Contoh Proposal PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) Bahasa Inggris SMK Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi
PTK Bahasa Inggris Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Classroom Action Research)
Judul:
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA YANG BERTERIMA
SISWA KELAS XII SMK PGRI 9 NGAWIMENGGUNAKAN SISTIM ICARE
Oleh: MARIYADI,
S.Pd
..............................................................................................................................
Judul:
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA YANG BERTERIMA
SISWA KELAS XII SMK PGRI 9 NGAWI MENGGUNAKAN SISTIM ICARE
BAB I
PENDAHULUAN
PTK Bahasa Inggris Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi
A. Latar Belakang Masalah
Kesulitan paling esensi yang penulis alami ketika membelajarkan
siswa bahasa Inggris adalah bagaimana cara membelajarkan siswa untuk
mengungkapkan bahasa tersebut secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa
kurang mampu mengungkapkan bahasa lisan walaupun mereka telah mengalami
pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus lisan. Beberapa cara sudah
penulis lakukan antara lain menambahkan waktu belajar khusus berbicara pada
setiap hari sabtu melalui ekstrakurikuler conversation, siswa diberi tugas untuk
belajar menggunakan bahasa lisan di sekolah atau di rumah secara berkelompok
tetapi hasilnya masih kurang memuaskan karena masih 40% siswa belum terampil
mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan. Sedangkan 60% lainnya hanya mampu
mengungkapkan dengan frekuensi rata-rata dua sampai dengan tiga kalimat saja
dan dengan cara menghafalkan tulisan. Inilah fenomena kesulitan yang
Ketika penulis membaca buku Percikan Perjuangan Guru karya
Profesor Surya yang menyatakan tentang perubahan paradigma guru pada abad ke
21, salah satu pernyataannya mampu menyadarkan penulis untuk berkreasi didalam
membelajarkan siswa dengan cara yang kreatif, pernyataan tersebut tertulis
sebagai berikut: “Guru akan lebih tampil tidak lagi sebagai pengajar (teacher)
seperti fungsinya menonjol saat ini, melainkan sebagai: pelatih, konselor,
manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar ”, (Surya,2003:334).
Lebih mendalam dan rinci pada buku tersebut dijelaskan sebagai
berikut: Pada kata pelatih dimaksudkan guru adalah seperti pelatih olah raga
yang banyak membantu siswa dalam permainan (game of learning), membantu siswa
menguasai alat belajar, memotivasi untuk kerja keras, bekerjasama dengan siswa
yang lain. Sebagai konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan bagi
pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban. Struktur kelas, perlu ditata
agar terjadi school within school dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok
dalam bimbingan guru. Sebagai manajer, guru akan bertindak seperti manajer
perusahaan, membimbing siswa belajar, mengambil prakarsa, ide-ide terbaik yang
dimilikinya, namun disisi lain guru merupakan bagian dari siswa yang ikut
belajar bersama mereka sebagai pelajar.
Guru juga belajar dari teman seprofesinya melalui model team
teaching. Pernyataan bijak di atas tentunya perlu diteladani dan dimaknai,
artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus selalu kreatif dan inovatif
dalam menentukan stategi pembelajaran yang dapat membantu dan mempermudah siswa
dalam belajar untuk mencapai kompetensi. Banyak strategi pembelajaran atau
metoda yang ditawarkan agar siswa aktif dan kreatif yang seperti Quantumn
Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Contextual Teaching and
Learning dan sebagainya.
Setelah penulis membaca dan memahami beberapa strategi atau cara-cara
bagaimana membelajarkan siswa yang aktif dan interaktif maka, penulis memilih
salah satu strategi pembelajaran yang diperkirakan akan membuat siswa aktif dan
interaktif mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan yang berterima adalah
sistem ICARE. Dengan sistem ICARE siswa akan menerapkan langsung komunikasi
berdasarkan ide atau pengalaman belajar yang dimiliki, dengan demikian
keterampilan siswa akan meningkat sebab seluruh siswa akan mempraktikkan bahasa
lisan yang berterima selama proses pembelajaran.
Fenomena lain yang terkait di dalam membelajarkan siswa adalah
guru belum terbiasa melakukan pembelajaran secara kreatif dan inovatif dengan
menggunakan sistem ICARE. Untuk itu selama proses pembelajaran cara-cara guru
didalam menerapkan sistem ICARE perlu dikaji juga. PTK Bahasa Inggris Kelas XII
SMK PGRI 9 Ngawi
Di dalam standar kompetensi bahasa Inggris SMP memiliki beberapa
wacana, salah satu wacana untuk kelas VII adalah monolog descriptive sederhana.
Berikut ini adalah salah satu standar kompetensi keterampilan berbicara yaitu:
“Mengungkapkan makna dalam monolog pendek sangat sederhana dengan menggunakan
ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi
dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan procedure.”
(Standar isi, 2006; 4). Terdapat dua monolog dalam standar kompetensi pada
keterampilan berbicara di atas, yaitu monolog descriptive dan procedure, wacana
yang dipilih oleh penulis adalah monolog descriptive karena monolog descriptive
struktur tatabahasa yang digunakan wacana ini lebih sederhana. Karena
penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil maka dipilih bahasan monolog
descriptive dengan menggunakan model pembelajaran ICARE.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini
berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas adalah :
Bagaimana cara guru meningkatkan keterampilan mengungkapkan
monolog descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa KELAS
XII SMK PGRI 9 NGAWI menggunakan sistem ICARE?
Apakah dengan menggunakan sistem ICARE keterampilan
mengungkapkan monolog descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang
berterima siswa KELAS XII SMK PGRI 9 NGAWI meningkat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog descriptive
sederhana menggunakan bahasa Inggris lisan yang berterima siswa KELAS XII SMK
PGRI 9 NGAWI menggunakan sistem ICARE.
2.
Meningkatnya kemampuan siswa didalam menggunakan bahasa Inggris
lisan sederhana yang beterima dengan pengucapan yang relatif tepat, lancar dan
menggunakan struktur kalimat yang tepat.
3.
Meningkatkan rasa percaya diri siswa KELAS XII SMK PGRI 9 NGAWI
dalam mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima.
4.
Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa untuk
mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima khususnya monolog
descriptive sederhana.
5.
Meningkatkan keterampilan guru di dalam membelajarkan siswa
menggunakan sistem ICARE.
D. Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini membahas tentang monolog descriptive lisan
sederhana yang berterima dengan pokok bahasan Personal Description dan sub
bahasan Human’s Face yang terkait dengan Possessive Pronoun, “his dan her”,
Human’s Body yang terkait dengan Pronoun as Subject, “He dan She”, dan kata
kerja “wears” yang diikuti dengan kata benda tentang pakaian, di kelas VIIA SMP
Negeri 2 Jabon. Sebagai fungsi sosial (Lifeskills) dalam pembelajaran ini maka monolog
descriptive dipergunakan untuk mendiskripsikan orang-orang terkenal.
E. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan
kejelasan tentang kesamaan arti dalam penelitian ini maka diperlukan
pendifinisian istilah sebagai berikut:
1. Monolog descriptive lisan yang berterima adalah wacana lisan
yang dipergunakan untuk mendiskripsikan ciri-ciri seseorang, binatang,
tumbuhan, benda atau tempat tertentu dengan struktur generik untuk
mengidentifikasi fenomena yang akan didiskripsikan, yaitu bagian, kualitas
karakter, warna dan sebagainya dan menggunakan ciri kebahasaan struktur kalimat
dalam bentuk Simple Present Tense,. Dalam monolog descriptive hal-hal yang
didiskripsikan sangatlah khusus (specific), dengan tingkat ketercapaian
kompetensi berbicara yang berterima meliputi kompetensi pendukung linguistik,
sosiokultural dan pembentuk wacana ada aspek kosakata yang dikaitkan dengan
pemahaman berbicara, pengucapan, tata bahasa, dan kompetensi strategi pada
aspek kelancaran.
2. Sistem pembelajaran ICARE adalah suatu sitem khusus untuk
meningkatkan hasil belajar peserta, dengan langkah-langkah pembelajaran
meliputi: (a) Introduce (perkenalkan), (b) Connect (hubungkan), (c) Apply
(terapkan), (d) Reflect (refleksikan) dan (e) Extend (perluaskan), bila menggunakan
strategi kognitif jembatan keledai maka akan menghasilkan kata yang bermakna
yaitu ICARE.
3. Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM)
Standar
Kompetensi Belajar Minimal merupakan patokan nilai minimal yang harus dicapai
siswa sebagai gambaran kualitas pencapaian kompetensi siswa didalam belajar.
SKBM Bahasa Inggris kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi adalah 7,00.
F. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini sangat bermanfaat untuk :
1.
Para guru yang ingin mengembangkan teknik pembelajaran
menggunakan sistem ICARE
2.
Para guru yang ingin meningkatkan keterampilan siswa
mengungkapkan monolog descriptive bahasa Inggris sederhana secara lisan dan
berterima.
3.
Sebagai bahan kajian di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Bahasa Inggris Kabupaten Sidoarjo sebagai pembaruan model pembelajaran Bahasa
Inggris.
4.
Sebagai literatur yang dapat ditawarkan kepada sekolah-sekolah
di kabupaten Sidoarjo untuk pengembangan salah satu model pembelajaran yang
terkait dengan terapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PTK Bahasa Inggris Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi
secara lisan dan tulis. Salah satu fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi.
Berkomunikasi artinya memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan
berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni
kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang
direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan
untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan
berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
A. Tingkat Literasi Bahasa Inggris siswa SMK
Menurut Pusat Kurikulum (2006:2), tingkat literasi mencakup
empat aspek yaitu performative, functional, informational, dan epistemic. Lebih
rinci keempat aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pertama, pada tingkat
performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan
simbol-simbol yang digunakan. Kedua, pada tingkat fungtional, orang mampu
menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca
surat kabar, manual atau petunjuk. Ketiga, pada tingkat informational, orang
mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan keempat, pada
tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran
Wells 1987 dalam Puskur (2006:4). Pembelajaran bahasa Inggris di SMK ditargetkan
agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara
lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari (lifeskills). Puskur
(2006:5).
Puskur (2006:5) juga menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran
Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi: Pertama, kemampuan berwacana, yakni kemampuan
memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan
dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional, kedua,
kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog
serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report,
ketiga, kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik, yaitu menggunakan
tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis, kompetensi sosiokultural,
yaitu menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai
konteks komunikasi, kompetensi strategi, sebagai upaya untuk mengatasi masalah
yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap
berlangsung, dan kompetensi pembentuk wacana , yaitu menggunakan piranti
pembentuk wacana.
B. Kompetensi Komunikatif yang berterima
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) model kompetensi
berbahasa yang digunakan adalah model berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
pedagogi bahasa. Salah satu model yang dipilih puskur adalah yang dikemukakan
oleh Celce-Murcia dan Thurrell (1995) yang kompatibel dengan pandangan teoritis
bahwa bahasa adalah komunikasi, bukan sekedar seperangkat aturan. Model
kompetensi berbahasa yang dirumuskan adalah model yang menyiapkan siswa
berkomunikasi dengan bahasa untuk berpartisipasi dalam masyarakat pengguna
bahasa yang disebut Communicative Competence, digambarkan seperti pada gambar
1. PTK Bahasa Inggris Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi
Model Kompetensi Komunikatif dari Celce-Murcia et al. (dalam
Puskur 2004;6) yang berupa Discourse Competence (DC) atau Kompetensi Wacana
(KW). Merupakan kompetensi utama, artinya, jika seseorang berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis orang tersebut terlibat dalam suatu wacana. Wacana
yang dimaksudkan adalah sebuah peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topik
yang dikomunikasikan, hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam
komunikasi dan jalur komunikasi yang digunakan dalam satu konteks budaya. Makna
apapun yang ia peroleh dan ia ciptakan dalam komunikasi selalu terkait dengan
konteks budaya dan konteks situasi yang melingkupinya. Berpartisipasi dalam
percakapan, membaca dan menulis secara otomatis mengaktifkan kompetensi wacana
yang berarti menggunakan seperangkat strategi atau prosedur untuk merealisasi
nilai-nilai yang terdapat dalam unsur-unsur bahasa, tata bahasa,
isyarat-isyarat pragmatiknya dalam menafsirkan dan mengungkapkan makna (Mc.
Carthy dan Carter 2001:88 dalam Puskur 2004;6). Kompetensi wacana hanya dapat
diperoleh jika siswa memperoleh kompetensi pendukungnya yaitu: (1) Linguistic
Competence (Kompetensi Linguistik) meliputi kemampuan seperti menggunakan tata
bahasa, kosa kata, ucapan, intonasi, dan tanda baca. (2) Actional Competence
yang terdiri dari: (a). Kompetensi Tindak Tutur untuk bahasa lisan seperti
membuka pembicaraan, menginterupsi, membuat simpulan, berpamitan dan
sebagainya. (b). Kompetensi Retorika untuk bahasa tulis seperti langkah-langkah
retorika teks Procedure, Narrative, Recount, Report, dan Descriptive. (3)
Sociocultural Competence (Kompetensi Sosiocultural) mengacu pada kemampuan
menggunakan bahasa secara berterima dipandang dari konteks budaya bahasa
Inggris, misalnya mengatakan thank you bila diberi sesuatu, sorry dan please.
Tidak pantas bertanya umur, how do you do untuk bahasa formal, tanya jawab
tentang nama tidak perlu menggunakan I’m… atau my name is ……. dan hal-halyang
tidak lazim dikatakan tetapi di Indonesi tidak digunakan (memberi nomor telepon
milik orang lain tanpa ijin). (5) Strategic Competence (Kompetensi strategi)
adalah kompetensi yang dipergunakan untuk mengatasi kesulitan ketika
pembicaraan berlangsung (communication breakdown) misalnya meminta pengulangan,
mengatakan dengan cara lain dan sebagainya.
Karena itu perumusan kompetensi dan indikator-indikator bahasa
Inggris perlu didasarkan kepada komponen-komponen tersebut di atas untuk
menjamin bahwa kegiatan pendidikan yang dilakukan mengarah kepada tercapainya
satu kompetensi utama, yakni kompetensi wacana.
Selain kelima komponen tersebut, didalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi aspek sikap juga dirumuskan sebagai hasil belajar yang dapat diamati
berdasarkan apa yang dilakukan siswa selama menjalani proses pembelajaran seperti
berinisiatif untuk berlatih dengan teman, melaksanakan tugas tepat waktu,
senantiasa membawa kamus, dan sebagainya.
C. Sistem pembelajaran ICARE
Konsep sistem ICARE yang diperkenalkan oleh Decentralized Basic
Education (DBE) yang dikembangkan oleh United States Agency International
Developmen (USAID) tahun 2006, mengemukakan suatu sistem pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta (siswa) dengan
tahapan-tahapan pembelajaran sebagai berikut: (1) Introduce (Perkenalkan), pada
tahap ini guru sebagai fasilitator memperkenalkan topik (tujuan pembelajaran)
kepada siswa, kemudian guru sebagai fasilitator mencoba untuk menghubungkan
topik pembelajaran dengan sesuatu yang menarik perhatian siswa, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan dan pengalaman orang sehari-hari. (3) Apply
(Terapkan), tahap ini sangat penting untuk siswa, karena siswa belajar
menggunakan apa yang baru mereka pelajari. Sehingga siswa terlibat langsung
dalam kehidupan nyata dengan mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang baru.
(4) Reflect (Refleksikan) , merupakan aktivitas melalui diskusi-diskusi
kelompok dan catatan-catatan individu dalam jurnal (buku) pribadi siswa. (5)
Extend (Perluaskan), tahapan yang terakhir ini secara eksplisit guru memperluas
apa yang telah dialami dan dipelajari siswa, sehingga siswa akan mempraktikkan
pengalaman belajarnya untuk bersosial dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan cara ini siswa akan mengungkapkan ide-ide atau pengalaman belajarnya.
John Holt (1967) dalam Siberman ML (2006;26) menyatakan bahwa “Proses belajar
akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri, memberi
contohnya, melihat kaitannya antara informasi itu dengan fakta atau gagasan
lain, menggunakan dengan beragam cara, memprediksikan sejumlah konsekuensinya
dan menyebutkan lawan atau balikannya”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan
kualitatif, sebab penelitian ini dilakukan karena terjadi permasalahan
pembelajaran di kelas. Permasalahan ini ditindak lanjuti dengan cara menerapkan
sebuah model pembelajaran yang diamati kemudian dianalisis dan direfleksi.
Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.
B. Model Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart
(1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49). Model ini menggunakan sistem
spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi
dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang
pemecahan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen Kemmis
has created a well known representation of the action research spiral …”.
Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan tiga siklus, siklus I, siklus II dan siklus III,
masing-masing siklus menggunakan empat tahapan, yaitu (1) menyusun rencana
tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4) membuat
analisis dilanjutkan dengan melakukan refleksi. Masing-masing siklus
menggunakan waktu 2 x 40 menit. Dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan
pembelajaran adalah guru yang sekaligus berperan sebagai peneliti dan dibantu
oleh dua orang selaku pengamat yang bertugas mengamati proses pembelajaran dan
memberi masukan bagi guru atau peneliti untuk perbaikan tindakan berikutnya.
Secara rinci masing masing siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Penyusunan Rencana Tindakan I
Peneliti
menyusun rencanaan pembelajaran bahasa Inggris pada siklus lisan dengan bahasan
mengungkapkan monolog descriptive sederhana menggunakan sistim ICARE. Rencana
Pembelajaran ini mengacu pada silabus pembelajaran yang telah dibuat guru.
Untuk kelancaran proses pembelajaran maka rencana pembelajaran tersebut
dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar-gambar wajah
orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian
dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa.
b. Rencana Pelaksanaan Tindakan I
Pada
tahap ini akan dilakukan pembelajaran di kelas berdasarkan perencanaan yang
telah disusun dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Pertama,
pada tahap Introduce (Kenalkan) guru menjelaskan tujuan pembelajaran monolog
descriptive dengan melakukan permainan pembentukan sikap siswa dengan menyapa
“Hello” kepada siswa dan siswa merespon “Hai” kemudian siswa mendengarkan
informasi guru. Kemudian menghubungkan (Connect) pembelajaran dengan curah
pendapat tentang warna dan melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang
warna rambut, kulit dan mata. Guru melakukan pemodelan pada tahap Penerapan
(Apply) dengan mengkaitkan Possessive Pronoun “his and her” dan menyebutkan
macam dan jenis rambut, kulit dan mata berdasarkan siswa yang dideskripsikan,
dilanjutkan dengan beberapa siswa meniru pemodelan guru yaitu mengkaitkan
Possessive Pronoun “his and her” dengan menyebutkan macam dan jenis rambut,
kulit dan mata berdasarkan teman-temannya yang dideskripsikan. Langkah
berikutnya, guru melakukan refleksi (Reflect) tentang macam-macam dan jenis
warna rambut, kulit, mata dan wajah orang dengan cara meminta siswa
menyebutkannya dan menulis di buku catatan siswa. Agar pembelajaran bermakna
bagi siswa maka guru memodelkan seseorang yang dicari berdasarkan gambar. PTK
Bahasa Inggis Kelas 7
Untuk
mempermudah siswa mendiskripsikan seseorang maka guru mengajak siswa
menyebutkan kembali hal-hal esensi untuk didiskripsikan dan ditulis dalam
clue-clue atau berupa peta konsep. Langkah berikutnya guru memperluas
pengetahuan siswa (Extend) dengan cara siswa belajar bersosial dalam kelompok
empat orang , setiap kelompok diberi gambar orang yang harus dideskripsikan dan
diberi alat penilaian proses pembelajaran dengan kriteria untuk mengetahui
sejauh mana keterampilan siswa mengungkapkan monolog descriptive untuk
mendeskripsikan orang selama proses pembelajaran. Pada langkah ini guru
melakukan penilaian individu yaitu secara individu siswa mendeskripsikan wajah
orang-orang terkenal/favorit.
c. Observasi
Aktivitas
observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, pengamat
melaksanakan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan
pembelajaran ketika diterapkan dengan membuat catatan-catatan kekurangan atau
kelebihan yang nantinya akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan, apakah
pembelajaran bahasa Inggris siklus lisan mengungkapkan monolog descriptive
menggunakan sistim ICARE ini, keterampilan siswa mengungkapkan monolog
descriptive sangat meningkat, cukup meningkat atau tidak meningkat.
d. Analisis dan Refleksi
Data
yang diperoleh dari observasi dikumpulkan, berdasarkan hasil ini peneliti melakukan
analisis tentang pembelajaran yang telah dilakukan kemudian melakukan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut peneliti akan tahu kekurangan
dan kelebihan dari aktivitas pembelajaran yang telah direncanakan. Setelah
mengevaluasi program pembelajaran peneliti merencanakan aktivitas pembelajaran
pada siklus berikutnya sebagai perbaikan dari siklus pertama dan begitu juga
pada siklus-siklus berikutnya sampai peneliti merasa puas dengan hasil yang
direncanakan.
2. Siklus II
a.
Penyusunan Rencana Tindakan II
Rencana
tindakan II ini disusun berdasarkan hasil analisis temuan dan refleksi selama
aktivitas pada siklus I, untuk mendapatkan perbaikan sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu meningkatkan keterampilan siswa mengungkapkan monolog descriptive
sederhana.
b.
Rencana Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul
berdasarkan hasil observasi. Diharapkan pada siklus II ini permasalah yang
timbul pada siklus I dapat diatasi.
c.
Observasi
Ketika guru melakukan pembelajaran, pengamat selaku anggota
peneliti melakukan pengamatan, mencatat temuan-temuan kekurangan atau kelebihan
dan hal-hal lain yang dianggap esensi selama proses pembelajaran pada siklus
II.
d.
Analisis dan Refleksi
Hasil
pengamatan dari pengamat yang berupa catatan-catatan temuan selama proses
pembelajaran dianalisis dan dilakukan refleksi untuk diperbaiki dan dibuat
rencana pembelajaran pada siklus III.
Mudah mudahan dengan adanya contoh PTK Bahasa
Inggris Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi ini semua teman teman dapat terbantu dan
dapat menyeelesaikan PTK Bahasa Inggris Kelas XII SMK PGRI 9 Ngawi dengan mudah
dan lancar. Silahkan download untuk mendapatkan tpk yang yang lebih lengkap