Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bahasa Indonesia SD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan dan pengajaran Bahasa Indonesia adalah menumbuh
kembangkan ketrampilan berbahasa yang
baik dan benar dalam diri sendiri.
Untuk mewujudkan tumbuhnya ketrampilan berbahasa yang baik dan
benar ada empat aspek yang perlu
diperdayakan guru terhadap siswa yaitu :
1.
Ketrampilan menyimak
2.
Ketrampilan berbahasa
3.
Ketrampilan membaca
4.
Ketrampilan menulis
Empat aspek ketrampilan berbahasa itu merupakan salah
satu kegiatan
Berbahasa yang memberi dukungan yang
cukup terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar. Dari keempat aspek
ketrampilan berbahasa tersebut yang
paling penting bagi proses belajar
adalah menulis. Ketrampilan menulis
adalah modal utama dalam sekolah ataupun
masyarakat.
Dengan menulis siswa dapat memperoleh kesiapan belajar, dapat
Memperoleh kepekaan berfikir, dapat
memperluas pengetahuan. Dari
Ketrampilan menulis siswa dapat menulis,
ide atau gagasan dari siswa sendiri
Dengan menggunakan ketrampilan menulis perasaan
dan angan – angan yang
Seolah – olah ide itu pernah dirasakan
oleh dirinya.
Prinsip menulis sesuai dengan amanat
kurikulum pembelajaran menulis
tidak terpisahkan dsari aspek ketrampilan
berbahasa yang lain atau empat
aspek ketrampilan berbahasa. Dalam
pelaksanaan keempat ketrampilan itu
disajikan secara integrative meskipun
berfokus pada menulis. Ketrampilan ini
ini berdasarkan pada kedekatan
komunikatif. Pembelajaran bahasa
berlangsung secara menyeluruh atau
kolistik tidak dipisah – pisahkan.
Pengintegrasian pembelajaran menulis
dalam kurikulum dipaparkan
sebagai berikut.
- Pembelajaran menulis tidak dapat
dipisahkan dari membaca
- Pembelajaran menulis adalah pembelajaran
disiplin berfikir dan disiplin
Berbahasa
-
Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan Bahasa
-
Pembelajaran menulis merlangsung secara berjenjang adari hal yang mudah
sampai hal yang sulit menurut tingkatannya.
Semua
orang dapat menulis tetapi belum tentu dapat menulis dengan
benar dan belum tentu dapat menggunakan
huruf kapital dengan benar.
Harapan guru setelah siswa lulus atau
tamat belajar dari sekolah dasar
nantinya dapat terampil menulis dan
menggunakan huruf capital demgan baik
dan benar, dengan kata lain guru selalu
berharap siswanya mempunyai
prestasi yang memuaskan, maupun pelajaran
yang lain.
Namun dalam kenyataan setelah
diadakan evaluasi bersama khussnya
pelajaran menulis yang difokuskan pada
penggunaan huruf kapital dari
tingkat yang rendah sampai tingkat
tertinggi di sekolah dasar masih banyak
sekai kekurangan dan kesalahan –
kesalahan dalam menulis.
Perlu diketahui factor penyebab
ketidak tepatan dan ketidak benaran
dalam menggunakan huruf capital adalah
diantaranya :
- Kurang teliti
- Masa bodoh
- Menganggap tidak penting
- Rendahnya taraf kemampuan anak
- Rendahnya mint belajar
- Kurang konsentrasi dalam belajar
- Menganggap remeh atau ringan kesalahan –
kesalahan yang mereka perbuat sehingga kesalahan tersebut sering terulang.
Dengan
adanya kebiasaan yang kurang menguntungkan tersebut akan ada
dampak ada dampak negatif dari orang tua siswa
dan masyarakat, sehingga orang umum mengatakan bahwa anak – anak tamatan
Sekolah Dasar belum memiliki ketrampilan menulis dengan baik dan benar.
Untuk itu guru mempunyai tugas memberdayakan
dan mengupayakan agar anak - anak terampil dan mampu menggunakan huruf capital
dengan baik dan benar.
Oleh sebab itu penulis mnencoba untuk
mengangkat masalah tersebut dalam tulisan yang berjudul “ Peran kepemimpinan
guru dalam memberdayakan dan
Menggunakan huruf capital Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Sekolah Dasar “
B. Pembatasan
Masalah
Bahasa
Indonesia adalah suatu alat komunikasi, sebagai pemersatu bangsa
yang
notabene dalam penggunaannya harus baik dan benar, Hal – hal yang
timbul dalam kesalahan menulis huruf capital pada siswa meliputi :
1.
Faktor dari anak sendiri ( factor interen )
Pengaruh
factor internal terdiri dari :
a.
Kesalahan manusia dapat timbul karena pengaruh dari
diri anak
b.
Faktor fisik anak ( factor jasmani )
2.
Faktor dari luar ( factor esternal )
Faktor
dari luar diri anak juga banyak mempengaruhi situasi belajar menulis dan juga
sangat mungkin dapat menimbulkan kesalahan menulis pada anak. Faktor ini sangat
berhubungan dengan lingkungan yang terkait dan saling mendukung yang sering
disebut “Tripusat Pendidikan” yaitu :
1.
Lingkungan sekolah : Lingkungan sekolah yang kurang
mendudung saat berlangsungnya proses belajar dapat menimbulkan kurangnya
berhasilnya pembelajaran
2.
Lingkungan keluarga : Situasi lingkungan keluarga dapat
menimbulkan kurang berhasilnya dalam pembelajaran
3.
Lingkungan masyarakat : Lingkungan masyarakat adalah
sangat peka sekali terhadap pengaruh keberhasilan pengajaran.
Mengingat betapa luasnya pembahasan
mengenai keseluruan tersebut,
juga karena keterbatasan waktu dan
kemampuan, maka dalam tulisan ini
pembahasan akan dibatasi pada salah satu
factor dalam proses yaitu
keberadaan aguru dikaitkan dengan upaya
peningkatan sekolah dalam
perkembangan dan pengembangan SDM sesuai
dengan tututan zaman.
c. Rumusan
Masalah
Untuk mempermudah pembahasan perlu disusun
rumusan masalah yang
akan menjadi rambu – rambu pembahasan.
Adapun masalah rumusan dalam
tulisan ini ialah :
1.
Bagaimana langkah untuk mengetahui kesalahan dalam
menggunakan hurup capital terhadap siswa?
2.
Bagaimana upaya peningkatan penggunaan huruf capital?
3.
Bagaimana peran Guru dalam memberdayakan menggunakan
huruf kapital terhadap siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Langkah
Untuk Mengetaui Kesalahan Dalam Menggunaka Huruf
Kapital Terhadap Siswa
Dalam penulisan dalam Bahasa
Indonesia seharusnya ditulis dengan baik
dan benar.
Untuk mengetahui kesalahan dalam
menggunakan huruf capital pada
siswa
adalah diadakan analisis hasil belajar siswa. Ada beberapa hasil kerja
siswa
yang dapat dikaji kebenarannya dalam menggunakan huruf capital
ntara lain :
1.
Apabila siswa memahami pengertian huruf capital yang
berlaku menurut “Pedoman Utama Ejakan Bahasa Indonesia” yang berlaku disaat
sekarang yang disempurnakan di Indonesia
yaitu :
- Huruf
Kapital Bahasa Indonesia adalah aturan yang berlaku bagi penulisan kata – kata
Bahasa Indonesia dengan huruf yang benar.
2. Siswa
dianggap mampu menggunakan huruf capital dengan benar apabila
Siswa dapat menggunakan huruf
capital, sebagai berikut :
a.
Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada kalimat.
Misalnya
: Pekerjaan itu belum selesai
b.
Huruf capital sebagai huruf petikan langsung
Misalnya
: Adik bertanya,”Kapan kita pulng”
c.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapa yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti untuk
tuhan
Misalnya
: Allah, Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Alkitab,
Bersyukurlah kepadaNya
d.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan ketuhanan dan keagamaan yang diikuti orang.
Misalnya
: Mahaputra Yamin, sultan Hassanudin, Haji Agus Salim.
e.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama
jabatan dan pangkatnya diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempt.
Misalnya
: Wakil Presiden Try Sutrisno, Perdan Mentri Nehru.
f.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama unsur –
unsur nama orang.
Misalnya
: Amir Hanzah, Dewi Artika, Wage Rudolf Supratman.
g.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya
: Mesin Diesel, 10 Voll,m 5 Ampere.
h.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa dan bahasa.
Misalnya
: Bangsa Indonesia ,
suku sunda, bahasa Inggris.
i.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku dan dipakai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya
: mengindonesiakan kata asing, keinggris – inggrisan.
j.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijriyah, tarikh Masehi,
bulan Agustus, bulan
Maulid, hari Jum’at,
hari Galungan, hari lebaran.
k.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagainama.
Misalnya
: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaannya
bangsanya.
l.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi.
Misalnya
: Asia Tenggara, Dana Toba, Banyuwangi, Bukit
barisan,
m.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya
: Berlayar ke teluk, menyeberangi selat, mandi dikali, pergi
kearahg tenggara.
n.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama semua
unsure Negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan badan serta serta nama
dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya
: Republik Indonesia ,
Majelis Permusywaratan rakyat,
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaaan
o.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi Negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta
nama dokumen resmi.
p.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi Negara, lembaga kepemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta
nama dokumen resmi.
Misalnya
: menjadfi sebutan republic, beberapa badan hokum.
q.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat nama badan,
lembaga kepemerintahan dan
ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya : Perserikatan Bangsa –
Bangsa, Yayasan Ilmu – Ilmu social.
r.
Huruf capita dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,majalah,surat kabar,dan judul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk tidak terletak
posisi awal.
s.
Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama semua
unsure singkatan, nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya
: Dr. doctor, M.A. master of arts.
t. Huruf capita dipakai sebagai huruf pertama
kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacauan.
Misalnya
: - “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Harto.
-
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
u. Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacauan
dan penyapaan.
Misalnya
: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita
v. Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata ganti anda
Misalnya : -Sudahkah anda
tahu?
-Surat anda sudah kami
terima.
w. Dan lain-lainnya.
3.
Lamban dalam pengerjaan latihan-latihan yang diberikan
oleh guru, bahkan ia selalu tertinggal dalam melakukan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4. Menunjukkan
sikap tidak wajar, misalnya :
a.
Bersikap acuh saat proses belajar mengajar berlangsung.
b.
Suka membantah dan menentang.
c.
Suka pura-pura mengerjakan hal-hal lai yang mestinya
tidak ditugaskan atau tidak dikerjakan saat itu.
5.
Menunjukan tingkah laku yang berlainan, misalnya :
a.
Suka mengganggu temannya.
b.
Tidak mau mencatat hal-hal yang pentingdari keterangan
guru.
c.
Selalu bersikap pasif
d.
Tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
e.
Tidak mau belajar kelompok atau mengerjakan tugas-tugas
kelompok.
f.
Suka menunda tugas-tugas yang diberikan oleh guru
sehingga sering lupa apa yang ditugaskan, misalnya : pada pelajaran mendikte.
6.
Menunjukkan
emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah,
mudah menangis, tidak tertarik dalam menghadapi situasi yang semestinya menarik
dan mengasyikkan dalam kegiatan menulis.
Setelah
kita mengetahui cirri-ciri siswa yang mengalami kesulitan dalam menggunakan
huruf capital, maka kita harus mengetahui pula teknik-teknik untuk mengetahui
latar belakang kesulitan dalam menulis dengan huruf capital tersebut. Adapun
teknik-teknik untuk mengetahui kesulitan menulis adalah sebagai beikut :
a.
Analisis tingkah laku siswa melalui :
1.
Hasil observasi
Melalui observasi
terhadap tingkah laku anak, guru dapat
gambaran tentang
cara-cara anak menulis, tentang ketelitian
menulis, tentang
ketekunan dalam menulis, tentang kebiasaan
dalam menulis, tentang
kebiasaan-kebiasaan dalam menulis.
2.
Hasil wawancara
Melalui wawancara guru
akan mendapat keterangan bagaimana
anak
menanggapi dan menyikapi pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan
oleh guru. Juga guru dapat menanyakan secara
langsung
kepada siswa tentang hal-hal pribadi yang berhubungan
dengan
kesulitan menggunakan huruf capital yang dialami oleh
anak, tentang
persoalan yang dihadapi oleh anak atau mungkin
guru
dapat memberikan solusinya apabila terjadi kurang
kesesuaian
pandangan antara siswa dan guru sehingga
mengganggu proses transformasi
belajar.
b.
Analisa hasil belajar siswa dengan cara :
1.
Meneliti hasil pekerjaan siswa.
2.
Memberi nilai pekerjaan siswa.
3.
Meneliti buku
nilai siswa untuk mengetahui naik turunnya hasil pekerjaan.
c.
Pnggunaan test psikologi ini gunanya adalah untuk
mengetahui tentang kemampuan
dasar atau intelegensi, bakat kepribadian siswa. Tidak semua orang dapat
menggunakan tes psikologi dengan baik bahkan aabila penggunaannya tidak dapat
berbahaya. Untuk itu kalau harus menggunakan teknik ini sebaiknyua diserahkan
kepada para ahlinya.
B. Upaya Peningkatan Menggunakan Penggunaan
Huruf Kapital.
Upaya bimbingan terhadap siswa yang
kurang mampu menggunakan huruf capital dapat pula dikatakan sebagai acuan
keterampilan menulis dengan benar. Oleh karena itu hars dilaksanakan dengan
langkah-langkah yang cermat dan membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang tinggi
dari para guru. Sebagaimana bimbingan pada umumnya, bimbingan kepada anak yang
mengalami kesulitan belajar menulis dapat dilaksanakan melalui 5 langkah yang
dikemukakan jumbur (1975:104) :
1. Identifikasi Masalah
Untuk dapat memberikan upaya yang efektif
dan efisien waktu maka harus diketahui dengan benar sumber permasalahan tentang
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Tidak semua murid mengalami
kesulitan belajar pada mata pelajaran
yang lain. Penyebab kesulitan belajar pun juga berbeda-beda antara siswa yang
satu dengan yang lainnya. Untuk itu guru perlu mengetahui setiap permasalahan
yang menjadikan kesulitan belajar pada anak.
2. Diagnosa
Setelah kita
identifikasi masalahnya maka langkah berikutnya adalah menetapkan “kasus”
kesulitan yang dialami oleh siswa serta latar belakangnya.
Dalam hal ini guru
menetapkan siapa yang mengalami kurang mampu menggunakan huruf capital,kesalahannya
dimana dan apa latar belakang timbulnya kesalahan secara keseluruhan :
- Bagaimana
kemampuan dasar, bakat dan minat anak.
- Bagaimana
tingkah laku sehari-hari di dalam dan di luar kelas.
- Bagaimana
situasi rumah tangga di keluarganya.
- Apakah
mengalami gangguan kesehatan.
- Bagaimana
proses belajar mengajar di kelas, termasuk bagaimana guru
menyampaikan
pelajaran.
- Bagaimana
lingkungan pergaulan dan sebagainya.
3.
Prognosa
Setelah kita ketahui latar belakang
kesulitan menulis anak secara
tepat,
maka dapat kita perkirakan beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan
sesuai dengan sifat dan jenis masalah yang di hadapi.
Tindakan-tindakan
tersebut misalnya :
a.
Apakah perlu dilakukan pemeriksaan?
b.
Apakah perlu ditangani oleh seorang ahli secara khusus?
c.
Apakah perlu diberikan pelajaran tambahan?
d.
Apakah perlu dilakukan perubahan cara mengajar?
4.
Langkah Terapi
Langkah terapi ialah langkah
pelaksanaan pemberian atau upaya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar
menulis sesuai dengan keputusan yang telah diambbil sebelumnya. Dalam langkah
terapi ini siswa yang mengalami kesulitan belajar diberi bantuan dan bimbingan
menurut kebutuhan sesuai dengan masalah yang di hadapi anak sesuai dengan
masalah yang dihadapi anak sesuai hasil diagnosa. Pemberian bantuan harus di
berikan secara continyu dan sistematis dan selalu diamati perkembangannya.
5.
Langkah evaluasi dan tindak lanjut
Setelah dilaksanakan langkah terapi maka
harus diadakan penilaian
Terhadap upaya penilaian kemampuan
anak yang telah diberikan oleh
guru,
sehingga diketrahui sampai keberhasilan pelaksanaan upaya yang
diadakan itu. Disamping itu dengan
evaluasi dimaksudkan agar dapat
diketahui sampai keberhasilan
pelaksanaan upaya yang diadakan itu.
Disamping itu dengan evaluasi
dimaksudkan agar dapat diketahui evektif
Atau tidaknya pelaksanaan upaya yang
diberikan.
C. Peran
Guru Dalam Pemberdayaan Menggunakan Huruf Kapital
Penerapannya
Terhadap Siswa
1.
Peran Guru sebagai pejabat formal
Sesuai dengan ciri – ciri sekolah
sebagai organisasi yang bersifat
Komplek dan unik, fungsi guru dapat
dipandang sebagai pejabat formal,
Sebagai menejer, sebagai pemimpin
dan juga berperan sebagai staf.
Sebagai seorang pejabat formal pada
dasarnya seorang Guru mempunyai
Tanggung jawab terhadap atasan,
terhadap sesame atau lingkungan yang
Terkait, kepada bawahan bahwa sebenarnya
bertanggung jawab secara
Moral kepada murid. Berkaitan dengan
tantangan pendidikan untuk
Bertangung jawab melahirkan SDM yang
unggul di masa mendatang,
Guru
mempunyai tiga peranan sebagai pejabat formal, yakni interpersonal
(hubungan antar perseorangan)
informational roles (peranan informasi)
Dan desicional roles (pengambil
keputusan) Mintzberg, dalam
Sumidjo 89.
Sebagai figure, Guru sebagai
lambing atau sebagai citra. Citra dapat
Membawa image seseorang (masyarakat)
kepada gambaran mentalitas
Yang dimiliki seseorang.
Sebagai pemimpin, Guru
berperan untuk menggerakkan seluruh
Sumber daya, pembudidayaan etos
kerja dan produktifitas yang tinggi
Untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah disepakati.
Peran informal, guru
sekaligus sebagaim pengendali. Dalam hal ini
Guru berperan menerima dan menyebar
luaskan informasi dunia
Pendidikan ke elemen – elemen
sekolah lain.
Peran mengambil keputusan
merupakan peran yang amat fital untuk
membawa
lembaga yang dipimpinnya ke arah
perbaikan mutu pendidikan
yang ujung – ujungnya agar membawa
sekolah dapat meghasilkan SDM
yang unggul dalam masyarakat yang
kompetitif di masa depan.
2. Peran Guru Sebagai Manajer
Peran
praktis Guru didalam sekolah adalah manajemen atau mengatur
Semua elemen sekolah. Manajemen pada
dasarnya berarti melakukan
Suatu pekerjaan melalui orang – orang lain
untuk mencapai tujuan yang
Telah ditentukan (Sutopo, 1999;13). Hal
ini berarti Guru mempunyai
Peran untuk mengaktifkan dan mendayagunakan
semua asset dan
potensi yang ada dilembaga sekolah yang
dipimpinnya.
Peran gru sebagai perencana
merupakan proses kegiatan pemikiran
Dan penentuan prioritas yang harus
dilakukan secara rasional dalam
Rangkaian mencapai tujuan atau target
tertentu.
3. Peran Guru sebagai Pendidik
Lembaga pendidikan pada hakekatnya
bertujuan menghasilkan
Manusia berbudaya seperti yang di
isaratkan UU No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem pendidikan nasional pada pasal 1
ayat 1 bahwa pendidikan adalah
Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan,
Pengajaran, dan atau pelatihan bagi
peranannya dimasa mendatang.
4. Peran Guru Sebagai Pemberdaya Dalam
Mendidik
Guru berperan penting terhadap
pengajaran atau pembelajaran
Bahasa Indonesiadan menumbuhkan
ketrampilan berbahasa yang baik dan
Benar terhadap siswa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
mencakup (1) Ketrampilan
Menyimak (2) ketrampilan berbicara
(3) ketrampilan membaca (4)
Ketrampilan menulis, harus saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan agar
dalam
penggunaannya agar dapat berfungsi dengan baik dan benar.
Penggunaan huruf capital adalah
salah satu bagian pemberdayaan
Terhadap siswa, dalam menggunakan huruf
capital diharapkan sesuai
dengan kaidah – kaidah yang berlaku saat ini.
Keberhasilan pembelajaran Bahasa
Indonesia yamg baik dan benar
Adalah tonggak yang kokoh dalam menjunjung
tinggi nilai Bahasa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Tidak semua siswa dapat memperoleh keberhasilan dalam
belajar menulis,salah satu penyebab kegagalan menulis dengan benar adalah
karena siswa mengalami ketrampilan menulis yang tidak sama. Kesulitan belajar
menulis di latar belakangi oleh beberapa hal, dimana setiap anak yang mengalami
kesulitan dalam menulis mempunyai latar belakang yang berbeda – beda
2.
Guru sebagai penanggung jawab keberhasilan pendidikan
harus memiliki kemauan, kemampuan dan pengetahuan umtuk mengetahui kesulitan
anak didik dalam menggunakan huruf capital baik dengan pelajaran Bahasa
Indonesia maupun di pelajaran – pelajaran lainnya. Sewain mengetahui tingkat
kesulitan dalam penggunaan huruf capital guru hendaklah juga mencari upaya –
upaya untuk mengatasi kesulitan anak didiknya.
B. Saran
1. dalam
menangani kesulitan huruf capital terhadap siswa, Guru supaya menerapkan
langkah – langkah yang tepat dan cermat sehingga dapat berhasil dengan optimal.
2. Guru
hendaknya menggunakan berbagai macam metode dan dilaksanakan.
3. Guru
hendaknya pandai – pandai menarik perhatian siswa sehingga situasi kelas terasa
aman, nyaman dan menarik.
4. Dalam proses belajar mengajar hendaklah ada
umpan balik dari anak ke guru dan dari guru ke anak sehingga yang aktif bukan
hanya gurunya namun dua – duanya atau dengan istilah sekarang pendekatan
Kurikulum Berbasis Kopetensi.
5. Penulis
juga berharap mudah – mudahan para guru segera secara merata menerima
pembekalan – pembekalan Kurikulum Berbasis Kopetensi sehingga dalam harapan
pendidikan di Negara kita tidak terbelakang dengan Negara – Negara yang telah maju.
6. Penulis
mengharapkan di setiap lembaga sekolahg antara guru dan sisiwa ada ikatanyang
terpadu dalam mengembang misi pendidikan. Dengan kata lain guru senantiasa
selalu siap memotifikasi sehingga selalu tumbuh semangat dalam melaksanakan
tugasnya dan anak didikpun akan tertawa dari kebiasaan baik di sekolah
tersebut.
Sine, April 2009
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Umum Ejakan Berbahasa Indonesia
yang Disempurnakan, PN Balai
Pustaka, 1985
Usaha
Nasional, Surabaya .
Indonesia
W.J.S. Poerwardarminto, ABC Karang Mengarang, Yogyakarta
Tarigan, Prof.dr.Henri Guntur, Menulis, Basndung, 1989