Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENELITIAN TINDAKAN KELAS: APA DAN BAGAIMANA MELAKSANAKANNYA?


Abstrak
Pada saat ini penelitian tindakan kelas (PTK) menjadi trend di kalangan para guru dan dosen  sebagai  sebuah  upaya  untuk  memecahkan  masalah,  memperbaiki  situasi, meminimalkan  terjadinya  miskonsepsi,  dan  atau  meningkatkan  kualitas  proses pembelajaran.   

Penelitian  tindakan  kelas  dapat  dikategorikan  sebagai  penelitian kualitatif-eksperimen; karena analisis datanya menggunakan pendekatan kualitatif, dan ada tindakan yang dikenakan terhadap subjek penelitian, serta dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil  yang dicapai  setelah dilakukan tindakan. 

Secara garis  besar terdapat  empat  tahapan  yang  lazim  dilalui  dalam  PTK  yaitu:  perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan tahapan-tahapan  yang  membentuk  sebuah  siklus;  dengan  demikian,  PTK  bukan  merupakan kegiatan tunggal, akan tetapi selalu berupa serangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal  dalam bentuk  siklus-siklus.  

Objek yang  diteliti dalam  PTK dapat  berasal dari unsur: siswa,  guru,  materi pembelajaran,  peralatan atau sarana  pembelajaran, hasil pembelajaran, lingkungan, atau unsur pengelolaan.  Kata kunci: penelitian tindakan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi dan evaluasi    Pendahuluan Dalam  beberapa  tahun  terakhir,  penelitian  tindakan  kelas  (classroom  action research) makin menjadi trend  untuk dilakukan oleh para dosen dan guru sebagai upaya untuk  memecahkan  masalah,  memperbaiki  situasi,  dan  atau  meningkatkan  kualitas proses pembelajaran di kelas. Menurut Sunendar (2008), pada awalnya PTK dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial ---seperti: penggangguran, kenakalan remaja--- yang berkembang dalam masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematik; kemudian berdasarkan hasil kajian tadi, dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut.  Sejumlah dokumen yang dikaji, seperti dalam Sulipan (2008) dan Sunendar (2008) menyebutkan bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi sosial Amerika  yang  bernama  Kurt  Lewin  pada  tahun  1946.  Inti  gagasan  Lewin  inilah kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart,

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 2 John  Elliot, dan  Dave Ebbutt.  Pada awalnya,  penelitian tindakan  menjadi salah  satu model  penelitian  yang  dilakukan  pada  bidang  pekerjaan  tertentu,  dimana  peneliti melakukan pekerjaannya,  baik di  bidang pendidikan, kesehatan,  maupun  pengelolaan sumberdaya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan ialah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian,  yang  menjadi subjek penelitian adalah  situasi di  kelas  atau  individu siswa dalam kelas. Para  guru  dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa  harus  pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.   PTK di Indonesia baru dikenal  pada  akhir  dekade  1980-an;  dan  sampai  sekarang  ini  keberadaan  PTK  di Indonesia masih  sering terjadi ‗pro‘  dan  ‗kontra‘; terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.  Menurut  Elliot (dalam  Sulipan, 2008)  PTK adalah kajian  tentang situasi  sosial dengan  maksud  untuk  meningkatkan  kualitas  tindakan  di  dalamnya.  Pendapat  yang hampir senada  dikemukakan  oleh Kemmis dan Mc  Taggart (1988)  yang mengatakan bahwa  PTK  adalah  suatu  bentuk  refleksi  diri  secara  kolektif  yang  dilakukan  oleh peserta-pesertanya  dalam  situasi  sosial  untuk  meningkatkan  penalaran  dan  keadilan praktik-praktik  tertentu  maupun  terhadap  situasi  tempat  dilakukan  praktik-praktik tersebut.  Berdasarkan  pendapat-pendapat  di  atas,  jelaslah  bahwa  PTK  dilakukan  dalam rangka agar seorang guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya sendiri  sehingga kemampuannya sebagai guru bisa  ditingkatkan. Untuk  selanjutnya  dari  peningkatan  kemampuan  diri  tersebut  dapat  berpengaruh terhadap  peningkatan  kualitas  proses  dan  hasil  pembelajaran;  baik  dalam  aspek: penalaran, keterampilan,  hubungan sosial,  maupun aspek-aspek  lain yang bermanfaat bagi  siswa.  Sebab  selama  ini  kinerja  guru  dalam  menjalankan  proses  pembelajaran kurang ---kalau tidak boleh dikatakan tidak--- ada yang mengontrol; dalam artian apakah aktivitas yang dijalankan guru dalam  kelas sudah  benar, sesuai dengan kaidah-kaidah maupun konsep teori pembelajaran yang ideal.

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 3 Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru  juga  berkedudukan sebagai peneliti, yang  senantiasa  bersedia  meningkatkan  kualitas  kemampuan  mengajarnya.  Upaya peningkatan  kualitas tersebut  diharapkan dapat  dilakukan  secara  sistematik,  realistik, dan  rasional;  dengan  cara  meneliti  semua  ‗aksinya‘  di  depan  kelas  sehingga  gurulah yang  tahu  persis  kekurangan-kekurangannya.  Apabila  dalam  pelaksanaan  ‗aksinya‘ masih  terdapat  kekurangan,  guru  tadi  diharapkan  bersedia  melakukan  perubahan,  perbaikan, dan atau penyempurnaan-penyempurnaan.  Ciri-ciri  Penelitian Tindakan Kelas PTK  mempunyai  paradigma  tersendiri  yang  agak  berbeda  jika  dibandingkan dengan  jenis  penelitian  yang  lain,  misalnya  penelitian  naturalistik,  penelitian eksperimen,  penelitian survei,  penelitian  analisis  isi,   atau  penelitian kebijakan.  Jika dihubungkan  dengan  penelitian  yang  lain,  PTK  dapat  dikategorikan  sebagai  jenis penelitian kualitatif-eksperimen. PTK dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif, karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan-perhitungan  statistik.  Dikatakan  sebagai  penelitian  eksperimen,  karena  PTK  diawali dengan perencanaan,  adanya perlakuan  atau tindakan terhadap  subjek penelitian, ada pengamatan,  dan  adanya  evaluasi  dan  refleksi  terhadap  hasil  yang  dicapai    setelah dilakukan tindakan. Ditinjau dari karakteristiknya, Sunendar (2008) menyatakan bahwa PTK setidak-tidaknya memiliki ciri-ciri (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran,  (2)  adanya  kolaborasi  dalam  melaksanakannya,  (3)  peneliti  sekaligus sebagai  praktisi  yang melakukan  refleksi,  (4) bertujuan  untuk memperbaiki  dan  atau meningkatkan kualitas praktik  pembelajaran,  dan  (5) dilaksanakan dalam serangkaian langkah dengan beberapa siklus. Sulipan (2008) mencatat ada tujuh ciri PTK yaitu (1) didasarkan atas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran, (2) dilakukan secara kolaboratif melalui kerjasama dengan pihak lain, (3) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, (4) bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran, (5) dilaksanakan dalam serangkaian langkah yang terdiri dari beberapa

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 4 siklus, (6)  yang diteliti adalah tindakan yang dilakukan;  meliputi:  efektivitas metode, teknik  atau proses pembelajaran,  termasuk: perencanaan,  pelaksanaan,  dan penilaian, dan  (7)  tindakan  yang  dilakukan  adalah  tindakan  yang  diberikan  oleh  guru  kepada peserta didik. Penulis lain seperti:  Winter (dalam Suwarsih Madya, 2008) mengidentifikasi ciri-ciri  PTK  ada  enam  yakni (1)  kritik-reflektif,  (2) kritik-dialektik,  (3)  kolaboratif,  (4) risiko,  (5)  susunan jamak, dan  (6)  internalisasi antara teori  dan praktik. Untuk  lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut. Kritik-reflektif. Salah satu langkah dalam penelitian kualitatif pada umumnya dan khususnya PTK adalah  adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu tindakan. Hanya saja, dalam  PTK  yang dimaksud dengan  refleksi ialah  suatu  upaya evaluasi atau  penilaian terhadap tindakan  yang dilakukan dan  dari hasil refleksi ini perlu adanya kritik sehingga memungkinkan adanya perubahan dan atau perbaikan pada tahap selanjutnya. Kritik-dialektif.  Dengan  adanya  kritik-dialektif  diharapkan  peneliti  bersedia melakukan  pemeriksaan  terhadap  (a)  konteks  hubungan  secara  menyeluruh  yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan (b) struktur kontradiksi secara internal, yang memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah. Kolaboratif. Di dalam PTK diperlukan hadirnya  suatu  kerjasama  dengan  pihak-pihak lain seperti: atasan, teman sejawat atau kolega, atau siswa, yang diharapkan dapat menjadi sumber data.  Bentuk kerjasama atau kolaborasi di antara para anggota  dalam semua  situasi  dan kondisi  itulah yang menyebabkan  suatu  proses dapat  berlangsung. Pandangan yang disampaikan oleh  setiap kolaborator  terhadap berbagai  permasalahan yang  muncul  merupakan  sumbangan  yang  sangat  penting  dalam  upaya  memahami segala permasalahan yang muncul. Risiko.  Dengan  adanya  ciri  risiko diharapkan  dan  dituntut agar  peneliti berani mengambil  risiko;  terutama  pada  waktu  proses  penelitian  berlangsung.  Risiko  yang mungkin  ada  di  antaranya  (a)  melesetnya  hipotesis,  dan  (b)  adanya  tuntutan  untuk melakukan suatu trasformasi atau perubahan tindakan yang dipilihnya.

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 5 Susunan jamak. Pada penelitian kuantitatif atau penelitian konvensional umumnya berstruktur tunggal,  karena  kesimpulan ditentukan  oleh penelitinya. Akan tetapi  PTK memiliki struktur  jamak,  karena  penelitian  ini bersifat  dialektik, reflektif, partisipatif, dan  melalui  kolaboratif.  Struktur  jamak  ini  berkaitan  dengan  pandangan  bahwa fenomena  yang  diteliti  harus  mencakup  semua  komponen  pokok  agar  supaya komprehensif.  Sebagai  contoh,  jika  yang  diteliti  adalah  situasi  dan  kondisi  proses pembelajaran,  maka  situasinya  paling  tidak  harus  meliputi:  aktivitas  guru,  aktivitas siswa,  rumusan  kompetensi  dasar  dan  indikator,  interaksi  pembelajaran,  dan  hasil pembelajaran yang dicapai. Internalisasi antara teori dan praktik.  Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara  teori dengan  praktik bukan  merupakan  dua dunia  yang berlainan,  akan tetapi keduanya  merupakan  dua  tahap  yang  berbeda,  saling  ketergantungan,  dan  keduanya berfungsi untuk mendukung terjadinya perubahan.  Pandangan ini berbda dengan para ahli  penelitian  konvensional  yang  beranggapan  bahwa  antara  teori  dengan  praktik merupakan dua hal yang terpisah.   Jenis dan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut  Chein (dalam  Suwarsih Madya,  2008)  dan  Sulipan  (2008) ada  empat jenis PTK, yaitu (1) PTK diagnostik, (2) PTK, partisipan, (3) PTK empirik, dan (4) PTK eksperimental. PTK  diagnostik  adalah  penelitian  tindakan  yang  dirancang  untuk  menuntun peneliti  ke  arah  suatu  tindakan  tertentu.  Dalam  hal  ini,  peneliti  mendiagnosis  dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian. Misalnya, jika peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, atau konflik yang terjadi antarsiswa yang terdapat dalam suatu sekolah atau kelas. Suatu penelitian tindakan kelas disebut sebagai PTK partisipan apabila orang yang melakukan penelitian terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa  laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan, peneliti

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 6 senantiasa terlibat; demikian pula pada  saat memantau,  mencatat, mengumpulkan dan menganalisis data, sampai penyusunan laporan. PTK  empirik  adalah  penelitian  tindakan  kelas  yang  dilaksanakan  dengan  cara merencanakan,  mencatat pelaksanaan,  dan  mengevaluasi pelaksanaan  dari  luar arena kelas;  jadi dalam  penelitian  jenis ini,  peneliti harus  berkolaborasi dengan  guru yang melaksanakan tindakan dalam kelas. Suatu  PTK  dikategorikan  sebagai  PTK  eksperimental  jika  PTK  dilaksanakan dengan  cara  menerapkan  berbagai  teknik,  metode,  dan  atau  strategi  dalam  proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, teknik dan atau strategi yang diterapkan dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui PTK eksperimen, diharapkan peneliti dapat menentukan cara atau strategi mana yang paling efektif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Sampai saat  ini, ada beberapa model  PTK yang sering diterapkan  dalam dunia pendidikan,  seperti  (a) model  Kurt  Lewin,  (b) model  Kemmis  dan  Mc  Taggart,  (c) model John Elliot, dan (d) model Dave Ebbutt. Meskipun demikian, secara garis besar terdapat  empat  tahapan  yang  lazim  dilalui  dalam  PTK  yaitu:  tahap  perencanaan (planning),  tahap  pelaksanaan  (acting),  tahap  pengamatan  (observation),  dan  tahap refleksi (reflection). Empat langkah dalam satu  siklus yang  dikemukakan  oleh Lewin tersebut oleh Stringer (2004) dielaborasi menjadi tiga langkah saja yakni: perencanaan (planning),  pelaksanaan  (implementing),  dan  penilaian  (evaluation).    Model  dan penjelasan untuk masing-masing  tahap sebagaimana tampak pada gambar-1. Tahap-1. Perencanaan Tindakan Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang: apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,  dan  bagaimana  tindakan  tersebut  dilakukan.  Penelitian  tindakan  yang  ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan (guru mitra)  dengan  pihak  yang  mengamati  proses  jalannya  tindakan  (peneliti).  Cara  ini dikatakan ideal, karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan terhadap  aspek-aspek yang diamati. Namun demikian, apabila

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 7 penelitian dilaksanakan sendiri oleh guru sebagai peneliti, maka instrumen pengamatan harus disiapkan secara cermat disertai dengan lembar catatan lapangan (field note). Yang perlu diingat bahwa pengamatan yang dilakukan terhadap diri sendiri biasanya kurang teliti  jika  dibanding  dengan  pengamatan  yang  dilakukan  oleh  orang  lain.  Dalam pelaksanaan pembelajaran, rencana tindakan dalam rangka PTK perlu dituangkan dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Tahap-2. Pelaksanaan Tindakan Tahap ke-2 dari PTK adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan dalam kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat bahwa dalam tahap-2 ini  pelaksana (guru)  harus  ingat dan  berusaha  mentaati apa  yang  sudah dirumuskan dalam rencana tindakan; dilakukan secara wajar, tidak kaku, dan tidak dibuat-buat.         Pelaksanaan  Perencanaan  Pengamatan Refleksi Pelaksanaan Perencanaan                  Pengamatan Refleksi    Gambar-1. Alur Penelitian Tindakan Kelas  SIKLUS I SIKLUS II

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 8 Tahap-3. Pengamatan terhadap tindakan Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan  yang dilakukan oleh pengamat (peneliti atau guru). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dari kegiatan pelaksanaan tindakan; karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan; jadi kedua kegiatan (pelaksanaan tindakan dan pengamatan) berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap-2 dan tahap-3 dimaksudkan untuk memberikan  peluang  kepada  guru  pelaksana  yang  berstatus  pula  sebagai  pengamat (ketika  sedang  melakukan tindakan,  tentu  tidak  sempat  menganalisis  peristiwa  yang terjadi).  Tahap-4. Refleksi terhadap tindakan Tahap  ke-4 merupakan  kegiatan  untuk mengemukakan  kembali apa  yang  telah dilakukan.  Istilah  ‗refleksi‘  (Inggris:  reflection)  bisa  diterjemahkan  dalam  bahasa Indonesia ‗pemantulan‘.  Kegiatan refleksi lebih tepat dikerjakan ketika guru pelaksana telah  selesai  melakukan  tindakan,  kemudian  berhadapan  dengan  peneliti  untuk mendiskusikan  hasil  implementasi  dari  rancangan  tindakan.  Dan  inilah  inti  dari penelitian  tindakan,  yakni  ketika  guru  pelaku  tindakan  mengatakan  kepada  peneliti mengenai  hal-hal  yang dirasakan  sudah berjalan  baik, dan  bagian  mana  yang  belum baik. Apabila guru pelaksana tindakan juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan  terhadap  diri  sendiri,  dalam  arti  guru  tersebut  melihat  dirinya  sendiri, melakukan  ‗dialog‘  untuk menemukan  hal-hal  yang telah  dirasakan  memuaskan, dan mengenali  hal-hal  yang  masih  perlu  diperbaiki.  Dalam  hal  seperti  ini,  maka  guru tersebut melakukan ‗self evaluation‘   yang diharapkan dilakukan secara objektif. Untuk menjaga objektivitas tersebut, seringkali hasil refleksi itu diperiksa ulang atau divalidasi oleh  orang  lain,  misalnya  teman  sejawat  yang  diminta  untuk  mengamati.  Jadi  pada intinya,  kegiatan  refleksi  adalah  kegiatan  evaluasi,  analisis,  pemaknaan,  penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi sebagai bahan tindak lanjut dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Keempat  tahap  dalam  PTK  tersebut  merupakan  unsur-unsur  yang  membentuk sebuah  siklus,  yaitu  satu  putaran  kegiatan  secara  beruntun,  dari  tahap  penyusunan

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 9 rancangan  sampai  dengan  refleksi.  Dengan  demikian,  PTK  tidak  pernah  merupakan kegiatan tunggal, akan tetapi selalu berupa serangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, dalam bentuk siklus-siklus.  Sasaran Penelitian Tindakan Kelas Hal-hal yang dapat diteliti  dalam PTK  berhubungan  dengan  setiap unsur dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan prinsip bahwa dalam PTK terdapat  tindakan yang dirancang sebelumnya, maka objek PTK harus merupakan sesuatu yang bersifat aktif atau sesuatu yang dikenai aktivitas tersebut; bukan objek yang sedang dalam keadaan diam, tanpa bergerak. Menurut Sulipan (2008) objek  yang dapat diteliti melalui PTK dapat dikelompokkan menjadi sejumlah unsur yakni (1) unsur siswa, (2) unsur guru, (3) unsur materi pembelajaran, (4) unsur peralatan atau sarana pembelajaran, (5) unsur hasil pembelajaran, (6) unsur lingkungan, dan (7) unsur pengelolaan. Dari  unsur siswa  yang  dapat dicermati  objeknya antara lain  ketika siswa  yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas atau di laboratorium, atau di bengkel atau di lapangan, maupun ketika siswa sedang asyik mengerjakan kerja bakti di luar sekolah, atau ketika siswa sedang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler. Unsur  guru  yang dapat  diteliti  misalnya ketika  guru sedang  mengajar  di kelas, sedang membimbing siswa yang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa. Unsur materi pelajaran yang dapat diteliti antara lain urutan materi ketika disajikan kepada siswa, pengorganisasiannya, cara penyajiannya, atau cara pengaturannya.  Unsur  peralatan atau  sarana pembelajaran  meliputi semua  peralatan, baik  yang dimiliki siswa secara perorangan atau peralatan yang disediakan oleh sekolah, atauun peralatan yang digunakan di dalam kelas dan cara penggunaannya. Unsur hasil pembelajaran dapat ditinjau dari tiga ranah untuk dijadikan titik tujuan yang  harus  dicapai  melalui  proses  pembelajaran,  baik  susunan  maupun  tingkat pencapaiannya. Oleh sebab itu, hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan dan hal itu terkait dengan tindakan terhadap unsur yang lainnya.

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 10 Unsur  lingkungan,  baik  lingkungan  siswa  di  kelas,  di  sekolah,  maupun  yang melingkungi siswa di rumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan campur tangan, akan tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan. Unsur pengelolaan yang diteliti  hendaknya jelas-jelas merupakan  gerak kegiatan sehingga  mudah  diatur  dan  direkayasa  dalam  bentuk  tindakan  antara  lain  cara mengelompokkan  siswa  ketika  guru  memberikan  tugas,  pengaturan  urutan  jadwal, pengaturan tempat duduk, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan sebagainya.  Merencanakan Penelitian Tindakan Kelas Seperti halnya penelitian (research) pada umumnya, ada beberapa langkah  yang hendaknya diikuti dalam merencanakan PTK. Mundilarto (2004) menyarankan langkah-langkah  dalam  perencanaan  PTK  meliputi  (1)  mengidentifikasi  dan  merumuskan masalah, (2) menganalisis masalah, (3) merumuskan  hipotesis tindakan, (4) membuat rencana tindakan dan pemantauannya, (5) melaksanakan tindakan dan mengamatinya, (6) mengolah dan menafsirkan data, dan (7) melaporkan. 1. Identifikasi dan merumuskan masalah Sebagaimana  telah  diungkapkan  sebelumnya  bahwa  PTK  yang  dilakukan  oleh guru ditujukan untuk mengubah perilaku guru itu sendiri, perilaku teman sejawat, dan perilaku siswa –mengubah  kerangka kerja, proses pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada guru dan siswa. Dengan perkataan lain, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran dalam kelas. Contoh-contoh bidang garapan PTK  antara  lain (a) metode  pembelajaran; mungkin mengganti  metode pembelajaran konvensaional  dengan metode  pembelajaran  yang dapat  mengaktifkan siswa,  bersifat inovatif,  membangkitkan  kreativitas  dan  dapat  menimbulkan  suasana  yang menyenangkan;  (b)  strategi  pembelajaran;  mungkin  menggunakan  pendekatan pembelajaran yang bersifat integratif, bukan hanya dengan satu gaya mengajar saja; (c) prosedur evaluasi; misalnya meningkatkan metode dalam penilaian yang bersfat outentik

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 11 dan atau penggunaan portofolio; (d) penanaman sikap dan  nilai; mungkin mendorong munculnya  sikap  yang  lebih  positif  terhadap  berbagai  aspek  kehidupan  –kebiasaan membuang  sampah,  menghormat  dan  santun  kepada  orang  yang  lebih  tua;  (e) pengembangan  profesional  guru;  pembelajaran  yang  baru,  menambah  kemampuan menganalisis,  atau  meningkatkan  kesadaran  diri;  (f)  administrasi  dan  manajemen; misalnya meningkatkan efisiensi aspek tertentu dalam administrasi sekolah. Seperti  halnya dalam  penelitian  jenis lain,  langkah  perama dalam  PTK  adalah mengidentifikasi masalah. Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh  peneliti  sendiri  bersama  kolaborator,  --meskipun  bisa  dengan  bantuan  seorang fasilitator,  --agar  supaya  mereka  betul-betul  terlibat    dalam  proses  penelitiannya. Masalah  yang  diteliti  bisa  berupa:  kekurangan  yang  dirasakan  dalam  pengetahuan, keterampilan, sikap, etos  kerja, kelancaran berkomunikasi, kreativitas, dsb;  yang pada dasarnya  berupa  kesenjangan  atau  jarak  antara  apa  yang  diinginkan,  apa  yang diharapkan, apa yang dicita-citakan dengan kenyataan atau realitas yang dialami. Beberapa kriteria dalam menentuan masalah antara lain (a) masalah harus penting bagi orang yang mengusulkan dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga  atau  program,  (b)  masalah  hendaknya  dalam  jangkauan  penanganan,  (c) pernyataan  masalah  harus  mengungkapkan  beberapa  dimensi  fundamental  mengenai faktor  penyebab  sehingga  pemecahannya  dapat  dilakukan  berdasarkan  hal-hal fundamental tersebut.  2. Menganalisis masalah Analisis    masalah perlu  dilakukan  untuk  mengetahui  dimensi-dimensi  masalah yang  mungkin  ada  untuk  mengidentifikasi  aspek-aspek  penting  dan  memberikan penekanan pada hal-hal tertentu.  Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, tergantung  pada  kesulitan  yang  ditunjukkan  dalam  pertanyaan  masalahnya.  Analisis sebab-akibat  tentang  kesulitan yang dihadapi  atau untuk  mengubah  perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peneliti dengan kolaboratornya. Tabel-1. Contoh Masalah Penelitian PTK dan Rumusannya

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 12  No. Masalah Rumusan Masalah 1. Rendahnya kemampuan mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis Mahasiswa semester-5 mestinya mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam kenyataannya pertanyaan mereka lebih bersifat klasifikasi 2. Rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan Staf di kantor mestinya melakukan apa yang diperintahkan atasannya, tetapi dalam kenyataannya mereka sering melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan 3. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Bhs Inggris Siswa mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris, terapi dalam kenyataannya mereka sangat pasif 4. Rendahnya kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia Proses pembelajaran mestinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan bahasa secara komunikatif, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada kosakata, lafal, dan struktur 5. Rendahnya tingkat kemandirian belajar siswa di suatu SMA Kenadirian belajar siswa SMA mestinya telah berkembang jika kegatan belajarnya mendukung, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat perkembangannya   Sumber: Suwarsih Madya, 2008   3. Merumuskan hipotesis tindakan Hipotesis penelitian dalam penelitian tindakan bukan hipotesis yang menyatakan ada perbedaan nilai atau hubungan antarvariabel; melainkan berupa hipotesis tindakan. Idealnya,  hipotesis  penelitian  tindakan  mendekati  keketatan  penelitian  formal,  akan tetapi  situasi  lapangan  yang  senantiasa  berubah  membuatnya  sulit  untuk  memenuhi tuntutan itu.  Rumusan  hipotesis dalam  penelitian  tindakan memuat  tindakan  yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat  mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 13 mungkin  dapat  dilakukan  agar  perbaikan  yang  diinginkan  dapat  dicapai  sampai menemukan  prosedur  tindakan  yang  dianggap  tepat.  Dalam  menimbang-nimbang berbagai  prosedur  ini,  sebaiknya  peneliti  mencari  masukan  dari  teman  sejawat  atau mencari  ‗ilham‘  dari  teori  dan  atau  hasil  penelitian  sebelumnya  sehingga  rumusan hipotesisnya  akan  lebih  tepat.  Contoh  rumusan  hipotesis  tindakan  sesuai  rumusan masalah pada tabel-1 dapat dicermati melalui tabel-2 berikut.  Tabel-2. Contoh Rumusan Hipotesis Tindakan Berdasarkan Rumusan Masalah  No. Rumusan Masalah Hipotesis Tindakan 1. Mahasiswa semester-5 mestinya mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam kenyataannya pertanyaan mereka lebih bersifat klasifikasi Jika tingkat kekritisan pertanyaan mahasiswa dijadikan penilaian kualitas partisipasi mereka, setelah diberi contoh, maka kemampuan mengajukan pertanyaan kritis mereka akan meningkat 2. Staf di kantor mestinya melakukan apa yang diperintahkan atasannya, tetapi dalam kenyataannya mereka sering melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan Jika diterapkan sanksi terhadap ketidaktaatan terhadap perintah atasan, ketaatan staf terhadap perintah atasan akan meningkat 3. Siswa mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris, terapi dalam kenyataannya mereka sangat pasif Melalui kegiatan yang menyenangkan dalam belajar menggunakan bahasa Inggris, keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan meningkat 4. Proses pembelajaran mestinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan bahasa secara komunikatif, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada kosakata, lafal, dan struktur Jika pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi komunikatif berbahasa Inggris, kualitas proses pembelajaran akan meningkat 5. Kenadirian belajar siswa SMA mestinya telah berkembang jika kegatan belajarnya mendukung, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat perkembangannya Jika kegiatan pembelajaran diciptakan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan masing-masing siswa, kemandirian belajar siswa akan meningkat   Sumber: Suwarsih Madya, 2008

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 14  Untuk langkah-4 (membuat rencana tindakan  dan pemantauannya) dan langkah-langkah selanjutnya telah dijelaskan pada bagian Jenis dan Model PTK serta akan dikaji dalam makalah lain.  Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan Instrumen  yang  diperlukan  dalam  PTK  haruslah  sejalan  dengan  prosedur  dan langkah-langkah PTK. Menurut Herawati Susilo dan Kisyani Laksono (2008) instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi, yakni sisi proses pengamatan, dan sisi hal yang diamati. Dari  sisi  proses  –bagan  alir--,  instrumen  dalam  PTK  harus  dapat  menjangkau masalah  yang berkaitan  dengan  input (kondisi  awal), proses  (saat  berlangsung), dan output (hasil).  Instrumen untuk input  dapat dikembangkan dari  hal-hal yang menjadi akar masalah beserta pendukungnya. Misalnya, jika akar masalah adalah kemampuan awal  siswa  dianggap  kurang;  dalam  hal  ini  tes  kemampuan  awal  dapat  menjadi instrumen  yang  tepat.    Instrumen  yang  digunakan  pada  saat  proses  pembelajaran berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih. Dalam tahap ini banyak format yang tersedia,  akan tetapi format  yang digunakan hendaknya sesuai  dengan tindakan yang dipilih.  Instrumen untuk  output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan  kriteria  dan  atau  indikator  yang  telah  ditetapkan.  Misalnya,  nilai  75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan, maka pencapaian hasil yang sampai pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan lagi –ada siklus berikutnya. Selain  dari sisi  proses,  instrumen  PTK  dapat  pula dipahami  dari  sisi  hal  yang diamati.  Menurut  Reed  dan  Bergermann  (1992),  ditinjau  dari  hal  yang  diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis,  yaitu: instrumen untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas (observing classroom), dan instrumen  untuk  mengamati  perilaku  siswa  (observing  students).  Instrumen  yang digunakan  untuk  mengamati  guru  merupakan  alat  yang  terbukti  efektif  untuk mempelajari  metode  dan  strategi  yang  diimplementasikan  guru  di  kelas,  misalnya:

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 15 pengelolaan  kelas,  kemampuan  guru  menerapkan metode  pembelajaran tertentu,  atau keterampilan mengajar lainnya, yang memuat secara rinci peristiwa yang terjadi di kelas berdasarkan sekuensi (urutan kronologis) mulai dari membuka pelajaran, menjelaskan, melakukan variasi, mengajukan pertanyaan, sampai pada kegiatan menutup  pelajaran. Instrumen  untuk  mengamati  kelas  sangat  bermanfaat  karena  dapat  mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik dalam kelas. Di samping itu, pengamatan ini juga dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani hambatan dan kendala pembelajaran yang terjadi. Catatan kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata  letak, dan manajemen kelas.  Instrumen  untuk siswa  digunakan untuk mengamati  perilaku  siswa  secara  individual  atau  berkelompok  sebelum,  saat berlangsung, dan setelah selesai pembelajaran. Perubahan setiap individu diamati dalam durasi waktu  tertentu, mulai dari sebelum  dilakukan tindakan, pada saat implementasi tindakan, dan setelah tindakan.  Di  samping  lembar  pengamatan,  --dari  sisi  proses  dan  hal  yang  diamati—instrumen lain yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dalam PTK antara lain: pedoman wawancara, kuesioner, pengkajian data dokumen, dan tes.  Untuk memperoleh informasi  yang lebih  rinci dan untuk melengkapi  data hasil pengamatan,  tim  peneliti  dapat  melakukan  wawancara  kepada  guru,  siswa,  kepala sekolah, dan fasilitator  yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap data  yang  berhubungan  dengan  sikap,  pendapat,  atau  wawasan.  Wawancara  dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur  dalam situasi  wajar, dan informal.  Wawancara hendaknya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh  secara lengkap. Guru mitra dapat pula berperan sebagai pewawancara terhadap  siswanya,  akan  tetapi  harus  dapat  menjaga  agar hasil  wawancara  memiliki objektivitas yang tinggi. Kuesioner dapat dikembangkan berdasarkan permasalahan yang ingin  digali,  misalnya  tanggapan siswa  tentang  penerapan model  pembelajaran  yang baru diikuti, atau bagaimana jika model tersebut diterapkan pada pokok bahasan yang lain. Pengkajian data  melalui dokumen dapat berupa: daftar hadir, silabus, RPP, hasil karya siswa,  hasil karya  guru,  lembar kerja, dan  sebagainya.  Pengambilan  data yang

Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 16 berkaitan dengan pengetahuan, bakat, dan hasil belajar dapat dilakukan melalui tes dan asesmen (Tim PGSM, 1999; Mills, 2003).  Daftar  Pustaka  Herawati Susilo dan Kisyani Laksono. (2008). Implementasi Penelitian Tindakan Kelas. diambil dari http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?.cid=26 tanggal 15 Mei 2008.   Mills,  Geoffrey.  (2003).  Action  Research:  A  Guide  for  the  Teacher  Research.  New Jersey: Prentice Hall.  Mundilarto, Rustam. (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Ditjendikti, Depdiknas.  Reed, A.J.S. and Bergermann, V.E. (1992). A Guide to Observation and Participation in the Classroom. Connecticut: The Dushkin Publishing Group, Inc.  Sulipan. (2008). Penelitian  Tindakan Kelas. diambil dari http://www.profesiguru.com/ pdf/penelitian%20tindakan%20kelas-siln%20dan%20kti.pdf.  tanggal  17  Mei 2008.  Sunendar,  Tatang.  (2008).  Penelitian  Tindakan  Kelas  (Part  II).  diambil  dari  http:// www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii tanggal 15 Mei 2008.  Suwarsih Madya. (2008). Penelitian Tindakan Kelas (Bagian  III). diambil dari http:// www.ktiguru.org/index.php/ptk-3/part-iii.  tanggal 15 Mei 2008.  Stringer,  Ernest.  (2004).  Action  Research  in  Education.  Columbus:  Pearson,  Menvi  Prentice Hall.  Tim  PGSM.  (1999).  ―Penelitian Tindakan  Kelas‖,  Bahan Pelatihan Dosen LPTK  dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.  Sanjaya. (2008). Judul Proposal Penelitian Tindakan  Kelas. diambil  dari http://www. idtesis/referensi-skripsi-tesis-disertasi. tanggal 17 Mei 2008.  Lampiran: Contoh Judul-judul Proposal Penelitian Tindakan Kelas   No. Judul Penelitian

Triyono:  Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008 17 1. Upaya  Meningkatkan  Motivasi  Belajar  Siswa  SD  melalui  Peranan  Hadiah sebagai Perangsang Timbulnya Kompetisi 2. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan siswa Melalui Penerapan Hukuman 3. Upaya  Meminimalkan  Miskonsepsi  dan  Meningkatkan  Pemahaman  Konsep-konsep IPA bagi Siswa Kelas IV SD melalui Pembelajaran Konstruktivistik 4. Meningkatkan  Prestasi  Belajar  IPA  di  SD  dengan  Pendekatan  Keterampilan Proses 5. Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa melalui Pemberian Bimbingan Belajar di SD 6. Peningkatan Kedisiplinan Siswa melalui Keteladanan Guru SD 7. Meningkatkan Pembelajaran  Fisika pada SMP  melalui Optimalisasi Kegiatan Laboratorium Berbasis Cooperative Learning  8. Upaya  Mengaktifkan  Siswa  dalam  Pembelajaran  Matematika  di  SD  melalui Pendekatan Realistik 9. Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika di SD melalui Penggunaan Alat Peraga Secara Efektif 10. Upaya  Menumbuhkan  Bakat  dan  Kreativitas  Siswa  Kelas  IV  SD  dalam Pembelajaran Matematika melalui Metode Discovery Learning 11. Meningkatkan Kemampuan Menulis  Karangan Bahasa Indonesia Siswa  Kelas IV SD dengan Mengefektifkan Penggunaan Media Gambar Seri 12. Upaya  Mengoptimalkan  Bimbingan  Konseling  di  SD  untuk  Mengatasi Kesulitan Belajar Anak 13. Keefektifan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Komunikatif 14. Penerapan Pembelajaran Terpadu dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa Kelas II SD 15. Penerapan  Konsep  Pelajaran  PPKn  melalui  Model  Pembelajaran  Berbasis Portofolio dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat 16. Upaya Menimbulkan Keantusiasan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia di SD melalui Metode Quantum Teaching   Sumber: http://www.idtesis/referensi-skripsi-tesis-disertasi