PENELITIAN TINDAKAN KELAS: APA DAN BAGAIMANA MELAKSANAKANNYA?
Abstrak
Pada saat ini penelitian tindakan
kelas (PTK) menjadi trend di kalangan para guru dan dosen sebagai
sebuah upaya untuk
memecahkan masalah, memperbaiki
situasi, meminimalkan
terjadinya miskonsepsi, dan
atau meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
Penelitian tindakan
kelas dapat dikategorikan
sebagai penelitian
kualitatif-eksperimen; karena analisis datanya menggunakan pendekatan
kualitatif, dan ada tindakan yang dikenakan terhadap subjek penelitian, serta
dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil
yang dicapai setelah dilakukan
tindakan.
Secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim
dilalui dalam PTK
yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan
tahapan-tahapan yang membentuk
sebuah siklus; dengan
demikian, PTK bukan
merupakan kegiatan tunggal, akan tetapi selalu berupa serangkaian
kegiatan yang akan kembali ke asal dalam
bentuk siklus-siklus.
Objek yang diteliti dalam PTK dapat
berasal dari unsur: siswa, guru, materi pembelajaran, peralatan atau sarana pembelajaran, hasil pembelajaran, lingkungan,
atau unsur pengelolaan. Kata kunci:
penelitian tindakan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi dan
evaluasi Pendahuluan Dalam beberapa
tahun terakhir, penelitian
tindakan kelas (classroom
action research) makin menjadi trend
untuk dilakukan oleh para dosen dan guru sebagai upaya untuk memecahkan
masalah, memperbaiki situasi,
dan atau meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas. Menurut Sunendar (2008), pada
awalnya PTK dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi terhadap masalah
sosial ---seperti: penggangguran, kenakalan remaja--- yang berkembang dalam
masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian
terhadap masalah tersebut secara sistematik; kemudian berdasarkan hasil kajian
tadi, dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Sejumlah dokumen yang dikaji, seperti dalam
Sulipan (2008) dan Sunendar (2008) menyebutkan bahwa PTK pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi sosial Amerika yang
bernama Kurt Lewin
pada tahun 1946.
Inti gagasan Lewin
inilah kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis,
Robin Mc Taggart,
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 2 John Elliot, dan Dave Ebbutt.
Pada awalnya, penelitian
tindakan menjadi salah satu model
penelitian yang dilakukan
pada bidang pekerjaan
tertentu, dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di
bidang pendidikan, kesehatan,
maupun pengelolaan sumberdaya
manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan ialah
mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah.
Dengan demikian, yang menjadi subjek penelitian adalah situasi di
kelas atau individu siswa dalam kelas. Para guru
dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus
pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada
umumnya. PTK di Indonesia baru
dikenal pada akhir
dekade 1980-an; dan
sampai sekarang ini
keberadaan PTK di Indonesia masih sering terjadi ‗pro‘ dan
‗kontra‘; terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Menurut
Elliot (dalam Sulipan, 2008) PTK adalah kajian tentang situasi sosial dengan
maksud untuk meningkatkan
kualitas tindakan di
dalamnya. Pendapat yang hampir senada dikemukakan
oleh Kemmis dan Mc Taggart
(1988) yang mengatakan bahwa PTK
adalah suatu bentuk
refleksi diri secara
kolektif yang dilakukan
oleh peserta-pesertanya
dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran
dan keadilan praktik-praktik tertentu
maupun terhadap situasi
tempat dilakukan praktik-praktik tersebut. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas,
jelaslah bahwa PTK
dilakukan dalam rangka agar
seorang guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin, merefleksi, atau
mengevaluasi dirinya sendiri sehingga
kemampuannya sebagai guru bisa ditingkatkan. Untuk selanjutnya
dari peningkatan kemampuan
diri tersebut dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
proses dan hasil
pembelajaran; baik dalam
aspek: penalaran, keterampilan,
hubungan sosial, maupun
aspek-aspek lain yang bermanfaat
bagi siswa. Sebab
selama ini kinerja
guru dalam menjalankan
proses pembelajaran kurang
---kalau tidak boleh dikatakan tidak--- ada yang mengontrol; dalam artian
apakah aktivitas yang dijalankan guru dalam
kelas sudah benar, sesuai dengan
kaidah-kaidah maupun konsep teori pembelajaran yang ideal.
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 3 Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga
berkedudukan sebagai peneliti, yang
senantiasa bersedia meningkatkan
kualitas kemampuan mengajarnya.
Upaya peningkatan kualitas
tersebut diharapkan dapat dilakukan
secara sistematik, realistik, dan rasional;
dengan cara meneliti
semua ‗aksinya‘ di
depan kelas sehingga
gurulah yang tahu persis
kekurangan-kekurangannya.
Apabila dalam pelaksanaan
‗aksinya‘ masih terdapat kekurangan,
guru tadi diharapkan
bersedia melakukan perubahan,
perbaikan, dan atau penyempurnaan-penyempurnaan. Ciri-ciri
Penelitian Tindakan Kelas PTK
mempunyai paradigma tersendiri
yang agak berbeda
jika dibandingkan dengan jenis
penelitian yang lain,
misalnya penelitian naturalistik,
penelitian eksperimen, penelitian
survei, penelitian analisis
isi, atau penelitian kebijakan. Jika dihubungkan dengan
penelitian yang lain,
PTK dapat dikategorikan
sebagai jenis penelitian
kualitatif-eksperimen. PTK dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif,
karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada
perhitungan-perhitungan statistik. Dikatakan
sebagai penelitian eksperimen,
karena PTK diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan atau tindakan terhadap subjek penelitian, ada pengamatan, dan
adanya evaluasi dan
refleksi terhadap hasil
yang dicapai setelah dilakukan tindakan. Ditinjau dari
karakteristiknya, Sunendar (2008) menyatakan bahwa PTK setidak-tidaknya
memiliki ciri-ciri (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran, (2) adanya
kolaborasi dalam melaksanakannya, (3)
peneliti sekaligus sebagai praktisi
yang melakukan refleksi, (4) bertujuan
untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran,
dan (5) dilaksanakan dalam
serangkaian langkah dengan beberapa siklus. Sulipan (2008) mencatat ada tujuh
ciri PTK yaitu (1) didasarkan atas masalah yang dihadapi guru dalam
pembelajaran, (2) dilakukan secara kolaboratif melalui kerjasama dengan pihak
lain, (3) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, (4)
bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran, (5)
dilaksanakan dalam serangkaian langkah yang terdiri dari beberapa
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 4 siklus, (6) yang diteliti
adalah tindakan yang dilakukan;
meliputi: efektivitas metode,
teknik atau proses pembelajaran, termasuk: perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian, dan (7) tindakan
yang dilakukan adalah
tindakan yang diberikan
oleh guru kepada peserta didik. Penulis lain
seperti: Winter (dalam Suwarsih Madya,
2008) mengidentifikasi ciri-ciri
PTK ada enam
yakni (1) kritik-reflektif, (2) kritik-dialektik, (3)
kolaboratif, (4) risiko, (5)
susunan jamak, dan (6) internalisasi antara teori dan praktik. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan
secara singkat karakteristik PTK tersebut. Kritik-reflektif. Salah satu langkah
dalam penelitian kualitatif pada umumnya dan khususnya PTK adalah adanya upaya refleksi terhadap hasil
observasi mengenai latar dan kegiatan suatu tindakan. Hanya saja, dalam PTK
yang dimaksud dengan refleksi
ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian terhadap tindakan yang dilakukan dan dari hasil refleksi ini perlu adanya kritik
sehingga memungkinkan adanya perubahan dan atau perbaikan pada tahap
selanjutnya. Kritik-dialektif. Dengan adanya
kritik-dialektif diharapkan peneliti
bersedia melakukan
pemeriksaan terhadap (a) konteks hubungan
secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat
dipisahkan secara jelas, dan (b) struktur kontradiksi secara internal, yang
memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah. Kolaboratif. Di dalam PTK
diperlukan hadirnya suatu kerjasama
dengan pihak-pihak lain seperti:
atasan, teman sejawat atau kolega, atau siswa, yang diharapkan dapat menjadi
sumber data. Bentuk kerjasama atau
kolaborasi di antara para anggota dalam
semua situasi dan kondisi
itulah yang menyebabkan suatu proses dapat
berlangsung. Pandangan yang disampaikan oleh setiap kolaborator terhadap berbagai permasalahan yang muncul
merupakan sumbangan yang
sangat penting dalam
upaya memahami segala
permasalahan yang muncul. Risiko.
Dengan adanya ciri
risiko diharapkan dan dituntut agar
peneliti berani mengambil
risiko; terutama pada
waktu proses penelitian
berlangsung. Risiko yang mungkin
ada di antaranya
(a) melesetnya hipotesis,
dan (b) adanya
tuntutan untuk melakukan suatu
trasformasi atau perubahan tindakan yang dipilihnya.
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 5 Susunan jamak. Pada penelitian kuantitatif atau penelitian konvensional
umumnya berstruktur tunggal, karena kesimpulan ditentukan oleh penelitinya. Akan tetapi PTK memiliki struktur jamak,
karena penelitian ini bersifat
dialektik, reflektif, partisipatif, dan
melalui kolaboratif. Struktur
jamak ini berkaitan
dengan pandangan bahwa fenomena yang
diteliti harus mencakup
semua komponen pokok
agar supaya komprehensif. Sebagai
contoh, jika yang
diteliti adalah situasi
dan kondisi proses pembelajaran, maka
situasinya paling tidak
harus meliputi: aktivitas
guru, aktivitas siswa, rumusan
kompetensi dasar dan
indikator, interaksi pembelajaran,
dan hasil pembelajaran yang
dicapai. Internalisasi antara teori dan praktik. Menurut pandangan para ahli PTK bahwa
antara teori dengan praktik bukan
merupakan dua dunia yang berlainan, akan tetapi keduanya merupakan
dua tahap yang
berbeda, saling ketergantungan, dan
keduanya berfungsi untuk mendukung terjadinya perubahan. Pandangan ini berbda dengan para ahli penelitian
konvensional yang beranggapan
bahwa antara teori
dengan praktik merupakan dua hal
yang terpisah. Jenis dan Model
Penelitian Tindakan Kelas Menurut Chein
(dalam Suwarsih Madya, 2008)
dan Sulipan (2008) ada
empat jenis PTK, yaitu (1) PTK diagnostik, (2) PTK, partisipan, (3) PTK
empirik, dan (4) PTK eksperimental. PTK
diagnostik adalah penelitian
tindakan yang dirancang
untuk menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan
tertentu. Dalam hal
ini, peneliti mendiagnosis
dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian. Misalnya,
jika peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, atau konflik yang
terjadi antarsiswa yang terdapat dalam suatu sekolah atau kelas. Suatu
penelitian tindakan kelas disebut sebagai PTK partisipan apabila orang yang
melakukan penelitian terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan, peneliti
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 6 senantiasa terlibat; demikian pula pada saat memantau, mencatat, mengumpulkan dan menganalisis data,
sampai penyusunan laporan. PTK
empirik adalah penelitian
tindakan kelas yang
dilaksanakan dengan cara merencanakan, mencatat pelaksanaan, dan
mengevaluasi pelaksanaan
dari luar arena kelas; jadi dalam
penelitian jenis ini, peneliti harus berkolaborasi dengan guru yang melaksanakan tindakan dalam kelas.
Suatu PTK dikategorikan
sebagai PTK eksperimental
jika PTK dilaksanakan dengan cara
menerapkan berbagai teknik,
metode, dan atau
strategi dalam proses pembelajaran secara efektif dan
efisien. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, teknik dan atau strategi
yang diterapkan dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang
dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui PTK eksperimen, diharapkan
peneliti dapat menentukan cara atau strategi mana yang paling efektif dalam rangka
pencapaian tujuan pembelajaran. Sampai saat
ini, ada beberapa model PTK yang
sering diterapkan dalam dunia
pendidikan, seperti (a) model
Kurt Lewin, (b) model
Kemmis dan Mc
Taggart, (c) model John Elliot,
dan (d) model Dave Ebbutt. Meskipun demikian, secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim
dilalui dalam PTK
yaitu: tahap perencanaan (planning), tahap
pelaksanaan (acting), tahap
pengamatan (observation), dan
tahap refleksi (reflection). Empat langkah dalam satu siklus yang
dikemukakan oleh Lewin tersebut
oleh Stringer (2004) dielaborasi menjadi tiga langkah saja yakni: perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementing), dan
penilaian (evaluation). Model
dan penjelasan untuk masing-masing
tahap sebagaimana tampak pada gambar-1. Tahap-1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang: apa, mengapa, kapan, di mana,
oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian tindakan yang
ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakan (guru mitra)
dengan pihak yang
mengamati proses jalannya
tindakan (peneliti). Cara
ini dikatakan ideal, karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan terhadap aspek-aspek yang diamati. Namun demikian,
apabila
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 7 penelitian dilaksanakan sendiri oleh guru sebagai peneliti, maka
instrumen pengamatan harus disiapkan secara cermat disertai dengan lembar
catatan lapangan (field note). Yang perlu diingat bahwa pengamatan yang
dilakukan terhadap diri sendiri biasanya kurang teliti jika
dibanding dengan pengamatan
yang dilakukan oleh
orang lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran, rencana
tindakan dalam rangka PTK perlu dituangkan dalam bentuk RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Tahap-2. Pelaksanaan Tindakan Tahap ke-2 dari PTK
adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan
dalam kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat bahwa dalam tahap-2 ini pelaksana (guru) harus
ingat dan berusaha mentaati apa
yang sudah dirumuskan dalam
rencana tindakan; dilakukan secara wajar, tidak kaku, dan tidak dibuat-buat. Pelaksanaan Perencanaan
Pengamatan Refleksi Pelaksanaan Perencanaan Pengamatan Refleksi Gambar-1. Alur Penelitian Tindakan
Kelas SIKLUS I SIKLUS II
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 8 Tahap-3. Pengamatan terhadap tindakan Tahap ke-3, yaitu kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
(peneliti atau guru). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan
pengamatan ini tidak terpisah dari kegiatan pelaksanaan tindakan; karena
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan; jadi kedua kegiatan
(pelaksanaan tindakan dan pengamatan) berlangsung dalam waktu yang sama.
Sebutan tahap-2 dan tahap-3 dimaksudkan untuk memberikan peluang
kepada guru pelaksana
yang berstatus pula
sebagai pengamat (ketika sedang
melakukan tindakan, tentu tidak
sempat menganalisis peristiwa
yang terjadi). Tahap-4. Refleksi
terhadap tindakan Tahap ke-4
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang telah dilakukan. Istilah
‗refleksi‘ (Inggris: reflection)
bisa diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia ‗pemantulan‘.
Kegiatan refleksi lebih tepat dikerjakan ketika guru pelaksana
telah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti untuk mendiskusikan hasil
implementasi dari rancangan
tindakan. Dan inilah
inti dari penelitian tindakan,
yakni ketika guru
pelaku tindakan mengatakan
kepada peneliti mengenai hal-hal
yang dirasakan sudah
berjalan baik, dan bagian
mana yang belum baik. Apabila guru pelaksana tindakan
juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap
diri sendiri, dalam
arti guru tersebut
melihat dirinya sendiri, melakukan ‗dialog‘
untuk menemukan hal-hal yang telah
dirasakan memuaskan, dan
mengenali hal-hal yang
masih perlu diperbaiki.
Dalam hal seperti
ini, maka guru tersebut melakukan ‗self
evaluation‘ yang diharapkan dilakukan
secara objektif. Untuk menjaga objektivitas tersebut, seringkali hasil refleksi
itu diperiksa ulang atau divalidasi oleh
orang lain, misalnya
teman sejawat yang
diminta untuk mengamati.
Jadi pada intinya, kegiatan
refleksi adalah kegiatan
evaluasi, analisis, pemaknaan,
penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi sebagai bahan tindak lanjut
dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Keempat tahap
dalam PTK tersebut
merupakan unsur-unsur yang
membentuk sebuah siklus, yaitu
satu putaran kegiatan
secara beruntun, dari
tahap penyusunan
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 9 rancangan sampai dengan
refleksi. Dengan demikian,
PTK tidak pernah
merupakan kegiatan tunggal, akan tetapi selalu berupa serangkaian
kegiatan yang akan kembali ke asal, dalam bentuk siklus-siklus. Sasaran Penelitian Tindakan Kelas Hal-hal
yang dapat diteliti dalam PTK berhubungan
dengan setiap unsur dalam proses
pembelajaran. Sesuai dengan prinsip bahwa dalam PTK terdapat tindakan yang dirancang sebelumnya, maka
objek PTK harus merupakan sesuatu yang bersifat aktif atau sesuatu yang dikenai
aktivitas tersebut; bukan objek yang sedang dalam keadaan diam, tanpa bergerak.
Menurut Sulipan (2008) objek yang dapat
diteliti melalui PTK dapat dikelompokkan menjadi sejumlah unsur yakni (1) unsur
siswa, (2) unsur guru, (3) unsur materi pembelajaran, (4) unsur peralatan atau
sarana pembelajaran, (5) unsur hasil pembelajaran, (6) unsur lingkungan, dan
(7) unsur pengelolaan. Dari unsur
siswa yang dapat dicermati objeknya antara lain ketika siswa
yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas
atau di laboratorium, atau di bengkel atau di lapangan, maupun ketika siswa
sedang asyik mengerjakan kerja bakti di luar sekolah, atau ketika siswa sedang
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler. Unsur
guru yang dapat diteliti
misalnya ketika guru sedang mengajar
di kelas, sedang membimbing siswa yang berdarmawisata, atau ketika guru
sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa. Unsur materi pelajaran yang dapat
diteliti antara lain urutan materi ketika disajikan kepada siswa,
pengorganisasiannya, cara penyajiannya, atau cara pengaturannya. Unsur
peralatan atau sarana
pembelajaran meliputi semua peralatan, baik yang dimiliki siswa secara perorangan atau
peralatan yang disediakan oleh sekolah, atauun peralatan yang digunakan di
dalam kelas dan cara penggunaannya. Unsur hasil pembelajaran dapat ditinjau
dari tiga ranah untuk dijadikan titik tujuan yang harus
dicapai melalui proses
pembelajaran, baik susunan
maupun tingkat pencapaiannya.
Oleh sebab itu, hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan dan hal
itu terkait dengan tindakan terhadap unsur yang lainnya.
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 10 Unsur lingkungan, baik
lingkungan siswa di
kelas, di sekolah,
maupun yang melingkungi siswa di
rumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan campur
tangan, akan tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan.
Unsur pengelolaan yang diteliti
hendaknya jelas-jelas merupakan
gerak kegiatan sehingga
mudah diatur dan
direkayasa dalam bentuk
tindakan antara lain
cara mengelompokkan siswa ketika
guru memberikan tugas,
pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk, penempatan
papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan sebagainya. Merencanakan Penelitian Tindakan Kelas
Seperti halnya penelitian (research) pada umumnya, ada beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam merencanakan
PTK. Mundilarto (2004) menyarankan langkah-langkah dalam
perencanaan PTK meliputi
(1) mengidentifikasi dan
merumuskan masalah, (2) menganalisis masalah, (3) merumuskan hipotesis tindakan, (4) membuat rencana
tindakan dan pemantauannya, (5) melaksanakan tindakan dan mengamatinya, (6)
mengolah dan menafsirkan data, dan (7) melaporkan. 1. Identifikasi dan
merumuskan masalah Sebagaimana
telah diungkapkan sebelumnya
bahwa PTK yang
dilakukan oleh guru ditujukan
untuk mengubah perilaku guru itu sendiri, perilaku teman sejawat, dan perilaku
siswa –mengubah kerangka kerja, proses
pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada guru dan siswa.
Dengan perkataan lain, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran
dalam kelas. Contoh-contoh bidang garapan PTK
antara lain (a) metode pembelajaran; mungkin mengganti metode pembelajaran konvensaional dengan metode
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, bersifat inovatif, membangkitkan
kreativitas dan dapat
menimbulkan suasana yang menyenangkan; (b)
strategi pembelajaran; mungkin
menggunakan pendekatan
pembelajaran yang bersifat integratif, bukan hanya dengan satu gaya mengajar
saja; (c) prosedur evaluasi; misalnya meningkatkan metode dalam penilaian yang
bersfat outentik
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 11 dan atau penggunaan portofolio; (d) penanaman sikap dan nilai; mungkin mendorong munculnya sikap
yang lebih positif
terhadap berbagai aspek
kehidupan –kebiasaan
membuang sampah, menghormat
dan santun kepada
orang yang lebih
tua; (e) pengembangan profesional
guru; pembelajaran yang
baru, menambah kemampuan menganalisis, atau
meningkatkan kesadaran diri;
(f) administrasi dan
manajemen; misalnya meningkatkan efisiensi aspek tertentu dalam
administrasi sekolah. Seperti halnya
dalam penelitian jenis lain,
langkah perama dalam PTK
adalah mengidentifikasi masalah. Masalah yang akan diteliti harus
dirasakan dan diidentifikasi oleh
peneliti sendiri bersama
kolaborator, --meskipun bisa
dengan bantuan seorang fasilitator, --agar
supaya mereka betul-betul
terlibat dalam proses
penelitiannya. Masalah yang diteliti
bisa berupa: kekurangan
yang dirasakan dalam
pengetahuan, keterampilan, sikap, etos
kerja, kelancaran berkomunikasi, kreativitas, dsb; yang pada dasarnya berupa
kesenjangan atau jarak
antara apa yang
diinginkan, apa yang diharapkan, apa yang dicita-citakan
dengan kenyataan atau realitas yang dialami. Beberapa kriteria dalam menentuan
masalah antara lain (a) masalah harus penting bagi orang yang mengusulkan dan
sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau
program, (b) masalah
hendaknya dalam jangkauan
penanganan, (c) pernyataan masalah
harus mengungkapkan beberapa
dimensi fundamental mengenai faktor penyebab
sehingga pemecahannya dapat
dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental tersebut. 2. Menganalisis masalah Analisis masalah perlu dilakukan
untuk mengetahui dimensi-dimensi masalah yang
mungkin ada untuk
mengidentifikasi aspek-aspek penting
dan memberikan penekanan pada
hal-hal tertentu. Analisis masalah
melibatkan beberapa jenis kegiatan, tergantung
pada kesulitan yang
ditunjukkan dalam pertanyaan
masalahnya. Analisis
sebab-akibat tentang kesulitan yang dihadapi atau untuk
mengubah perspektif orang-orang
yang terlibat dalam penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan
melalui diskusi di antara para peneliti dengan kolaboratornya. Tabel-1. Contoh
Masalah Penelitian PTK dan Rumusannya
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 12 No. Masalah Rumusan Masalah
1. Rendahnya kemampuan mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis Mahasiswa
semester-5 mestinya mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam
kenyataannya pertanyaan mereka lebih bersifat klasifikasi 2. Rendahnya ketaatan
staf pada perintah atasan Staf di kantor mestinya melakukan apa yang
diperintahkan atasannya, tetapi dalam kenyataannya mereka sering melakukan
hal-hal yang tidak diperintahkan 3. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran Bhs Inggris Siswa mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran bahasa Inggris, terapi dalam kenyataannya mereka sangat pasif 4.
Rendahnya kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia Proses pembelajaran
mestinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan bahasa secara
komunikatif, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada
kosakata, lafal, dan struktur 5. Rendahnya tingkat kemandirian belajar siswa di
suatu SMA Kenadirian belajar siswa SMA mestinya telah berkembang jika kegatan
belajarnya mendukung, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah
menghambat perkembangannya Sumber:
Suwarsih Madya, 2008 3. Merumuskan
hipotesis tindakan Hipotesis penelitian dalam penelitian tindakan bukan
hipotesis yang menyatakan ada perbedaan nilai atau hubungan antarvariabel;
melainkan berupa hipotesis tindakan. Idealnya,
hipotesis penelitian tindakan
mendekati keketatan penelitian
formal, akan tetapi situasi
lapangan yang senantiasa
berubah membuatnya sulit
untuk memenuhi tuntutan itu. Rumusan
hipotesis dalam penelitian tindakan memuat tindakan
yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk
sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 13 mungkin dapat dilakukan
agar perbaikan yang
diinginkan dapat dicapai
sampai menemukan prosedur tindakan
yang dianggap tepat.
Dalam menimbang-nimbang
berbagai prosedur ini,
sebaiknya peneliti mencari
masukan dari teman
sejawat atau mencari ‗ilham‘
dari teori dan
atau hasil penelitian
sebelumnya sehingga rumusan hipotesisnya akan
lebih tepat. Contoh
rumusan hipotesis tindakan
sesuai rumusan masalah pada tabel-1
dapat dicermati melalui tabel-2 berikut.
Tabel-2. Contoh Rumusan Hipotesis Tindakan Berdasarkan Rumusan
Masalah No. Rumusan Masalah Hipotesis
Tindakan 1. Mahasiswa semester-5 mestinya mampu mengajukan pertanyaan yang
kritis, tetapi dalam kenyataannya pertanyaan mereka lebih bersifat klasifikasi
Jika tingkat kekritisan pertanyaan mahasiswa dijadikan penilaian kualitas
partisipasi mereka, setelah diberi contoh, maka kemampuan mengajukan pertanyaan
kritis mereka akan meningkat 2. Staf di kantor mestinya melakukan apa yang
diperintahkan atasannya, tetapi dalam kenyataannya mereka sering melakukan
hal-hal yang tidak diperintahkan Jika diterapkan sanksi terhadap ketidaktaatan
terhadap perintah atasan, ketaatan staf terhadap perintah atasan akan meningkat
3. Siswa mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa
Inggris, terapi dalam kenyataannya mereka sangat pasif Melalui kegiatan yang
menyenangkan dalam belajar menggunakan bahasa Inggris, keterlibatan siswa dalam
pembelajaran akan meningkat 4. Proses pembelajaran mestinya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan bahasa secara komunikatif,
tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada kosakata, lafal,
dan struktur Jika pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi
komunikatif berbahasa Inggris, kualitas proses pembelajaran akan meningkat 5.
Kenadirian belajar siswa SMA mestinya telah berkembang jika kegatan belajarnya
mendukung, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat
perkembangannya Jika kegiatan pembelajaran diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan masing-masing siswa, kemandirian belajar siswa akan meningkat Sumber: Suwarsih Madya, 2008
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 14 Untuk langkah-4 (membuat
rencana tindakan dan pemantauannya) dan
langkah-langkah selanjutnya telah dijelaskan pada bagian Jenis dan Model PTK
serta akan dikaji dalam makalah lain.
Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan Instrumen yang
diperlukan dalam PTK
haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah-langkah PTK.
Menurut Herawati Susilo dan Kisyani Laksono (2008) instrumen yang digunakan
untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi,
yakni sisi proses pengamatan, dan sisi hal yang diamati. Dari sisi
proses –bagan alir--,
instrumen dalam PTK
harus dapat menjangkau masalah yang berkaitan dengan
input (kondisi awal), proses (saat
berlangsung), dan output (hasil).
Instrumen untuk input dapat
dikembangkan dari hal-hal yang menjadi
akar masalah beserta pendukungnya. Misalnya, jika akar masalah adalah kemampuan
awal siswa dianggap kurang;
dalam hal ini
tes kemampuan awal
dapat menjadi instrumen yang
tepat. Instrumen yang
digunakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung
berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih. Dalam tahap ini banyak format yang
tersedia, akan tetapi format yang digunakan hendaknya sesuai dengan tindakan yang dipilih. Instrumen untuk output berkaitan erat dengan evaluasi
pencapaian hasil berdasarkan
kriteria dan atau
indikator yang telah
ditetapkan. Misalnya, nilai
75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan, maka pencapaian hasil
yang sampai pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan lagi –ada siklus
berikutnya. Selain dari sisi proses,
instrumen PTK dapat
pula dipahami dari sisi
hal yang diamati. Menurut
Reed dan Bergermann
(1992), ditinjau dari
hal yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu: instrumen
untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas
(observing classroom), dan instrumen
untuk mengamati perilaku
siswa (observing students).
Instrumen yang digunakan untuk
mengamati guru merupakan
alat yang terbukti
efektif untuk mempelajari metode
dan strategi yang
diimplementasikan guru di
kelas, misalnya:
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 15 pengelolaan kelas, kemampuan
guru menerapkan metode pembelajaran tertentu, atau keterampilan mengajar lainnya, yang
memuat secara rinci peristiwa yang terjadi di kelas berdasarkan sekuensi
(urutan kronologis) mulai dari membuka pelajaran, menjelaskan, melakukan
variasi, mengajukan pertanyaan, sampai pada kegiatan menutup pelajaran. Instrumen untuk
mengamati kelas sangat
bermanfaat karena dapat
mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik dalam kelas. Di
samping itu, pengamatan ini juga dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru
dalam menangani hambatan dan kendala pembelajaran yang terjadi. Catatan kelas
meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letak, dan manajemen kelas. Instrumen
untuk siswa digunakan untuk
mengamati perilaku siswa
secara individual atau
berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan setelah selesai
pembelajaran. Perubahan setiap individu diamati dalam durasi waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, pada saat implementasi
tindakan, dan setelah tindakan. Di samping
lembar pengamatan, --dari
sisi proses dan
hal yang diamati—instrumen lain yang dapat digunakan
dalam pengumpulan data dalam PTK antara lain: pedoman wawancara, kuesioner,
pengkajian data dokumen, dan tes. Untuk
memperoleh informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil pengamatan, tim
peneliti dapat melakukan
wawancara kepada guru,
siswa, kepala sekolah, dan
fasilitator yang berkolaborasi.
Wawancara digunakan untuk mengungkap data
yang berhubungan dengan
sikap, pendapat, atau
wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur dalam situasi
wajar, dan informal. Wawancara
hendaknya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar semua informasi
dapat diperoleh secara lengkap. Guru
mitra dapat pula berperan sebagai pewawancara terhadap siswanya,
akan tetapi harus
dapat menjaga agar hasil
wawancara memiliki objektivitas
yang tinggi. Kuesioner dapat dikembangkan berdasarkan permasalahan yang
ingin digali, misalnya
tanggapan siswa tentang penerapan model pembelajaran
yang baru diikuti, atau bagaimana jika model tersebut diterapkan pada
pokok bahasan yang lain. Pengkajian data
melalui dokumen dapat berupa: daftar hadir, silabus, RPP, hasil karya
siswa, hasil karya guru,
lembar kerja, dan
sebagainya. Pengambilan data yang
Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan
Bagaimana Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24
Agustus 2008 16 berkaitan dengan pengetahuan, bakat, dan hasil belajar dapat
dilakukan melalui tes dan asesmen (Tim PGSM, 1999; Mills, 2003). Daftar
Pustaka Herawati Susilo dan
Kisyani Laksono. (2008). Implementasi Penelitian Tindakan Kelas. diambil dari
http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?.cid=26 tanggal 15 Mei 2008. Mills,
Geoffrey. (2003). Action
Research: A Guide
for the Teacher
Research. New Jersey: Prentice
Hall. Mundilarto, Rustam. (2004).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Ditjendikti, Depdiknas. Reed, A.J.S. and Bergermann, V.E. (1992). A
Guide to Observation and Participation in the Classroom. Connecticut: The
Dushkin Publishing Group, Inc. Sulipan.
(2008). Penelitian Tindakan Kelas.
diambil dari http://www.profesiguru.com/ pdf/penelitian%20tindakan%20kelas-siln%20dan%20kti.pdf. tanggal
17 Mei 2008. Sunendar,
Tatang. (2008). Penelitian
Tindakan Kelas (Part
II). diambil dari
http://
www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii
tanggal 15 Mei 2008. Suwarsih Madya.
(2008). Penelitian Tindakan Kelas (Bagian
III). diambil dari http:// www.ktiguru.org/index.php/ptk-3/part-iii. tanggal 15 Mei 2008. Stringer,
Ernest. (2004). Action
Research in Education.
Columbus: Pearson, Menvi
Prentice Hall. Tim PGSM.
(1999). ―Penelitian Tindakan Kelas‖,
Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru
Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.
Sanjaya. (2008). Judul Proposal Penelitian Tindakan Kelas. diambil dari http://www. idtesis/referensi-skripsi-tesis-disertasi.
tanggal 17 Mei 2008. Lampiran: Contoh
Judul-judul Proposal Penelitian Tindakan Kelas
No. Judul Penelitian
Triyono: Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana
Melaksanakannya? Seminar Guru-guru se UPDT Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008
17 1. Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa SD
melalui Peranan Hadiah sebagai Perangsang Timbulnya Kompetisi
2. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan siswa Melalui Penerapan Hukuman 3.
Upaya Meminimalkan Miskonsepsi
dan Meningkatkan Pemahaman
Konsep-konsep IPA bagi Siswa Kelas IV SD melalui Pembelajaran
Konstruktivistik 4. Meningkatkan
Prestasi Belajar IPA
di SD dengan
Pendekatan Keterampilan Proses 5.
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa melalui Pemberian Bimbingan Belajar di SD 6.
Peningkatan Kedisiplinan Siswa melalui Keteladanan Guru SD 7. Meningkatkan
Pembelajaran Fisika pada SMP melalui Optimalisasi Kegiatan Laboratorium
Berbasis Cooperative Learning 8.
Upaya Mengaktifkan Siswa
dalam Pembelajaran Matematika
di SD melalui Pendekatan Realistik 9. Peningkatan
Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika di SD melalui Penggunaan Alat
Peraga Secara Efektif 10. Upaya
Menumbuhkan Bakat dan
Kreativitas Siswa Kelas
IV SD dalam Pembelajaran Matematika melalui Metode
Discovery Learning 11. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD dengan Mengefektifkan Penggunaan
Media Gambar Seri 12. Upaya
Mengoptimalkan Bimbingan Konseling
di SD untuk
Mengatasi Kesulitan Belajar Anak 13. Keefektifan Pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan Pendekatan Komunikatif 14. Penerapan Pembelajaran Terpadu
dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa Kelas II SD 15. Penerapan Konsep
Pelajaran PPKn melalui
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio dengan Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat 16. Upaya Menimbulkan Keantusiasan Siswa dalam Pembelajaran
Apresiasi Sastra Indonesia di SD melalui Metode Quantum Teaching Sumber:
http://www.idtesis/referensi-skripsi-tesis-disertasi