Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Bahasa Inggris SMK/SMA

USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)


  1. JUDUL PENELITIAN
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris  Dengan Menggunakan Metode Debat Siswa Kelas XI SMK PGRI 9 Ngawi

  1. BIDANG KAJIAN
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris dan Metode Debat

  1. PENDAHULUAN

Berbicara adalah suatu kompetensi dasar pelajaran bahasa yang diajarkan pada siswa. Dalam kompetensi ini, siswa diharapkan mampu berkomunikasi secara lisan, karena penggunaan bahasa adalah sebagai alat  komunikasi. Sehubungan dengan aspek berbicara ini tidak diujikan pada ujian nasional, maka perhatian terhadap aspek ini kurang maksimal yang mengakibatkan siswa kurang mempunyai keberanian untuk menyampaikan pendapat, gagasan, dan ide – ide secara lisan. Siswa pun lebih banyak memilih diam dan mendengarkan. 
            Pendapat ini didukung oleh Maidar G. Arsjad yang juga menyatakan bahwa banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun mereka  sering kurang terampil menyajikannya secara lisan. (1987: 23)
Penulis beranggapan bahwa selama ini proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah-sekolah hanya mengajar target kurikulum dan kurang memandang esensi dari pembelajaran bahasa Inggris itu sendiri. Selain itu beban yang di tanggung oleh guru adalah mempersiapkan anak didiknya untuk event ujian nasional yang sama aturan. Saat ini yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris SMA adalah bagaimana siswa bisa menganalisa bentuk teks sesuai dengan target kurikulum. Kecenderungan untuk menitikberatkan pada pembelajaran membaca lebih ditekankan daripada berbicara.
Guru sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya, mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengatasi kondisi tersebut diharapkan guru secara terus menerus memperbaiki model pembelajarannya. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan merupakan model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Untuk menumbuhkan keberanian berbicara bahasa Inggris dapat di lakukan bermacam-macam kegiatan. Salah satu cara yang paling tepat untuk mengatasi kondisi sulitnya siswa menyampaikan pendapat dengan menggunakan bahasa Inggris adalah dengan berdebat. Dalam berdebat tentu ada dua pendapat yang saling bertentangan, disinilah fungsi debat yang dapat membantu proses pengambilan keputusan dengan menyajikan argumentasi yang meyakinkan. Dengan berdebat siswa diharapkan terbiasa untuk berbicara, memproduksi kalimat, menyampaikan gagasan serta argumentasi yang mana dapat memperkuat kepercayaan diri siswa tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa khususnya berbicara, seorang guru hendaknya berusaha mengubah suasana kelas menjadi tempat berlatih kegiatan berbicara. Mengingat pada umumnya sebuah kelas mempunyai siswa yang cukup besar jumlahnya, maka untuk dapat melibatkan semua siswa dalam kegiatan berbicara, sebaiknya menggunakan metode debat. Selain untuk mencapai keefektifan berbicara, metode debat juga dapat menghilangkan kelesuan yang diakibatkan oleh suasana yang terus menerus sama dalam kegiatan pelajaran lain, sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa

  1. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
     
1.   Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada dapat di rumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana penggunaan metode debat agar dapat meningkatkan kualitas   berbicara
    Bahasa Inggris ?
b Apakah penggunaan metode debat dapat meningkatkan kemampuan berbicara
   Bahasa Inggris ?


2.   Pemecahan Masalah
Rendahnya kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas XI SMK PGRI 9 Ngawi Tahun Pelajaran 2013-2007 penulis mengambil tindakan dengan menggunakan metode debat .
3.   Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa Inggris dengan menggunakan metode debat  diharapkan :
a.       Untuk mengetahui cara menggunakan metode debat agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara Bahasa Inggris.
b.      Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan debat dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris.
4.   Manfaat Penelitian
a.       Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris.
b.      Siswa merasa mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan   
             pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan sesuai dengan kemampuannya.
c.       Siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran secara tuntas.
d.      Guru dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam Bahasa Inggris.
e.       Proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas tidak lagi berjalan secara   
             monoton.

E. KAJIAN PUSTAKA

1.  Berbicara
1.1.  Batasan Berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek-aspek lain seperti cara berpakaian atau mendandani pengantin, adalah bersifat eksternal, tetapi ujaran sudah bersifat inheren, pembawaan. (Tarigan, 1996 : 15)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehinga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. (Tarigan,1996 : 15)
Dengan demikian maka berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahamai atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya: apakah dia bersikap tenang, serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. (Mulgrave, 1954 : 3 – 4).

1. 2 . Berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah ‘berbicara” biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu :
1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts).
2. Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences) (Mulgrave, 1954 : 6).
Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga ilmu.
Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannnya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat sebagai berikut :
(1)   Berbicara di muka umum
(2)   Semantik : Pemahaman makna kata.
(3)   Diskusi kelompok
(4)   Argumentasi
(5)   Debat
(6)   Prosedur parlementer
(7)   Penafsiran lisan
(8)   Seni drama
(9)   Berbicara melalui udara
Kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang perlu ditelaah antara lain :
(1)   Mekanisme bicara dan mendengar
(2)   Latihan dasar bagi ajaran dan suara
(3)   Bunyi-bunyi bahasa
(4)   Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
(5)   Vowel-vowel
(6)   Diftong-diftong
(7)   Konsonan-konsonan
(8)   Patologi ujaran. (Mulgrave, 1954 : 9)
      Dalam berbicara ini penulis meneliti debat dalam meningkatkan kemampuan berbicara (khususnya bahasa Inggris). Dengan demikian penulis memandang berbicara sebagai seni dalam hal ini, yaitu penekanan diletakkan pada penerapan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.

2. Debat
2.1. Batasan Debat
Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah perbedaan. Secara formal debat banyak dilakukan dalam institusi pemerintahan, legislatif maupun debat kompetitif yang dilakukan di dunia pendidikan.

2.2. Jenis Debat
Klopf menyatakan (1969 : 11) bahwa debat meliputi debat yudikatif (pengadilan) , legislatif (dewan), political (politik) , philosophical (filosofi) dan occupational (pekerjaan) . dan semua itu termasuk debat akademik atau disebut juga debat sekolahan / debat pendidikan.




Agar lebih jelas dapat dibaca pada gambar berikut !












Dari kedua pendapat tersebut yaitu pendapat Tarigan maupun pendapat Klopf , penulis  (peneliti) secara tegas memilih pendapatnya Klopf dalam mengklasifikasikan ragam debat,  karena penulis beranggapan bahwa semua teori  debat harus didasarkan pada debat pendidikan.

2.3. Proposisi
            Proposisi atau usul menentukan ruang  lingkup dan pembatasan suatu perdebatan, bergantung kepada tipe debat yang dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu usul merupakan suatu mosi, suatu resolusi , atau suatu rancangan undang-undang yang akan diputuskan oleh suatu majelis parlementer , suatu  pernyataan mengenai posisi alternatif terhadap suatu masalah yang kontroversial bagi perdebatan pemeriksaan ulangan, atau  suatu keterangan pendapat mengenai fakta, nilai atau kebijaksanaan bagi perdebatan formal . Bagi perdebatan antar pelajar khususnya setingkat SMA, biasanya bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan berstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda , dan  kemampuan-kemampuan berbahasa asing (bila dilakukan dalam  bahasa asing).
2.4. Pokok-pokok Persoalan Dalam Debat
            Untuk memperoleh pokok-pokok  persoalan yang menarik serta merangsang suatu perdebatan, maka sepatutnyalah sang pembicara  mempertimbangkan mengapa usul atau proposisi yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan pada saat ini, bagaimana pertama munculnya masalah itu, dan bagaimana pula sejarah serta perkembangannya . sang pembicara haruslah pula membatasi secara tegas dan tepat segala istilah yang terdapat pada proposisi tersebut  dengan menunjukkan atau referensi langsung kepada pendekatan itu. Sang pembicara harus menentukan dengan tegas apa yang harus diakui/diterima, dilepaskan atau dikeluarkan karena tidak ada hubungannya dengan masalah yang dikemukakan.
            Terhadap usul-usul yang ada kebijaksanaan, biasanya tiga persediaan pokok persoalan dapat bermanfaat , yaitu ;
a.    Apakah diperlukan suatu perubahan ?
b.   Apakah usul itu menawarkan perubahan terbaik yang mungkin dibuat ?
c.    Apakah usul itu memberi kerugian-kerugian yang lebih besar daripada keuntungan-keuntungan yang diharapkan? (Henry Guntur Tarigan, 1996 :98).
Berdasarkan uraian di atas , dapat dijelaskan kalau ternyata pihak negatif setuju dengan pihak afirmatif dalam hal perlunya mengadakan suatu perubahan, maka selanjutnya pertanyaan kedua dan ketiga sajalah yang merupakan pokok persoalan yang ada hubungannya dengan manusia itu.

2.5. Sikap dan Tehnik Berdebat
            Para anggota debat yang tidak berpengalaman  acapkali menimbulkan kebencian para pendengar karena sifat mereka yang suka bertengkar, suka bercekcok, dan menganggap dirinya selalu benar . Seorang pendebat  haruslah bersifat rendah hati, wajar, ramah dan sopan tanpa  kehilangan kekuatan dalam argumennya. Dia harus menghindarkan pernyataan yang berlebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata-kata dan ekspresi-ekspresi yang samar-samar yang tidak dikehendaki oleh  fakta-faktanya , dengan perkataan lain justru tidak menunjang kasus yang dikemukakannya.
            Para anggota debat tidak mengizinkan diri mereka berbuat marah karena adanya sindiran tajam ataupun tuduhan tidak langsung  dari  para lawan mereka. Daya tahan yang ampuh yang bersifat lelucon dan humor  memang diperlukan, tetapi serangan yang bertubi-tubi terhadap pribadi lawan tidak dibenarkan  sama sekali. Sikap yang tenang dan santai serta sopan  santun terhadap para lawan dan para pendengar akan menimbulkan kesan baik yang perlu dipertahankan.

2.6. Norma – norma dalam Berdebat dan Bertanya
            Dalam setiap perdebatan terdapat sejumlah norma yang harus dituruti , baik bagi perdebatan itu sendiri, maupun dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan agar terdapat hasil yang memuaskan . Berikut akan penulis jabarkan norma-norma yang harus diperhatikan dalam perdebatan dan pertanyaan seperti yang dikemukakan Powers dalam Henry Tarigan Guntur (1996 : 110).

a.  Norma-norma dalam berdebat
Bila kita  ingin mencapai tujuan yang sebenarnya dari sesuatu perdebatan, maka mau tidak mau pembicara haruslah memiliki :
(1). Pengetahuan yang sempurna mengenai pokok pembicaraan,
(2). Kompetensi atau kemampuan menganalisa
(3). Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi
(4). Apresiasi terhadap kebenaran fakta – fakta
(5).Kecakapan menemukan buah pikiran yang keliru dengan penalaran
(6). Ketrampilan dalam pembuktian kesalahan
(7). Pertimbangan dalam persuasi
(8). Keterangan, kelancaran, dan kekuatan dalam cara /penyampaian pidato (Mulgrave dalam Henry Guntur Tarigan , 1996 : 110 ).

b. Norma – norma  Bertanya
            Dalam mengajukan pertanyaan dalam forum debat hendaklah memperhatikan kaidah – kaidah  sebagai berikut :
 (1).   Mengetahui segala sesuatu mengenai usul atau proposisi yang akan didiskusikan  sebelum kita mengajukan pertanyaan kepada pembicara ;
 (2).   Hendaklah kita bersungguh-sungguh mencari informasi
 (3).   Janganlah kita ingin menguji pembicara
 (4).   Singkat dan tepat, rumuskanlah terlebih dahulu pertanyaan kita baik-baik sebelum diajukan kepada sang pembicara;
 (5).   Janganlah kita terlalu berbelit-belit sampai ke hal-hal yang kecil dan tetek bengek, sebab hal itu menjurus ke arah verbalisme saja :
 (6).   Bersihkanlah pertanyaan kita dari prasangka emosional ;
 (7). Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan , janganlah kita bersifat menuduh , menyalahkan , menggoda, mengusik, menggertak, menakut-nakuti, atau membingungkan sang pembicara . tunjukkanlah  sikap yang wajar dan bukan sikap yang menipu;
 (8).   Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai tujuan tertentu yaitu memperoleh informasi , menjernihkan suatu masalah , mencari penjelasan penalaran yang terlibat, ataupun meninjau kembali fakta-fakta yang telah dikemukakan oleh pembicara;
 (9).   Ajukanlah pertanyaan –pertanyaan khusus ;
(10). Hindarkanlah jauh-jauh cara berfikir yang menyesatkan , yang tidak masuk akal, pertanyaan-pertanyaan janganlah disengaja untuk mendemonstrasikan ketrampilan kita sendiri (Powers dan Henry Guntur Tarigan , 1996 : 111).


2.7       Keuntungan Debat
Menurut Klopf (1969 : 13-14) , keuntungan debat akademi / debat pendidikan sebagai berikut :
1.      Siswa belajar  untuk menguraikan pemikiran dan mengekspresikannya dengan jelas.
2.      Siswa belajar beralasan dan menyampaikannya dengan aturan yang benar
3.      Siswa belajar untuk meneliti, menjelaskan, mendeskripsikan , menganalisa dan mengevaluasi gagasan –gagasan.
4.      Siswa belajar untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya untuk berfikir spontan
5.      Siswa belajar percaya diri
6.      Siswa mendapatkan banyak kosakata, suara berbicara lebih jelas dan keinginan untuk mendapatkan reaksi penonton.
7.      Siswa belajar untuk mencari dan menggunakan argumentasi yang rasional setuju atau tidak setuju pada persoalan kontroversial
8.      Siswa belajar untuk mendukung argumennya dengan bukti-bukti yang terdokumentasi dengan baik
9.      Siswa  belajar dasar-dasar penelitian dan bagaimana menggunakan hasil penelitian untuk mendukung kesimpulannya
10.  Siswa  mengembangkan ketrampilan berfikir dan beralasan reflektif dan belajar untuk mempersepsikan alasan-alasan yang dangkal dan lemah.
11.  Siswa  belajar untuk mengatur pemikirannya dan menyampaikannya dengan jelas
12.  Siswa belajar untuk mempertahankan gagasannya
13.  Siswa mendapatkan sikap keterbukaan pikiran, keadilan dan toleransi pada sudut pandang orang lain.
14.  Siswa mengembangkan pandangan , nilai estetika dan emosi
15.  Siswa mendapatkan kepuasan yang berasal dari suara dan tubuh secara terus menerus
16.  Siswa mengembangkan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

3. Hipotesis Tindakan
Metode Debat dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas XI SMK PGRI 9 Ngawi

F. METODE PENELITIAN
1. Gambaran Umum Penelitian
               Penelitian Tindakan Kelas atau disebut Classroom Action Research ,adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan rasional dari tindakan–tindakan mereka dalam melaksanakan tugas ,memperdalam terhadap tindakan–tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi  praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 4 tahap, yakni: Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflective).


            

Penelitian Tindakan Kelas berpijak pada 2 (dua) landasan,yaitu :
a.       Keterlibatan (Involvement) yaitu keterlibatan guru dalam penggelaran penelitian tindakan kelas.
b.      Perbaikan (Improvement) yaitu komitmen guru untuk melakukan perbaikan termasuk perubahan dalam cara berfikir dan kerjanya sendiri.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus dan setiap siklus diharapkan ada perubahan yang dicapai.

2. Rencana Prosedur Penelitian
2.1. Persiapan Tindakan
             a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
             b. Menyusun instrument dan  lembar pengamatan :

1.   Lembar Debat Rubrik untuk siswa
2.   Lembar Debat Rubrik untuk Guru
3.   Lembar pengamatan untuk guru tentang proses pembelajaran  kemampuan berbicara bahasa Inggris dengan metode debat.
4.   Lembar angket siswa
             c. Menentukan jadual tindakan kelas dan refleksi   
   
2.2. Implementasi Tindakan
         Siklus 1 sampai 3 pada tindakan kelas secara umum sebagai berikut :

         A. Persiapan Debat (satu minggu sebelum pelaksanaan)

1.      Siswa menbentuk kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3 orang.
2.      Guru menunjuk seorang  siswa sebagai moderator untuk setiap sesi debat yang tugasnya untuk memanggil pembicara ketika saatnya berbicara dan mencatat waktu
3.      Setiap kelompok mencari pasangan kelompok sehingga menjadi sebuah pasangan kelompok.
4.      Masing-masing pasangan kelompok mengambil undian tema dan menentukan kelompok Pro dan Kontra.
5.      Pasangan kelompok mengambil undian nomor urut tampil.

6.      Siswa mendiskusikan tema berdasarkan kelompok Pro dan kelompok Kontra.
7.      Setelah siswa menerima tema, kelompok Pro maupun Kontra membagi tugasnya sebagai pembicara 1, pembicara 2 dan pembicara 3.

B.  Pelaksanaan Debat

1.      Pembicara 1 dari kelompok Pro lebih dulu menyampaikan argumentasinya.
2.      Pembicara 1 dari kelompok Kontra memberikan sanggahan terhadap pembicara 1 Pro serta memberi argumentasi kelompoknya.
3.      Pembicara 2 Pro memberikan sanggahan pada pembicara 1 Kontra dan memberikan argumentasinya.
4.      Pembicara 2 Kontra memberikan sanggahan pada pembicara 1 dan 2 Pro serta memberikan argumentasinya.
5.      Pembicara 3 Pro memberikan sanggahan pada pembicara 1 dan 2 Kontra serta meyakinkan kebenaran dari pendapat kelompok Pro tersebut.
6.      Pembicara 3 Kontra memberikan sanggahan pada pembicara 1,2 dan 3 Pro serta meyakinkan kebenaran dari pendapat kelompok Kontra tersebut.
7.      Satu atau dua dari kelompok penanya memberikan pertanyaan pada masing-masing kelompok Pro maupun Kontra sesuai denan waktu yang diberikan yakni 2 menit untuk setiap kelompok.
8.      Masing-masing kelompok Pro maupun Kontra memberikan jawabannya sesuai dengan waktu yang disediakan yakni 2 menit.
9.      Masing-masing kelompok baik Pro maupun Kontra memilih salah satu dari pembicara 1 atau 2 untuk menyampaikan kesimpulan hasil debat mereka dari waktu yang disediakan selama 2 menit.

Selain Kelompok Penanya dan kelompok yang berdebat terdapat pula Kelompok Penilai dan Kelompok Moderator.




Setting tempat dan pelaksanaan debat  dapat digambarkan sebagai berikut :
Text Box: Kelompok
Penilai  
Kontra 3
Text Box: Kelompok
Penilai  
Pro 1
Oval: Pengamat



Text Box: Kelompok
Penilai  
Pro 2

Text Box: Kelompok
Penilai
Kontra 2
Text Box: Kelompok
Penanya



 


 3. Observasi dan Evaluasi
Setiap siklus dilakukan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan, yaitu
a.       Instrumen untuk siswa
1.  Instrumen Debat dengan kategori : mengarah pada topik (addresses the issue), mendukung dengan data-data  (supports with facts) kemampuan meyakinkan (persuasiveness), kerjasama (teamwork) dan pengorganisasian (organization).
2.  Lembar  angket yang dialami siswa saat debat berlangsung.
b.      Instrumen untuk guru.
1.  Lembar pengamatan proses pembelajaran
                  2.  Instrumen Debat dengan 5 kategori yang meliputi :
a.   Pernyataan pembukaan apakah terorganisasi dengan baik (Opening statement were well organized)
b.  Opening statement tidak dibaca dari catatan (Opening statement were not  read from the cards)
c.   Suara cukup keras dan jelas (Students spoke loud enough to be heard).
d.   Jawaban pada pertanyaan penonton terarah tepat dan jelas (Answers to audience questions were well thought out).
e.       Menjaga tata krama terhadap tim lawan (Respect shown to the opposing team; no name calling, interruptions).

           4. Refleksi
Pelaksanaan refleksi setiap  akhir siklus . Dari siklus 1 sampai siklus III siswa memberikan komentar /tanggapan tentang pelaksanaan metode Debat dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Khusus untuk akhir siklus tiga,siswa diberi lembar angket minat terhadap pelaksanaan metode Debat tersebut.

            5. Subyek dan Lokasi
Subyek penelitian ini adalah kelas XI IPS – 1 SMK PGRI 9 Ngawi tahun pelajaran 2013-2007 dengan jumlah sebanyak 31 siswa.

6. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik diskripsi.
Adapun diskripsi yang dipakai untuk mengetahui kemampuan berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan metode debat adalah sebagai berikut :

Student’s Debate Rubric

Category
Score
Score Gained
Points
4
3
2
1
Σ score 
---------- X 100
Score max
Addresses the Issue
Always addresses topic
Usually addresses topic
Rarely addresses topic
Did not address topic


Support with Facts
Uses many facts that support
Uses some Facts that
Support
topic
Uses few Facts that
Support topic
Does not uses Facts that Support topic


Persuasive-ness
Arguments clear and convincing
Arguments are sometimes clear and convincing
Arguments are rarely clear and convincing
Arguments are never clear and convincing


Teamwork
Used team member effectively Equal timing
One member does the talking 75 % of the time
One member does the talking 100 % of the time
No one talks


Organization







Electrifies audience in opening statements
Closure convinces audience
Grabs attentions


Closure convinces audience
Introduces topic and brings some closure to the debate
Does not introduce topic; no closure






Total













Teacher‘s Debate Rubric

Criteria
Score (1 – 10)
                Σ score 
Point =    ----------     X 100
              Score max
Opening Statements were well organized


Opening Statements were  not read from cards


Students spoke loud enough to be heard


Answers to audience questions were well thought out


Respect was shown throughout the debate for the opposing team.( no name calling,interruptions)




Total



G. JADUAL PENELITIAN

Waktu
Jenis kegiatan
Tempat
Keterangan
1-6 September 2013

8,9,15 September2013

16 September  2013
22,29,30 Sept 2013
6 Oktober 2013
7,13,14, Oktober  2013
20 Oktober 2013
21-28 Oktober 2013

Menyiapkan dan membuat instrument
Tindakan kelas siklus 1

Refleksi Siklus 1
Tindakan Kelas Siklus 2
Refleksi 2
Tindakan Kelas Siklus  3
Refleksi Siklus 3
Menyusun Laporan

SMK PGRI 9 Ngawi
Kelas XI
IPS 1
SMAN 3
idem
idem
idem
idem
idem


6 x 45 menit

2 x 45 menit
6 x 45 menit
2 x 45 menit
6 x 45 menit
2 x 45 menit

H. DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Menengah, Direktorat Menengah Umum

G.Arsjad, Maidar, Dra. dan  U.S,Mukti,Drs.1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga

Klopf,Donald W.,Ph.D. and McCroskey,James C.,D.Ed.1969.The Elements of Debate. New York : Arco Publishing Company,INC

Microsoft. XP. http://712educators.about.com/cs/rubrics/l/blrubricdebate.htm

Microsoft.XP http://www.educationworld.com/a_curr/strategy/strategy012.shtmlMore      
         Debate  Lessons

Microsoft. XP http://www.educationworld.com/a_lesson/03/lp304-02.shtml

Microsoft. XP http://www2.lhric.org/ertc/Wendy/Wzrubric.htm

Nur, Mohamad, Prof.Dr. 1999. Teori Belajar. Surabaya : University Press UNESA
Tarigan, Henry Guntur, Prof. Dr. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah Menengah.

I. RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

NO
URAIAN
JUMLAH
1
Bimbingan  Kepala Sekolah
Rp.   375.000,00
2
Bimbingan Pembimbing PTK
Rp.   375.000,00
3
Buku Referensi  
Rp.   500.000,00
4
Penyiapan   Skenario Pembelajaran
Rp.   450.000,00
5
Penyiapan instrumen, internet
Rp    500.000,00
6
Pembahasan konsep pengamatan (1peneliti + 1 pengamat)
Rp.   200.000,00
7
Revisi dan pembuatan  instrumen
Rp.   350.000,00
8
Pelaksanaan & pengamatan PTK siklus I, II dan III
Rp.   600.000,00
9
Analisis data dan refleksi siklus I dan III
Rp.   800.000.00
10
Revisi instrumen untuk pelaksanaan siklus II
Rp.   400.000,00
11
2 perjalanan ke Surabaya
Rp.   200.000,00
12
Pengetikan Naskah
Rp.   250.000,00
13
3 Rim kertas kwarto @ Rp 30.000,00
Rp.     90.000,00
14
5 Jilid @ Rp. 60.000,00
Rp.   300.000,00
15
5 penggadaan naskah  @ Rp. 25.000,00
Rp.   125.000,00
16
3 lembar proposal @ Rp 20.000,00
Rp.     60.000,00
17
2 tube tinta printer @ Rp. 35.000,00
Rp.    70.000,00
18
Dokumentasi
Rp.   100.000,00
19
Lain - lain
Rp     55.000,00
20
Jumlah
Rp.5.000.000,00-