USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Bahasa Inggris SMK/SMA
USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
- JUDUL PENELITIAN
Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Bahasa Inggris Dengan Menggunakan Metode
Debat Siswa Kelas XI SMK PGRI 9 Ngawi
- BIDANG KAJIAN
Kemampuan Berbicara Bahasa
Inggris dan Metode Debat
- PENDAHULUAN
Berbicara adalah suatu kompetensi dasar pelajaran
bahasa yang diajarkan pada siswa. Dalam kompetensi ini, siswa diharapkan mampu
berkomunikasi secara lisan, karena penggunaan bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Sehubungan dengan aspek berbicara
ini tidak diujikan pada ujian nasional, maka perhatian terhadap aspek ini
kurang maksimal yang mengakibatkan siswa kurang mempunyai keberanian untuk
menyampaikan pendapat, gagasan, dan ide – ide secara lisan. Siswa pun lebih
banyak memilih diam dan mendengarkan.
Pendapat ini didukung
oleh Maidar G. Arsjad yang juga menyatakan bahwa banyak ahli terampil
menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun mereka sering kurang terampil menyajikannya secara
lisan. (1987: 23)
Penulis beranggapan
bahwa selama ini proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah-sekolah hanya
mengajar target kurikulum dan kurang memandang esensi dari pembelajaran bahasa
Inggris itu sendiri. Selain itu beban yang di tanggung oleh guru adalah
mempersiapkan anak didiknya untuk event ujian nasional yang sama aturan. Saat
ini yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris SMA adalah bagaimana siswa bisa
menganalisa bentuk teks sesuai dengan target kurikulum. Kecenderungan untuk
menitikberatkan pada pembelajaran membaca lebih ditekankan daripada berbicara.
Guru sebagai ujung
tombak dalam upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuannya, mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk mengatasi kondisi tersebut diharapkan guru secara terus menerus
memperbaiki model pembelajarannya. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan merupakan model pembelajaran yang inovatif untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Untuk menumbuhkan
keberanian berbicara bahasa Inggris dapat di lakukan bermacam-macam kegiatan.
Salah satu cara yang paling tepat untuk mengatasi kondisi sulitnya siswa
menyampaikan pendapat dengan menggunakan bahasa Inggris adalah dengan berdebat.
Dalam berdebat tentu ada dua pendapat yang saling bertentangan, disinilah
fungsi debat yang dapat membantu proses pengambilan keputusan dengan menyajikan
argumentasi yang meyakinkan. Dengan berdebat siswa diharapkan terbiasa untuk
berbicara, memproduksi kalimat, menyampaikan gagasan serta argumentasi yang
mana dapat memperkuat kepercayaan diri siswa tersebut.
Berdasarkan pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa
khususnya berbicara, seorang guru hendaknya berusaha mengubah suasana kelas menjadi
tempat berlatih kegiatan berbicara. Mengingat pada umumnya sebuah kelas
mempunyai siswa yang cukup besar jumlahnya, maka untuk dapat melibatkan semua
siswa dalam kegiatan berbicara, sebaiknya menggunakan metode debat. Selain
untuk mencapai keefektifan berbicara, metode debat juga dapat menghilangkan
kelesuan yang diakibatkan oleh suasana yang terus menerus sama dalam kegiatan
pelajaran lain, sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa
- PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada dapat
di rumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana
penggunaan metode debat agar dapat meningkatkan kualitas berbicara
Bahasa Inggris ?
b Apakah penggunaan metode debat dapat
meningkatkan kemampuan berbicara
Bahasa Inggris ?
2. Pemecahan Masalah
Rendahnya kemampuan berbicara bahasa Inggris
siswa kelas XI SMK PGRI 9 Ngawi Tahun Pelajaran 2013-2007 penulis mengambil
tindakan dengan menggunakan metode debat .
3. Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pembelajaran kemampuan
berbahasa Inggris dengan menggunakan metode debat diharapkan :
a. Untuk mengetahui cara menggunakan metode debat agar
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara Bahasa Inggris.
b. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan debat dapat
meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris.
4. Manfaat Penelitian
a. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas
pembelajaran Bahasa Inggris.
b. Siswa merasa mendapat perhatian dan kesempatan untuk
menyampaikan
pendapat, gagasan, ide, dan
pertanyaan sesuai dengan kemampuannya.
c. Siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
secara tuntas.
d. Guru dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa
dalam Bahasa Inggris.
e.
Proses belajar
mengajar Bahasa Inggris di kelas tidak lagi berjalan secara
monoton.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Berbicara
1.1. Batasan
Berbicara
Ujaran (speech)
merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau
kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan
pendidikannya. Aspek-aspek lain seperti cara berpakaian atau mendandani
pengantin, adalah bersifat eksternal, tetapi ujaran sudah bersifat inheren,
pembawaan. (Tarigan, 1996 : 15)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini
dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
dapat didengar (audible) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan
sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis,neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara
luas sehinga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi
kontrol sosial. (Tarigan,1996 : 15)
Dengan demikian maka berbicara itu lebih
daripada hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu
alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara
merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara
langsung apakah sang pembicara memahamai atau tidak, baik bahan pembicaraanya
maupun para penyimaknya: apakah dia bersikap tenang, serta dapat menyesuaikan
diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah
dia waspada serta antusias atau tidak. (Mulgrave, 1954 : 3 – 4).
1. 2 . Berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah ‘berbicara” biasanya dibagi menjadi dua
bidang umum, yaitu :
1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts).
2. Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences) (Mulgrave, 1954 : 6).
Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga ilmu.
Kalau kita memandang berbicara sebagai seni
maka penekanan diletakkan pada penerapannnya sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat sebagai berikut :
(1)
Berbicara di muka umum
(2)
Semantik : Pemahaman
makna kata.
(3)
Diskusi kelompok
(4)
Argumentasi
(5)
Debat
(6)
Prosedur parlementer
(7)
Penafsiran lisan
(8)
Seni drama
(9)
Berbicara melalui
udara
Kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu
maka hal-hal yang perlu ditelaah antara lain :
(1)
Mekanisme bicara dan
mendengar
(2)
Latihan dasar bagi
ajaran dan suara
(3)
Bunyi-bunyi bahasa
(4)
Bunyi-bunyi dalam
rangkaian ujaran
(5)
Vowel-vowel
(6)
Diftong-diftong
(7)
Konsonan-konsonan
(8)
Patologi ujaran.
(Mulgrave, 1954 : 9)
Dalam berbicara ini penulis meneliti debat dalam meningkatkan kemampuan
berbicara (khususnya bahasa Inggris). Dengan demikian penulis memandang
berbicara sebagai seni dalam hal ini, yaitu penekanan diletakkan pada penerapan
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.
2. Debat
2.1. Batasan Debat
Debat adalah kegiatan argumentasi antara
dua pihak atau lebih, secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan
dan memutuskan masalah perbedaan. Secara formal debat banyak dilakukan dalam
institusi pemerintahan, legislatif maupun debat kompetitif yang dilakukan di
dunia pendidikan.
2.2. Jenis Debat
Klopf menyatakan (1969 : 11) bahwa debat
meliputi debat yudikatif (pengadilan) , legislatif (dewan), political (politik)
, philosophical (filosofi) dan occupational (pekerjaan) . dan semua itu
termasuk debat akademik atau disebut juga debat sekolahan / debat pendidikan.
Agar lebih jelas dapat dibaca pada gambar berikut !
Dari kedua pendapat tersebut yaitu pendapat Tarigan
maupun pendapat Klopf , penulis
(peneliti) secara tegas memilih pendapatnya Klopf dalam
mengklasifikasikan ragam debat, karena
penulis beranggapan bahwa semua teori
debat harus didasarkan pada debat pendidikan.
2.3. Proposisi
Proposisi
atau usul menentukan ruang lingkup dan
pembatasan suatu perdebatan, bergantung kepada tipe debat yang dilaksanakan.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu usul merupakan suatu mosi, suatu resolusi ,
atau suatu rancangan undang-undang yang akan diputuskan oleh suatu majelis parlementer
, suatu pernyataan mengenai posisi
alternatif terhadap suatu masalah yang kontroversial bagi perdebatan
pemeriksaan ulangan, atau suatu
keterangan pendapat mengenai fakta, nilai atau kebijaksanaan bagi perdebatan
formal . Bagi perdebatan antar pelajar khususnya setingkat SMA, biasanya
bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti
kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan berstruktur,
mendengarkan pendapat yang berbeda , dan
kemampuan-kemampuan berbahasa asing (bila dilakukan dalam bahasa asing).
2.4. Pokok-pokok Persoalan
Dalam Debat
Untuk
memperoleh pokok-pokok persoalan yang
menarik serta merangsang suatu perdebatan, maka sepatutnyalah sang
pembicara mempertimbangkan mengapa usul
atau proposisi yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan
pada saat ini, bagaimana pertama munculnya masalah itu, dan bagaimana pula
sejarah serta perkembangannya . sang pembicara haruslah pula membatasi secara
tegas dan tepat segala istilah yang terdapat pada proposisi tersebut dengan menunjukkan atau referensi langsung
kepada pendekatan itu. Sang pembicara harus menentukan dengan tegas apa yang
harus diakui/diterima, dilepaskan atau dikeluarkan karena tidak ada hubungannya
dengan masalah yang dikemukakan.
Terhadap
usul-usul yang ada kebijaksanaan, biasanya tiga persediaan pokok persoalan
dapat bermanfaat , yaitu ;
a. Apakah diperlukan suatu perubahan ?
b. Apakah usul itu menawarkan perubahan terbaik
yang mungkin dibuat ?
c. Apakah usul itu memberi kerugian-kerugian
yang lebih besar daripada keuntungan-keuntungan yang diharapkan? (Henry Guntur
Tarigan, 1996 :98).
Berdasarkan uraian di atas , dapat
dijelaskan kalau ternyata pihak negatif setuju dengan pihak afirmatif dalam hal
perlunya mengadakan suatu perubahan, maka selanjutnya pertanyaan kedua dan
ketiga sajalah yang merupakan pokok persoalan yang ada hubungannya dengan
manusia itu.
2.5. Sikap dan Tehnik
Berdebat
2.6. Norma – norma dalam
Berdebat dan Bertanya
Dalam
setiap perdebatan terdapat sejumlah norma yang harus dituruti , baik bagi
perdebatan itu sendiri, maupun dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan agar
terdapat hasil yang memuaskan . Berikut akan penulis jabarkan norma-norma yang
harus diperhatikan dalam perdebatan dan pertanyaan seperti yang dikemukakan
Powers dalam Henry Tarigan Guntur (1996 : 110).
a.
Norma-norma dalam berdebat
Bila kita ingin mencapai tujuan yang sebenarnya dari
sesuatu perdebatan, maka mau tidak mau pembicara haruslah memiliki :
(1). Pengetahuan yang sempurna mengenai pokok
pembicaraan,
(2). Kompetensi atau kemampuan menganalisa
(3). Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi
(4). Apresiasi terhadap kebenaran fakta – fakta
(5).Kecakapan menemukan buah pikiran yang keliru
dengan penalaran
(6). Ketrampilan dalam pembuktian kesalahan
(7). Pertimbangan dalam persuasi
(8). Keterangan,
kelancaran, dan kekuatan dalam cara /penyampaian pidato (Mulgrave dalam Henry
Guntur Tarigan , 1996 : 110 ).
b. Norma – norma
Bertanya
Dalam
mengajukan pertanyaan dalam forum debat hendaklah memperhatikan kaidah –
kaidah sebagai berikut :
(1). Mengetahui
segala sesuatu mengenai usul atau proposisi yang akan didiskusikan sebelum kita mengajukan pertanyaan kepada
pembicara ;
(2). Hendaklah
kita bersungguh-sungguh mencari informasi
(3). Janganlah
kita ingin menguji pembicara
(4). Singkat
dan tepat, rumuskanlah terlebih dahulu pertanyaan kita baik-baik sebelum
diajukan kepada sang pembicara;
(5). Janganlah
kita terlalu berbelit-belit sampai ke hal-hal yang kecil dan tetek bengek,
sebab hal itu menjurus ke arah verbalisme saja :
(6). Bersihkanlah
pertanyaan kita dari prasangka emosional ;
(7). Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan ,
janganlah kita bersifat menuduh , menyalahkan , menggoda, mengusik, menggertak,
menakut-nakuti, atau membingungkan sang pembicara . tunjukkanlah sikap yang wajar dan bukan sikap yang menipu;
(8). Pertanyaan
yang diajukan haruslah mempunyai tujuan tertentu yaitu memperoleh informasi ,
menjernihkan suatu masalah , mencari penjelasan penalaran yang terlibat,
ataupun meninjau kembali fakta-fakta yang telah dikemukakan oleh pembicara;
(9). Ajukanlah
pertanyaan –pertanyaan khusus ;
(10). Hindarkanlah
jauh-jauh cara berfikir yang menyesatkan , yang tidak masuk akal,
pertanyaan-pertanyaan janganlah disengaja untuk mendemonstrasikan ketrampilan
kita sendiri (Powers dan Henry Guntur Tarigan , 1996 : 111).
2.7 Keuntungan
Debat
Menurut Klopf (1969 : 13-14)
, keuntungan debat akademi / debat pendidikan sebagai berikut :
1. Siswa belajar
untuk menguraikan pemikiran dan mengekspresikannya dengan jelas.
2. Siswa belajar beralasan dan menyampaikannya dengan
aturan yang benar
3. Siswa belajar untuk meneliti, menjelaskan,
mendeskripsikan , menganalisa dan mengevaluasi gagasan –gagasan.
4. Siswa belajar untuk meningkatkan kemampuan
komunikasinya untuk berfikir spontan
5. Siswa belajar percaya diri
6. Siswa mendapatkan banyak kosakata, suara berbicara
lebih jelas dan keinginan untuk mendapatkan reaksi penonton.
7. Siswa belajar untuk mencari dan menggunakan
argumentasi yang rasional setuju atau tidak setuju pada persoalan kontroversial
8. Siswa belajar untuk mendukung argumennya dengan
bukti-bukti yang terdokumentasi dengan baik
9. Siswa belajar
dasar-dasar penelitian dan bagaimana menggunakan hasil penelitian untuk
mendukung kesimpulannya
10. Siswa
mengembangkan ketrampilan berfikir dan beralasan reflektif dan belajar
untuk mempersepsikan alasan-alasan yang dangkal dan lemah.
11. Siswa belajar
untuk mengatur pemikirannya dan menyampaikannya dengan jelas
12. Siswa belajar untuk mempertahankan gagasannya
13. Siswa mendapatkan sikap keterbukaan pikiran,
keadilan dan toleransi pada sudut pandang orang lain.
14. Siswa mengembangkan pandangan , nilai estetika dan
emosi
15. Siswa mendapatkan kepuasan yang berasal dari suara
dan tubuh secara terus menerus
16. Siswa mengembangkan kemampuan bekerja sama dengan
orang lain.
3. Hipotesis Tindakan
Metode Debat dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa
Inggris siswa kelas XI SMK PGRI 9 Ngawi
F. METODE
PENELITIAN
1. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas atau
disebut Classroom Action Research ,adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan rasional dari
tindakan–tindakan mereka dalam melaksanakan tugas ,memperdalam terhadap
tindakan–tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi praktek-praktek pembelajaran tersebut
dilakukan.
Penelitian
Tindakan Kelas yang terdiri dari 4 tahap, yakni: Perencanaan (Planning),
Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflective).
Penelitian
Tindakan Kelas berpijak pada 2 (dua) landasan,yaitu :
a.
Keterlibatan (Involvement) yaitu keterlibatan guru
dalam penggelaran penelitian tindakan kelas.
b.
Perbaikan (Improvement) yaitu komitmen guru untuk
melakukan perbaikan termasuk perubahan dalam cara berfikir dan kerjanya
sendiri.
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus dan setiap siklus diharapkan ada
perubahan yang dicapai.
2. Rencana Prosedur Penelitian
2.1. Persiapan Tindakan
a. Menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran
b. Menyusun instrument
dan lembar pengamatan :
2. Lembar Debat Rubrik untuk Guru
3. Lembar
pengamatan untuk guru tentang proses pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Inggris dengan
metode debat.
4. Lembar
angket siswa
c. Menentukan jadual tindakan
kelas dan refleksi
2.2. Implementasi Tindakan
Siklus
1 sampai 3 pada tindakan kelas secara umum sebagai berikut :
A. Persiapan Debat (satu minggu sebelum
pelaksanaan)
1.
Siswa menbentuk kelompok dan setiap kelompok terdiri
dari 3 orang.
2.
Guru menunjuk seorang
siswa sebagai moderator untuk setiap sesi debat yang tugasnya untuk
memanggil pembicara ketika saatnya berbicara dan mencatat waktu
3.
Setiap kelompok mencari pasangan kelompok sehingga
menjadi sebuah pasangan kelompok.
4.
Masing-masing pasangan kelompok mengambil undian tema
dan menentukan kelompok Pro dan Kontra.
5.
Pasangan kelompok mengambil undian nomor urut tampil.
6.
Siswa mendiskusikan tema berdasarkan kelompok Pro dan
kelompok Kontra.
7.
Setelah siswa menerima tema, kelompok Pro maupun Kontra
membagi tugasnya sebagai pembicara 1, pembicara 2 dan pembicara 3.
B. Pelaksanaan
Debat
1.
Pembicara 1 dari kelompok Pro lebih dulu menyampaikan
argumentasinya.
2.
Pembicara 1 dari kelompok Kontra memberikan sanggahan
terhadap pembicara 1 Pro serta memberi argumentasi kelompoknya.
3.
Pembicara 2 Pro memberikan sanggahan pada pembicara 1
Kontra dan memberikan argumentasinya.
4.
Pembicara 2 Kontra memberikan sanggahan pada pembicara
1 dan 2 Pro serta memberikan argumentasinya.
5.
Pembicara 3 Pro memberikan sanggahan pada pembicara 1
dan 2 Kontra serta meyakinkan kebenaran dari pendapat kelompok Pro tersebut.
6.
Pembicara 3 Kontra memberikan sanggahan pada pembicara
1,2 dan 3 Pro serta meyakinkan kebenaran dari pendapat kelompok Kontra
tersebut.
7.
Satu atau dua dari kelompok penanya memberikan
pertanyaan pada masing-masing kelompok Pro maupun Kontra sesuai denan waktu
yang diberikan yakni 2 menit untuk setiap kelompok.
8.
Masing-masing kelompok Pro maupun Kontra memberikan
jawabannya sesuai dengan waktu yang disediakan yakni 2 menit.
9.
Masing-masing kelompok baik Pro maupun Kontra memilih
salah satu dari pembicara 1 atau 2 untuk menyampaikan kesimpulan hasil debat
mereka dari waktu yang disediakan selama 2 menit.
Selain Kelompok Penanya dan kelompok
yang berdebat terdapat pula Kelompok Penilai dan Kelompok Moderator.
Setting tempat dan pelaksanaan
debat dapat digambarkan sebagai berikut
:
3.
Observasi dan Evaluasi
Setiap siklus dilakukan observasi dengan menggunakan
instrumen yang telah disediakan, yaitu
a.
Instrumen untuk siswa
1. Instrumen Debat dengan kategori : mengarah pada
topik (addresses the issue), mendukung dengan data-data (supports with facts) kemampuan meyakinkan
(persuasiveness), kerjasama (teamwork) dan pengorganisasian (organization).
2. Lembar angket yang dialami
siswa saat debat berlangsung.
b.
Instrumen untuk guru.
1. Lembar pengamatan proses pembelajaran
2. Instrumen Debat dengan 5 kategori yang
meliputi :
a. Pernyataan
pembukaan apakah terorganisasi dengan baik (Opening statement were well
organized)
b. Opening statement tidak dibaca dari catatan
(Opening statement were not read from
the cards)
c. Suara
cukup keras dan jelas (Students spoke loud enough to be heard).
d. Jawaban
pada pertanyaan penonton terarah tepat dan jelas (Answers to audience questions
were well thought out).
e.
Menjaga tata krama terhadap tim lawan (Respect shown to
the opposing team; no name calling, interruptions).
4. Refleksi
Pelaksanaan refleksi setiap akhir siklus . Dari siklus 1 sampai siklus
III siswa memberikan komentar /tanggapan tentang pelaksanaan metode Debat dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Khusus untuk akhir siklus tiga,siswa
diberi lembar angket minat terhadap pelaksanaan metode Debat tersebut.
5. Subyek dan Lokasi
Subyek penelitian ini adalah kelas XI IPS – 1 SMK PGRI
9 Ngawi tahun pelajaran 2013-2007 dengan jumlah sebanyak 31 siswa.
6. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
statistik diskripsi.
Adapun diskripsi yang dipakai untuk mengetahui kemampuan berbicara bahasa
Inggris dengan menggunakan metode debat adalah sebagai berikut :
Student’s
Debate Rubric
Category
|
Score
|
Score Gained
|
Points
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
Σ
score
----------
X 100
Score
max
|
||
Addresses the Issue
|
Always addresses topic
|
Usually addresses topic
|
Rarely addresses topic
|
Did not address topic
|
||
Support with Facts
|
Uses many facts that
support
|
Uses
some Facts that
Support
topic
|
Uses few Facts that
Support topic
|
Does not uses Facts that
Support topic
|
||
Persuasive-ness
|
Arguments clear and
convincing
|
Arguments are sometimes
clear and convincing
|
Arguments are rarely clear
and convincing
|
Arguments are never clear
and convincing
|
||
Teamwork
|
Used team member
effectively Equal timing
|
One member does the talking
75 % of the time
|
One member does the talking
100 % of the time
|
No one talks
|
||
Organization
|
Electrifies audience in
opening statements
Closure convinces audience
|
Grabs attentions
Closure convinces audience
|
Introduces topic and brings
some closure to the debate
|
Does not introduce topic;
no closure
|
||
Total
|
Teacher‘s Debate
Rubric
Criteria
|
Score (1 – 10)
|
Σ score
Point = ---------- X 100
Score max
|
Opening Statements were well organized
|
||
Opening Statements were
not read from cards
|
||
Students spoke loud enough to be heard
|
||
Answers to audience questions were well thought out
|
||
Respect was shown throughout the debate for the opposing
team.( no name calling,interruptions)
|
||
Total
|
G. JADUAL PENELITIAN
Waktu
|
Jenis
kegiatan
|
Tempat
|
Keterangan
|
1-6 September 2013
8,9,15 September2013
16 September 2013
22,29,30 Sept 2013
6 Oktober 2013
7,13,14, Oktober 2013
20 Oktober 2013
21-28 Oktober 2013
|
Menyiapkan dan membuat instrument
Tindakan kelas siklus 1
Refleksi Siklus 1
Tindakan Kelas Siklus 2
Refleksi 2
Tindakan Kelas Siklus
3
Refleksi Siklus 3
Menyusun Laporan
|
SMK
PGRI 9 Ngawi
Kelas
XI
IPS
1
SMAN 3
idem
idem
idem
idem
idem
|
6
x 45 menit
2
x 45 menit
6
x 45 menit
2
x 45 menit
6
x 45 menit
2
x 45 menit
|
H. DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah,
Direktorat Menengah Umum
G.Arsjad, Maidar, Dra. dan
U.S,Mukti,Drs.1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta
: Erlangga
Klopf,Donald W.,Ph.D. and McCroskey,James C.,D.Ed.1969.The Elements
of Debate. New York
: Arco Publishing Company,INC
Microsoft. XP. http://712educators.about.com/cs/rubrics/l/blrubricdebate.htm
Microsoft.XP http://www.educationworld.com/a_curr/strategy/strategy012.shtmlMore
Debate
Lessons
Microsoft. XP http://www.educationworld.com/a_lesson/03/lp304-02.shtml
Microsoft. XP http://www2.lhric.org/ertc/Wendy/Wzrubric.htm
Nur, Mohamad, Prof.Dr. 1999. Teori Belajar. Surabaya : University Press UNESA
Tarigan, Henry Guntur, Prof.
Dr. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung
: Angkasa
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan
Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah Menengah.
I. RENCANA ANGGARAN PENELITIAN
NO
|
URAIAN
|
JUMLAH
|
1
|
Bimbingan Kepala Sekolah
|
Rp. 375.000,00
|
2
|
Bimbingan
Pembimbing PTK
|
Rp. 375.000,00
|
3
|
Buku Referensi
|
Rp. 500.000,00
|
4
|
Penyiapan
Skenario Pembelajaran
|
Rp. 450.000,00
|
5
|
Penyiapan
instrumen, internet
|
Rp 500.000,00
|
6
|
Pembahasan konsep
pengamatan (1peneliti + 1 pengamat)
|
Rp. 200.000,00
|
7
|
Revisi dan
pembuatan instrumen
|
Rp. 350.000,00
|
8
|
Pelaksanaan & pengamatan PTK siklus I, II
dan III
|
Rp. 600.000,00
|
9
|
Analisis data
dan refleksi siklus I dan III
|
Rp. 800.000.00
|
10
|
Revisi instrumen untuk pelaksanaan siklus II
|
Rp. 400.000,00
|
11
|
2 perjalanan
ke
|
Rp. 200.000,00
|
12
|
Pengetikan
Naskah
|
Rp. 250.000,00
|
13
|
3 Rim kertas
kwarto @ Rp 30.000,00
|
Rp. 90.000,00
|
14
|
5 Jilid @ Rp.
60.000,00
|
Rp. 300.000,00
|
15
|
5 penggadaan
naskah @ Rp. 25.000,00
|
Rp. 125.000,00
|
16
|
3 lembar
proposal @ Rp 20.000,00
|
Rp. 60.000,00
|
17
|
2 tube tinta
printer @ Rp. 35.000,00
|
Rp. 70.000,00
|
18
|
Dokumentasi
|
Rp. 100.000,00
|
19
|
Lain - lain
|
Rp 55.000,00
|
20
|
Jumlah
|
Rp.5.000.000,00-
|