Khutbah Jum'at Tentang Nuzulul Qur'an
Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatu
Al-Quran merupakan firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia
dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia
maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa al-Quran selalu relevan dengan
problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk mengajak manusia
berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap problema
tersebut di manapun mereka berada.
Pada kenyataannya,
al-Quran benar-benar telah mengepung level kecil klasik kesusastraan jahiliyah
untuk memperkenalkan pemikiran keagamaan dan konsep-konsep monoteistiknya ke
dalam Bahasa Arab. la juga menciptakan design dahsyat dalam Bahasa Arab dengan
mengubah instrument-instrument teknis pengungkapannya. Pada satu sisi, ia
menggantikan syair metrik dengan bentuk ritmenya sendiri yang tak tertirukan,
dan pada sisi lain memperkenalkan konsep-konsep dan tema-tema baru yang
mengarah kepada arus besar monoteisme.
Al-Quran juga mengalihkan
perhatiannya kepada masa lalu yang jauh dalam sejarah perjalanan ummat manusia
sekaligus mengarah ke masa depannya dengan tujuan mengajarkan tugas-tugas masa
kini. la melukiskan gambaran dan tanda-tanda yang mengundang manusia untuk
segera menarik pelajaran darinya. Setelah pelajaran dapat ditarik
kesimpulannya, ternyata jiwa manusia tanpa disadari terseret serta terpesona
oleh kedalaman dan keluasan makna al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa al-Quran
sebagai mukjizat terbukti menjadi modal kehidupan dunia dan akhirat.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Allah SWT menurunkan
al-Quran saat manusia sedang mengalami kekosongan para rasul, kemunduran akhlak
dan kehancuran problem kemanusiaan, sosial politik dan ekonomi. Pada setiap
problem itu, al-Quran meletakkan sentuhannya yang mujarrab dengan dasar-dasar
yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia
selanjutnya yang relevan di setiap zaman. Sejak diturunkannya sampai dengan
sekarang al-Quran tidak pernah terlepas dari suatu tradisi yang sedang
berjalan. Dengan kata lain, pesan-pesan al-Quran selalu berhubungan dengan
pribadi atau masyarakat yang mengganggapnya sakral atau sebagai sentralitas
etika universal.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ
أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ اْلمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ
أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيْرًا.
“Sesungguhnya
Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar” (Q.S. Al-Isra’ : 9)
Hadirin jama’ah jum’ah
rahimakumullah
Jika melihat kondisi ummat
Islam pada saat al-Quran diturunkan, semua peristiwa di masa lalu itu
dibangkitkan melalui perenungan. Jadi ada kesamaan konteks ketika al-Quran
diturunkan pertama kali dengan kondisi terkini yang secara sosial, politik,
ekonomi dan agama memang sedang mengalami kebobrokan dan membutuhkan
pemecahannya. Untuk itu, ummat Islam sebagai ummat yang terbaik mengemban tugas
berat yang berkaitan dengan memahami, mengilhami dan melakukan tanggung jawab.
Karena memahami dan menafsirkan adalah bentuk yang paling mendasar dari
keberadaan manusia dimuka bumi yang memiliki jabatan sebagai khalifah. Dengan
demikian, eksistensi ummat Islam sebagai ummat yang terbaik tidak diragukan.
Dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan agama, peristiwa Nuzulul Quran yang terjadi beberapa abad yang
lalu menjadi sesuatu yang berkesinambungan hingga kini. Masa lalu tidaklah
usang dan ia menjadi pendahulu masa kini. Maka dari itu, upaya memahami makna
nuzulul Quran pada saat sekarang ini sama sekali tidak menghilangkan makna dan
konteks terdahulu, melainkan merangkumnya untuk kemudian diteruskan hingga
kini. Ada semacam harapan yang harus terpenuhi dalam menghadapi tantangan
global saat ini sebagaimana Rasulullah juga menghadapi tantangan dan ujian yang
berat.
Setelah melihat konteks
nuzulul Quran, tugas selanjutnya ialah melakukan kontektualisasi ajaran dan
pesan yang terkandung dalam peristiwa nuzulul Quran. Kita harus selalu
berdampingan dengan al-Quran dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan.
Hadirin jama’ah jum’ah
rahimakumullah
Kesadaran yang mendasar
terhadap perisitiwa Nuzulul Quran memberikan akses kepada esensi al-Quran
dengan keanekaragaman dimensi dan nilai holisitiknya. Bersamaan dengan itu
keraguan tcrhadap al-Quran hilang dan digantikan dengan keyakinan yang teguh.
Keyakinan yang teguh kepada al-Quran setelah dengan melakukan penghayatan yang
pada akhirnya dapat membuka pintu-pintu hidayahnya sebagai sumber etika dan
nilai universal.
Al-Quran sebagai Kalamullah
secara komprehensif terbukti telah mencerahkan eksistensi kebenaran dan moral
manusia. Mukjizat dan wahyu yang menjadi kitab bagi ummat Islam khususnya dan
seluruh ummat pada umumnya tidak habis-habisnya menguraikan secara detail
subtansi kebenaran. Ayat-ayatnya senantiasa melahirkan interpretasi filosofis
yang menggugat infiltrasi pemikiran kebenaran semu bahkan menyesatkan dari para
pemikir non wahyu.
Al-Quran membuka ruang
penafsiran secara tipikal menukik pada akal orisinil dan langsung menyentuh
aspek mendasar dalam kehidupan, yaitu etika dan moral dalam hubungannya sebagai
hamba dengan Sang Khaliq-Allah. Salah satu penyebab utama kekerasan dan konflik
yang dialami ummat manusia karena tidak menjadikan al-Quran sebagai sumber
nilai etika dan moral. Keadaan ini menurut Harun Yahya seorang Filsuf Islam
Kontemporer adalah dengan mengupayakan nilai-nilai moral dan etika dalam
al-Quran diberlakukan dalam kehidupan. Allah Swt telah berbicara dalam al-Quran
tentang kaidah besar seperti keadilan, perdamaian, kebenaran, Iman dan Islam.
Dia juga berbicara tentang muamalah dan pandangan hidup. Problem apapun yang
terjadi, krisis apapun yang berlaku, solusi dan penawarannya ada di dalam
al-Quran. Oleh karenanya, kita harus rajin membacanya dan mentadabburinya.
Membaca al-Quran sebagai
jalan mencari solusi, membaca Al-Qur’an juga menyempurnakan ibadah lainnya. la
dapat berfungsi dengan baik jika dalam membacanya disertai dengan adab-adab
batin dalam perenungan, khusyu’ dan mentadabburinya yang akhirnya banyak
mendatangkan manfaat berupa petunjuk dari Allah, inspirasi dan basis imajinasi.
Bertadabbur berarti
memperhatikan dan merenungi makna-maknanya. Bahkan Ibnu Mas’ud berkata, “Barang
siapa yang menghendaki ilmu orang-orang yang terdahulu dan ilmu orang-orang
yang akan datang, hendaklah ia mendalami Al-Quran“. Kitab Ummat islam ini
memberikan pedoman serta jalan yang lurus yang mampu menghindari buruknya
kesesatan. Etika kehidupan dan akhlak-pun terangkum dalam Al-Quran. Bahkan,
Rasulullah sendiri dibina akhlaknya langsung oleh Al-Quran.
Oleh karena itu, melalui
khutbah jum’at ini, mari bersama membangun Indonesia dengan spririt keimanan
dan keislaman. Menjadikan akhlak Rasulullah sebagai basis sumber daya manusia.
Dan kita jadikan Al-Qur’an sebagai way of life dalam setiap gerak dan
langkah kita. Semoga kita diberi kemampuan untuk berpegang teguh dengan
nilai-nilai Al-Qur’an. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ
اْلعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِىْ وَإِ يَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ إِنَّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ
كَرِيْمٌ رَؤُوْفٌ رَّحِـْيمٌ وَقُلْ
رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ .