pencar adalah angka-angka yang menyajikan data dan seluruh objek pada dua atau lebih dimensi kajian yang berhubungan satu sama lain. Data dan objek dibuatkan skala secara cermat, dan ditempatkan pada spasi yang dibentuk oleh aksis terkait, sehingga dapat dibuat keputusan tentang persamaan dan perbedaan antar objek. Prinsipnya adalah analisis hubungan spasi koordinat terbatas bivariant (atau multivariat).

F.      Matriks Efek Objek Tertata
Matriks efek objek tertata meilih objek menurut tingkat penyebab yang mungkin ada dan menunjukkan berbagai efek pada masing-masing objek. Efek tersebut dapat dikelompokkan atau dikategorikan untuk membantu pemahaman. Fokusnya adalah keluaran variabel terikat.

G.    Model-Model Kausal
Matriks meta yang tertata dengan cermat, seperti matriks prediktor keluaran, matriks waktu tertata, atau matriks efek, dapat mulai menjelaskan banyak hal kepada kita tentang apa yang berhubungan dengan apa. Variabel demi variabel, kita dapat memahami bahwa X muncul sebelum Y, dan lebih banyak X berhubungan dengan lebih banyak Y, bahwa lebih sedikit Q berhubungan dengan lebih banyak Y, dan mungkin bahwa J tampak tidak berhubungan dengan Y  kecuali, mungkin jika anda mempertimbangkan berbagai tingkat K. Namun demikian semua ini bersifat “atomistik.” Kini terdapat dua masalah.
Masalah pertama adalah mulai berbuat lebih dan sekedar “asosiasi” (kata usang dan peneliti kuantitatif) sarnpai pada sesuatu Seperti penilaian bahwa vaniabel X tidak saja mendahului Y menurut waktu, tetapi juga tampak berhubungan sedemikian rupa sehingga jika karena suatu hal X meningkat, maka kita berharap bahwa Y meningkat atau menurun. Masalah kedua adalah bagaimàna bekerja lebih daripada sekedar membuat daftar (X, Q dan dengan K terkontrol merupakan prediktor dan Y) pada sesuatu seperti perangkat hubungan antar variabel secara padu: Pendek kata, suatu model. Dalam praktek, masalah ini biasanya harus dipecahkan bersama-sama.

Model kausal merupakan jaringan varilabel dengan hubungan kausal antar variabel tersebut, yang ditarik dari analisis objek ganda. Walaupun didasarkan pada pengalaman empirik, diperlukan upaya yang pada dasarnya tersusun lebih tinggi untuk meughasilkan seperangkat proposisi tentang jarIngan variabe! dan hubungan antar vaniabel yang menyeluruh dan dapat diuji.

H.    Jaringan Kausal Analisis Lintas Objek
Pembuatan jaringan kausal lintas objek merupakan analisis perbandingan dan semua objek dalam sampel variabel yang diprakirakan paling berpengaruh dan menentukan pengukur kriteria atau keluaran. Penganalisis memandang masing-masing pengukur keluaran dan menguji arus vaniabel untuk masing-masing objek yang menyebabkan atau “ménentukan” keluaran arus yang serupa atau sama lintas objek, dan yang berbeda satu sama lain secara konsisten, kemudian disarikan dan ditakslr. Prinsip dasarnya .adalah pengembangan satu jaringan meta atau lebih yang mengutamakan jaringan objek perseorangan.


VI.      PENYAJIAN MATRIKS

Konstruksi matriks amat menarik, gampang dan memuaskan. Matriks bukanlah barang rahasia, terlarang, atau khayalan, tetapi merupakan kegiatan pemisahan masalah yang menyenangkan

A.    Membangun Matriks
Tidak ada kaidah yang pasti untuk membuat sebuah matriks. Agaknya, konstruksi matriks merupakan suatu tugas kreatif -namun sistematIs- yang meningkatkan pemahaman anda mengenai substansi dan makna data yang besar, bahkan sebelum mulai memasuki informasi. Jadi, persoalannya bukanlah apakah seseorang membangun matriks yang “benar,” tetapi apakah matriks itu fungsional sehingga bisa memberi jawaban yang beralasan terhadap pertanyaan yang anda ajukan -atau mendorong cara-cara baru yang mencari peluang untuk menata (lay out) data agar memperoleh jawaban. Dalam arti yang lebih dalam, bukanlah “Gunakan matriks-matriks,” tapi Berpikirlah dari segi matriks, dan temukan suatu format yang paling báik untuk itu.”

B.     Memasukkan Data Matriks
Pemilihan data untuk entri ke dalam sel matriks, dan operasi yang
melibatkan pekerjaan itu, merupakan masalah yang pelik dalam analisis data kualitatif. Kesimpulan yang ditarik dan sebuah matriks tak pernah lebih baik daripada kualitas data yang masuk. Matriks yang sudah rampung mungkin tampak koheren dan masuk akal serta mungkin menyenangkan, namun apabila data dikumpulkan secara serampangan pada awalnya, atau masuk secara tergesa-gesa sebagian-sebagian, atau dengan cara yang samar-samar, maka kesimpulannya tentulah diragukan

C.     Manganalisis Data Matriks
Pengujian terhadap suatu matrjks membantu anda memahami matriks dan bagaimana sahihnya pemahaman itu. Sejumlah Saran umum
bagi analisis Data Matriks adalah :
1.   Mulailah dengan pengamatan cepat suatu “analisis sepintas” baris ke bawah dan kolom ke samping untuk melibat apa Yang terpapar sekilas. Kemudian uji, revisi, atau tegaskan kesan itu melalui telaah yang lebih cermat.
2.   Dalam matriks-matriks objek beraturan kerjakalah liputan pertama lewat data untuk masing-masing objek, satu persatu, yakinkanlah bahwa pemahaman deskriptjf jelas pada aras objek sebelum mencoba memahami pola-pola lintas objek (cross-site).
3.   untuk matriks-matrjks deskriptif awal, yang seringkalj luas dan rumit karena perlunya “sernua harus masuk” gunakan tabulasi ikhtisar untuk memperjelas pemahaman. Kemu cek kembali dengan matriks yang luas, untuk meyakinkan bahwa tidak terlalu menyederhanakan atau mengecohkan kesimpulan-kesimpulan
4.   Sebagai awal pembentukan kesirnpulan di dalam pikiran kita, tulislah teks yang menjelaskannya. Proses penulisan biasanya membawa ke arah formulasi ulang, menambah kejelasan, dan gagasan untuk analisis selanjutnya. Menulis itu sendiri adalah suatu bentuk kerja analisis.
5.   Kesimpulan-kesimpulan yang timbul hampir selalu memerlukan pengecekan pada catatan lapangan tertulis. Apabila kesimpulan tidak mengisyaratkan kebenaran pada “aras dasar” ketika anda mencobanya di situ, maka perlu direvisi. Prosedur sistematis seperti yang kami sarankan itu kadang-kadang dapat membawa ke arah perasaan kepastian, yang tidak benar mengenai kesimpulan. Lihat data mentah guna pemanduan terhadap hal tersebut.
6.   Dalam penulisan teks setengah akhir (semifinal) yang menerangkan kesimpulan yang ditarik dari matriks, sertakanlah ilustrasi khusus dari catatan lapangan tertulis. Dalam melakukannya hindari “pembubuhan” contoh-contoh yang terlalu jelas dan rnenarik untuk memberi bumbu naratif. Malahan, carilah eksemplar kesimpulan yang murni yang disajikan. Kalau anda tidak bisa menemukannya, ada sesuatu yang tidak beres dengan kesimpulan maka revisi mutlak dilakukan.
7.   Ingatlah bahwa analisis haruslah menembus jauh di belakang sajian terakhir hingga mencapai penjelasan (lihat Noblit, 1982). Mengecek kesimpulan terhadap data hanya merupakan setengah bagian tugas pengukuhan makna. Bagian yang lain harus berkaitan dengan makna konseptual dan kesimpulan itu, bagaimana keterikatan kesimpulan itu dengan teori atau susunan lain mengenai perilaku sosial. AnaIisis matniks yang menghasilkan kesimpulan yang dapat diuji namun miskin makna (tidak ada gunanya bagi siapapun).
8.   Dokumentasikan prosedur analisis Ianjutannya, dan mintalah pemeriksaan sekali-kali dari teman sejawat, terutama selama awal pekerjaan.
9.   Dalam mengembangkan teks laporan akhir, pikirkan masakmasak mengenai data yang akan diperlukan oleh pembaca. Dalarn banyak hal, matniks lengkap yang anda gunakan juga harus disajikan kepada pembaca, yang dengan demikian dapat mengikuti dan rnenguji kesimpulan. Dalam hal lain, tabel ringkasan atau versi matang mungkin sudah cukup. Dan masih dalam ha! lain lagi, -yang menurut hemat kami paling jarang terjadi- anda boleh menyimpuikan bahwa teks dengan ilustrasi akan sudah cukup. Apabila matriks-matriks dasar tidak disajikan, anda perlu menerangkan kepada pembaca penjelasan yang gamblang mengenai penyajian dan metode-metode analisis yang digunakan untuk menuju teks.

 VII.            MENARIK KESIMPULAN DAN MENGUJI


Manusia adalah penemu makna; mereka dapat mengartikan peristiwa-peristiwa yang paling kacau sekalipun dengan cepat. Keseimbangan kita tergantung kepada keterampilan-keterampilan semacam itu: Kita menjaga agar dunia tetap ajeg dan dapat diduga dengan cara mengatur dan menafsirkannya secara kognitif. PersoIan yang penting ialah apakah makna yang ditemukan dalam data kualitatif melaIui taktik yang diuraikan valid, dapat diulangi, benar atau tidak. 

Source:
ANALISIS DATA KUALITATIF MODEL MILES dan HUBERMAN (Sebuah rangkuman dari buku Analisis Data Qualitatif, Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman) Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press 1992
Oleh : Ridvia Lisa, Mas Chandra, Rusman Iskandar

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KEJURUAN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS NEGERI PADANG, 2010






Artikel Menarik Lainnya