HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KOPERASI INDONESIA MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 WARU SIDOARJO
KARYA TULIS ILMIAH
HASIL PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN HASIL
BELAJAR MATERI KOPERASI INDONESIA
MATA PELAJARAN
EKONOMI MELALUI METODE
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STAD
(STUDENT TEMS
ACHIEVEMENT DIVISION)
PADA SISWA KELAS
XI IPS SMA NEGERI 2 WARU SIDOARJO
Diajukan
guna melengkapi sebagai persyaratan
Usulan
Angka Kredit dari golongan IV /a ke golongan IV/b
Disusun oleh :
Tri Mugiarti, S.Pd
NIP. 131 561 314
PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 WARU SIDOARJO
2006
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang sedalam-dalamnya kehadirat Allah SWT
karena dapat terselesaikan karya tulis ilmiah ini dan didukung kesehatan
sehingga selesai tepat waktu. Penyusunan karya tulis ini semata-mata didasari
oleh keinginan meningkatkan profesionalisme di dunia pendidikan sekaligus untuk
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan. Terwujudnya karya tulis ini
bukan murni merupakan hasil pemikiran penulis, akan tetapi karena dukungan dan
sumbangan dari banyak pihak yang ikut membantu mengarahkan karya tulis ini
sehingga dapat terselesaikan
Penulis menyadari bahwa penyusunan hasil penelitian tindakan kelas ini
terdapat ketidak sempurnaan, oleh karena itu penulis sangat menghargai dan
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi
penyempurnaan hasil penelitian ini maupun penelitian-penelitian berikutnya.
Semoga laporan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak mengelola dalam bidang pendidikan.
Sidoarjo, Juli
2006
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ………………………………………………………… i
LEMBAR
PENGESAHAN …………………………………………………... ii
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………… iii
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………. iv
ABSTRAK
……………………………………………………………………. vi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……………………………………………….. 1
1.2
Rumusan Masalah ………………………………………………. 5
1.3
Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5
1.4
Manfaat Penelitian ……………………………………………. 6
1.5
Hipotesis Tindakan ……………………………………………. 6
1.6
Ruang Lingkup ………………………………………………… 7
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Tentang Pembelajaran Kooperatif ……………………… 8
A.
Pembentukan Tim Heterogen ……………………………. 12
B.
Presentasi Isi ………………………………………………. 14
C.
Diskusi Kelompok dan Latihan …………………………… 16
D.
Menilai Penguasaan atau Pemahaman Murid Terhadap
Materi Secara Individu …………………………………….. 17
E.
Menilai Score Perkembangan Tim dan Penghargaan
Kelompok …………………………………………………. 20
2.2
Hasil Belajar …………………………………………………… 23
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Subyek Penelitian ……………………………….. 26
3.2
Batasan Operasional Variabel …………………………………. 26
3.3
Tindakan Pendahuluan ……………………………………….. 27
3.4
Rencana Tindakan …………………………………………….. 28
3.5
Metode Pengumpulan Data …………………………………… 36
3.6
Analisis Data ………………………………………………….. 40
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Tindakan Pendahuluan ………………………………………… 43
4.2
Pelaksanaan Siklus I …………………………………………… 45
4.3
Pelaksanaan Siklus II …………………………………………… 57
4.4
Temuan Penelitian …………………………………………….. 65
4.5
Pembahasan …………………………………………………… 69
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ……………………………………………………. 73
5.2
Saran …………………………………………………………… 74
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Judul : Peningkatan hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ekonomi Materi Pokok Bahasan Koperasi Indonesia Kelas XI
Semester II Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams
Achievement Divison) Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo Tahun
Pelajaran 2005 / 2006.
Tinggi rendahnya hasil belajar
yang dicapai siswa dalam pembelajaran salah satunya ditentukan oleh metode
mengajar yang digunakan oleh guru. Salah satu alternatif metode pembelajaran
yang mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah penerapan
metode pembelajaran kooperatif dengan metode STAD (Student Teams Achievement
Divison). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI IPS 1 Semester Genap SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran
2005/2006 melalui penerapan metode pembelajaran Kooperatif model STAD. Subyek
penelitian yang digunakan siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo
Tahun Pelajaran 2005/2006. Metode Pengumpulan data berupa metode observasi,
metode dokumentasi, metode wawancara dan metode tes. Pengambilan data dilakukan
tanggal 2 s/d 6 Mei 2006. berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa
penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan model STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Ekonomi pokok bahasan Koperasi Indonesia yaitu
dapat mencapai ketuntasan secara klasikal dan individual dimana 84% yang
mendapat nilai rata-rata > 65 dan ketuntasan secara klasikal sebesar
88,8% ketercapaian pada siklus II
Kata Kunci : Metode Pembelajaran Kooperatif dengan Model
STAD dan hasil belajar siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Untuk mewujudkan perubahan dalam sistem pembelajaran, terdapat dua konsep
yangtak dapat dipisahkan satu sama lain yaitu belajar dan mengajar. Menurut
Sudjana, (1992:2) “ Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh
seseorang sebagai subyek yang meenrima penjelasan, sedangkan mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar”. Dua konsep belajar
dan mengajar ini akan terpadu manakala terjadi interaksi guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor yang sangat mempengeruhi
keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu hendaknya guru meenrapkan metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas dan mata pelajaran.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam era
globalisasi sekarang ini akan membawa perubahan dalam segala bidang termasuk di
bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan salah satunya menyangkut
hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa dalam.
Perubahan pada guru, dapat merubah penggunaan pembelajaran yang masih bersifat
individualistik dan kompetititf yang mewujudkan ketidaknyamanan siswa dalam
belajar dan diharapkan dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang bisa mewujudkan
keaktifan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Pembelajaran ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang dihubungkan
dengan lingkungan dan mengembangkan kemampuan ssiwa dalam melakukan kegiatan
ekonomi dengan mengenali berbagai peristiwa ekonomi, memberikan pemahaaman
tentang konsep dan teori ekonomi serta melatih siswa untuk memecahkan masalah
ekonomi sehari – hari baik yang terjun di lingkungan masyarakat ataupun tempat
lain (Depdikbud 1994). Jadi pelajaran ekonomi memberikan pengetahuan kepada
siswa mengenai perekonomian masyarakat secara nyata yang akhirnya membuat siswa
tertarik untuk mempelajarinya.
Kondisi pembelajaran di SMA Negeri
I Waru Sidoarjo khususnya siswa kelas XI masih memerlukan perhatian yang
serius. Hal ini dapat dilihat pada saat peneliti melakukan observasi awal pada
bulan Mei tahun 2006 dengan cara mengikuti proses pembelajaran pelajaran
ekonomi kelas XI IPS 1. Untuk melihat tingkah laku siswa selama pembelajaran
ekonomi berlangsung dan untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dan
instropeksi bagi peneliti. Hasil yang diperoleh bahwa aktifita siswa selama
mengikuti pelajaran, cenderung duduk diam dan tidak aktif yang ditunjukkan
dengan bicara sendiri antar teman sebangku, kurang bergairah dan enggan
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kurang aktif siswa dalam mengikuti
pembelajaran dikarenakan seorang guru maih menggunakan metode ceramah dan
penugasan terhadap siswa.
Di samping peneliti melakukan observasi awal juga berusaha mengumpulkan
data mengenai prestasi belajar siswa. Menurut data yangdiperoleh dari guru mata
pelajaran ekonomi terlihat prestasi yang diraih siswa masih rendah yang dapat
dilihat pada nilai ulangan harian kelas XI IPS 1 materi pokok Koperasi
Indonesia. Adapun nilai rata – rata masing – masing kelas di kelas XI IPS 1
yaitu sebagai berikut, kelas XI. IPS 1 = 60, kelas XI IPS 2 = 68. Jadi dari
hasil belajar siswa kelas XI tersebut maka semua siswa kelas XI IPS masih
memerlukan perhatian khusus guna memperbaiki nilai mereka yang masih dibawah
Standard Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM), namun karena keterbatasan waktu dan
kemampuan, maka peneliti memutuskan untuk mengambil salah satu kelas yang
paling rendah hasil belajarnya yaitu kelas XIIPS 1 dengan nilai rata – rata
terendah diantara kelas yang lain pada mata pelajaran ekonomi yaitu mencapai
nilai rata – rata 60 dengan ketuntasan klasikal 54,20%. Nilai tersebut belum
memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal. Adapun kriteria ketuntasan hasil
belajar dapat dinyatakan sebagai berikut :
1.
Daya serap perorangan. Siswa disebut telah tuntas
belajar bila mencapai skor > 65
2.
Daya serap klasikal, kelas disebut telah tuntas belajar
jika dikelas tersebut terdapat > 85 % dari jumlah siswa yang telah
mencapai nilai > 65. (Depdikbud, 1996:2)
Strategi pembelajaran yang baik adalah apabila seorang
guru mempunyai perangkat mengajar lengkap dan menguasai materi. Menurut
Djamarah (1996:6) salah satu strategi dasar penting sebagai pedoman
melaksanakan strategi pembelajaran agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan,
diperlukan strategi pemilihan metode dan model pengajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa. Selama ini strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran ceramah secara klasikal.
Sistem pengajaran yang klasikal, akan membuat siswa merasa bahwa pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru tertalu sepat sehingga mereka cenderung ketinggalan
dengan teman mereka yang pintar dalam proses menyerap pelajaran.
Adapun strategi pembelajaran yang dapat mendorong
semangat belajar siswa, agar siswa tidak bosan dan memperhitungkan karateristik
siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif (Ibrahim, 2000). Metode pembelajaran kooperatif
terdapat model TGT (Team games Turnament). Dan STAD ( Student Teams
Achievement Division). Model pembelajaran STAD adalah salah satu cara dalam
metode pembelajaran kooperatif yang dapat menumbuhkan kemampuan kerjasama,
berfikir kritis dan dapat membantu teman dalam memahami maetri pelajaran secara
bersama – sama.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran STAD di
atas maka secara garis besar pembelajaran STAD ini dapat mewujudkan sistem
pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat materi
pelajaran secara bersama – sama tanpa danya persaingan yang tidak berarti antar
siswa. Harapan yang diwujudkan jika diterapkan model pembelajaran STAD yang
menekankan pada kebersamaan dan kegotongroyangan pada pelajaran ekonomi adalah
meningkatkan hasil belajar dan memudahkan siswa memahami konsep ekonomi. Selain
itu dengan adanya pelajaran ekonomi yang telah ditempuh siswa di sekolah,
mereka bisa mempraktekan konsep teori ekonomi dari sekolah tersebut diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari.
Hal tersebut merupakan pendorong peneliti untuk
mencoba meneliti tentang : “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas XI semester ganjil Materi Pokok Koperasi Indonesia
Melalui Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division). Di
SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2006 – 2007
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut : “ Apakah penerimaan metode
pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division).
Pada mata pelajaran ekonomi materi pokok Koperasi Indonesia dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas XI semester ganjil di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo
Tahun Ajaran 2006 – 2007.
1.3 Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah dengan
diterapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas XI
semester ganjil mata pelajaran ekonomi materi pokok Koperasi Indonesia di di
SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2006 – 2007, maka hasil belajar siswa
dapat meningkat yang memenuhi standart kriteria ketuntasan belajar baik secara
individu dan secara klasikal yang ditunjukkan dengan 85 % dari jumlah siswa
dapat mencapai nilai rata – rata > 65.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
dicapai dari hasil penelitian ini adalah :
- Bagi guru ekonomi
Sebagai acuan dalam pengelolaan pembeloajaran
terciptanya kualitas pembelajaran dan sebagai sumbangan tentang bagaimana cara
meenrapkan metode pembelajaran dengan model STAD pada pelajaran ekonomi.
- Bagi Siswa
Untuk mengetahui hasil belajar pelajaran ekonomi
mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.
- Bagi sekolah atau Lembaga Pendidikan
Sebaga sumbangan
pemikiran demi meningkatkan mutu pendidikan
- Bagi Peneliti Lain
Sebagai motivasi
dan rangsangan untuk melakukan penelitian yang sejenis sekaligus pengembangannya
1.5 Hipotesis
Tindakan
Jika menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD maka hasil
belajar siswa pada materi Koperasi Indonesia, pelajaran Ekonomi kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Waru, Sidoarjo Tahun 2005/2006 dapat meningkat. Peningkatan hasil
belajar diukur dengan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu >
85 % (Depdikbud 1995). Peningkatan
hasil belajar siswa dapat ditunjukkan melalui nilai hasil ulangan harian yang
berupa pre tes dan post tes
1.6 Ruang
Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Waru,
Sidoarjo Tahun Ajaran 2005 / 2006. Tindakan yang dilakukan adalah pada
pembelajaran ekonomi maetri pokok Koperasi Indonesia dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model STAD dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa dan mengembangkan pola berfikir melalui permainan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
Tentang Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang sekarang
sangat populer, sebagai pencerminan perubahan kurikulum baru. Kurikulum baru
menekankan pada keaktifan dan keikut sertaan siswa secara aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa mampu menciptakan ide – ide pemikiran sendiri
mengenai konsep pelajaran yang diikuti, oleh karena itu diperlukan penggunaan
metode yang mampu memudahkan siswa memahami teori. Hal ini sesuai dengan tujuan
kurikulum SMU 1994 dan Suplemen 1999 pada mata pelajaran ekonomi, pembelajaran
ekonomi diterapkan dengan maksud untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
melakukan konsep ekonomi sebagai sarana pemecahan masalah ekonomi dalam
masyarakat (Depdikbud, 1999). Jadi manfaat siswa mengikuti pelajaran ekonomi dengan metode pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar mampu menjadi bekal terjun
dalam masyarakat.
Menurut Pambudi (2002 ; 64) “Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode
pembelajaran yang berorientasi pada belajar bersama dalam suatu kelompok kecil
untuk mendiskusikan masalah secara bersama dengan anggota kelompok, sehingga
masalah yang sulit dapat terpecahkan”. Berdasarkan karateristik pembelajaran
kooperatif tersebut, dapat disimpulkan bahwa ; pertama pembelajaran
kooperatif mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis, gotong royong
dan aktif dalam memecahkan permasalahan materi kelompok bersama -sama, kedua pembelajaran kooperatif
berbeda dengan kerja kelompok biasa, yang biasa diasumsikan sebagai aktivitas
kerja kelompok dimana siswa diharapkan berkelompok untuk menyelesaikan tugas –
tugas yang diberikan. Kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif memunculkan
rasa tanggung jawab untuk keberhasilan bersama dan menumbuhkan rasa sosial pada
diri siswa, ketiga tidak setiap kegiatan kerja kelompok dapat dikatakan
pembelajaran kooperatif walau pembelajara kooperatif terjadi dalam suasana
kerja kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Badeni (2002 : 143) bahwa hanya
kerja kelompok yang memenuhi kriteria karaktersitik pembelajaran kooperatif
yang dapat dikataka bahwa kerja kelompok adalah sebagai pembelajaran
kooperatif.
Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari dua model pembelajaran yaitu
model pembelajara STAD (Student Tams Achievement Divinision) dan TGT (Team
Games Tournament) (saminan, 2002 : 132) model STAD merupakan palig
sederhana ari pembelajaran kooperatif, dimana setelah berlangsung pembelajaran
secara kooperatif siswa diberi tes I dan II untuk mengetahui kemampuan akademik
secara individual.
2.1.1
Teori tentang model pembelajaran STAD (Student Tams
Achievement Divinision)
Model pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin di John Hopkins University pegertian
model pembelajaran STAD adalah siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil dengan
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran lain untuk mentuntaskan
materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
materi pelajaran melalui tutorial, kuis dan diskusi (Lestari, 2004 : 25)
Berdasarkan penegrtian STAD seperti di atas dapat disimpulkan dalam
pebelajaran STAD, siswa dibentuk untuk belajar dalam kelompok, bergotong royong
untuk memecahkan permasalahan materi secara bersama dan berusaha membantu siswa
memahami konsep-konsep materi yang sulit sehingga mewujudkan pengembangan
keterampilan sosial diri siswa. Adapun ciri-ciri pembelajaran STAD menurut
Carin (dalam Aisyah N, 2000 : 58) sebagai berikut :
a.
Setiap anggota mempunyai peran
b.
Terjadi interaksi langsung diantara siswa
c.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajarnya dan juga tim-tim yang sekelompoknya
d.
Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran STAD di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang dibentuk untuk tugas
belajar bersama, menjalankan tugas yang diberikan dalam bentuk lembar kegiatan
siswa sebagai panduan belajar. Selain itu siswa diharapkan mampu belajar
bertanggung jawab atas peran yang diperoleh masing-masing siswa dan meraih
sukses tim. Yang perlu diperhatikan lagi oleh siswa, kelompok mereka akan
sukses apabila semua anggota tim berpedoman pada peraturan yang ada. Peraturan
tersebut adalah berupa peran-peran yang harus diemban siswa pada saat diskusi
kelompok berlangsung.
Peran seperti yang diungkapkan ahli diatas, digunakan siswa dalam rangka
mengerjakan lembar kerja kegiatan siswa dalam kelompok agar tidak terjadi kegaduhan dan agar tercipta interaksi yang
positif yaitu segala tingkah laku siswa tercermin dari peran yang diembannya.
Sistem kerja dalam pembelajaran model STAD siswa merupakan peran tersendiri
sehingga kemungkinan siswa yang terlihat santai tidak ada. Harapan bagi siswa
agar selalu berinteraksi antar teman dan mempunyai kesadaran untuk bersama-sama
bertanggungjawab atas kesuksesan tim karena mereka bukan saja mengerjakan
sesuatu di dalam kelompok tetapi yang lebih penting adalah bagaimana bisa
belajar dalam kelompok. Bagi guru sebagai fasilisator, pembimbing siswa bila
diperlukan dan apabila siswa merasa mengalami kesulitan dalam memahami materi
pokok bahasan Koperasi indonsia dalam diskusi.
2.1.2
Langkah-langkah model pembelajaran STAD
Langkah-langkah dalam model pembelajaran disni adalah untuk mengetahui lebih
jauh bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model
STAD dalam kelas. Langkah-langkah penerapan pembelajaran STAD ini mengacu pada
komponen-komponen pembelajaran model STAD yang diambil dari pendapat ahli.
Menurut Cooper (1999 : 284) model pembelajaran STAD mempunyai lima dasar
komponen, antara lain :
1)
Pembentukan tim heterogen
2)
Presentasi isi
3)
Kegiatan belajar dalam kelompok
4)
Menilai penguasan atau pemahaman murid terhadap materi
secara individu
5)
Menghitung nilai atau score kemajuan perkembangan tim
dan penghargaan prestasi yang dicapai.
Berdasarkan komponen pembelajaran STAD tersebut, dapat dijelaskan bahwa
komponen-komponen tersebut sekaligus digunakan peneliti sebagai langkah-langkah
dalam menerapkan model STAD. Selain itu pembelajaran model STAD merupakan usaha
atau prosedur yang digunakan oleh guru untuk mencdapai ketuntasan belajar siswa
yang merata, melihat keberhasilan siswa dalam belajar. Harapan terhadap siswa
adalah lebih mementingkan sikap daripada tehnik yaitu partisipasi aktif agar
penerapan model pembelajaran ini lancar dan dapat dengan yang diharapkan yaitu
hasil belajar yang meningkat.
A.
Pembentukan Tim Heterogen
Pembelajaran dengan menerapkan model STAD, siswa dibentuk menjadi
beberapa kelompok dalam satu kelas. Menurut Cooper (1999 : 284), “to form
learning teams, the teacher first computes the current achievement level of
each student-in the whole class and ranks, student by achievement”. Maksud
dari kutipan tersebut adalah untuk membentuk kelompok belajar, pertama guru
memperhitungkan nilai rata-rata ketercapaian siswa tersebut. perhitungan
rangking dan ketercapaian tersebut sangat penting yaitu sebagai dasar
pembentukan kelompok belajar. Penilaiannya pengelompokkan dalam pembelajaran
karena adanya perbedaan karakteristik individu masing-masing siswa. Dari
perbedaan itulah diharapkan siswa bisa belajar bersama dan bercampur dalam
keragaman.
Menurut Badeni (2002 : 143) “dalam pembentukan kelompok para guru pelru
mengorganisir siswa menjadi lebih banyak kelompok dengan maksud agar siswa
dapat tercampur secara heterogen atas dasar kemampuan akademik, status sosial
ekonomi, suku, agama, gender, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Slavin (dalam
As’ari, 2001 : 1) pembentukan kelompok didasarkan pada anggota yang heterogen
seperti ada yang pintar, sedang, rendah pria-wanita, latar belakang etnis yang
berbeda, serta para siswa dibagi kedalam kelompok empatan.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas tentang pembentukan
kelompok, pada umumnya siswa dibentuk dalam perbedaan kemampuan akademik, jenis
kelamin, dan etnis, hal ini bisa dijadikan pedoman bagi peneliti dalam
mengambil keputusan pembentukan kelompok. Pertama, setiap kelompok tersusun
atas 5 siswa yang merupakan persalingan dari kelompok prestasi akademik, jenis
kelamin, suku yang berbeda. Kedua, pementukan kelompok dengan menyebarkan siswa
yang pandai kedalam beberapa kelompok yang berbeda, siswa yang kemampuan
belajar menengah dan rendah diminta untuk memilih salah satu kelompok dengan
tidak terlepas dari awasan peneliti. Tujuan penyebaran siswa secara heterogen
disini adalah membiasakan siswa belajar dengan semua teman dalam satu kelas
tanpa ada perbedaan sehingga tumbuh kesadaran dan kepekaan sosial atas pribadi
siswa.
Secara umum kelompok heterogen sangat disukai oleh para guru dalam
pembelajaran karena beberapa alasan, menurut Lie (2002 : 50) adalah sebagai
berikut :
1)
Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung
2)
Kelompok ini meningkatkan relasidan interaksi ras,
etnis, gender
3)
Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan
satu sistem untuk setiap tiga orang.
Dalam penelitian ini, yang merupakan tujuan dan fungsi utama dari
pembentukan kelompok serta hal-hal yang sesuai dengan pendapat di atas adalah
untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok benar-benar belajar dan
mengharapkan semua anggota tim belajar dengan baik. Selain itu, untuk memastikan
semua anggota bisa mengerjakan soal, peneliti menunjuk salah satu siswa yang
pintar menjadi asisten guru atau disebut tutor. Dengan adanya tutor diharapkan
mampu membantu guru untuk memberikan penjelasan, motivasi kepada teman dalam
satu kelompok yang belum bisa memahami materi pelajaran.
Menurut Djamarah, (2002 : 114) motivasi sangat diperlukan dalam
pembelajaran karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak
akan mungin melakukan aktivitas belajar. Aktivitas belajar sangat dibutuhkan
selama proses belajar kelompok, selain itu adanya tim yang tampak dan mempunyai
semangat serta motivasi dapat digunakan sebagai sarana mencapai tim yang
sukses.
B.
Presentasi Isi
Dalam presentasi isi yang menjadi sumber belajar atau
yang mendominai adalah guru. Guru menjelaskan secara ceramah kepada murid
tentang bagaimana pembelajaran STAD akan diterapkan dan mengenai materi
pelajaran, untuk itu diperlukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran STAD agar
sesuai dengan konsep penerapan pembelajaran. Adapun langkah-langkah kegiatan
dalam presentasi isi, menurut As’ari (2000:5) antara lain :
(1)
Pembukaan, yaitu bangkitkan motivasi siswa melalui
masalah-masalah sehari-hari, meminta siswa membentuk kelompok dan kaji segala
macam keetrampilan dan informasi prasaryarat.
(2)
Pengembangan, demonstrasikan konsep secara aktif dengan
menggunakan ata bantu, menilai pemahaman siswa, jelaskan mengapa jawaban salah
atau benar, pindah ke konsep berikutnya jika siswa telah menguasainya
(3)
Latihan terbimbing meminta siswa mengerjakan soal,
panggil siswa secara acak.
Berdasarkan langkah-langkah dalam presentasi isi tersebut, peran seorang
guru pada saat mempresentasikan materi yang akan didiskusikan adalah guru
menyampaikan materi pelajaran secara garis beasar dan menyajikan konsep-konsep
ekonomi yang bersifat sebagai pengantar diskusi siswa. Bagi siswa hal yang
harus diperhatikan selama guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan
sistem pembelajaran ini, siswa harus bersungguh-sungguh memperhatian dan
benar-benar paham materi yang disampaikan guru, karena hal ini akan menolong
mereka dalam mengerjakan tugas kelompok dan akan menentukan keberhasilan
kelompok mereka. Jadi siswa secara nyata harus serius mengikuti
petunjuk-petunjuk guru sebagai pertanggung jawaban atas perolehan nilai akhir
individu dan kelompok pada akhir pembelajaran.
C.
Diskusi Kelompok dan Latihan
Langkah ketiga dari pembelajaran model STAD adalah tahapan inti atau
kegiatan belajaran kelompok. Pertama guru memberikan peran atas bagi setiap anggota
dalam kelompok. Adapun peran yang harus dikerjakan oleh siswa itu sendiri
menurut Rusmansyah (2003 : 185) “Di dalam belajar kelompok setiap siswa akan
mendapat tugas dan peran sendiri-sendiri, tugas tersebut secara umum meliputi
antara lain :
a.
Siswa 1 : membaca eprtanyaan, informasi apa yang
diberikan apa yang masih bisa digunakan untuk menjawabnya ?
b.
Siswa 2 : mencari,. Menjelaskan dan menuliskan informasi
yang didapatkan dari anggota kelompok yang lain ;
c.
Siswa 3 : menuliskan jawaban-jawaban atau informasi yang
didapat dari setiap anggota kelompok
d.
Siswa 4 : mengecek jawaban
Peran tersebut di atas diharapkan setiap anggota kelompok harus dijalani
hingga semua siswa termotivasi untuk memulai diskusi dan bisa memacu motivasi
siswa pandai untuk lebih bertanggung jawab pada kelompoknya karena peran
sebagai tutor yang diembannya membuat dia lebih terbuka diri untuk memantu
teman sekelompoknya dalam menyelesaikan tugas kelompok. Adapun langkah kedua
dari kegiatan ini adalah guru menyebarkan tugas dalam kepada setiap kelompok
berupa lembar kerja sebagai latihan dan anduan mereka dalam belajar kelompok.
Belajar di dalam tim, kegiatan yang dilakukan siswa adalah mencoba
masalah-masalah dan dipraktekkan secara bersama-sama juga serta secara
perorangan menjelaskan solusi-solusi mereka, mengkomentari cara pemecahan satu
sama lain dan membagi pandangan-pandangan mereka tentang inti permasalahan dari
lembar kerja. Untuk melihat apakah siswa tersebut belajar sesuai dengan peran dalam
kelompok. Untuk melihat apakah siswa tersebut belajar sesuai dengan peran dalam
kelompok, ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh siswa agar
mencapai tim yang sukses, yaitu seperti yang diungkapkan oleh Rumansyah (2003 :
186) antara lain :
a.
Setiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan
bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi ;
b.
Tidak seorang pun menghentikan belajarnya sampai semua
anggota menguasai materi
c.
Bertanya kepada semua anggota kelompok untuk membantu
sebeum menanyakannya kepada guru
d.
Setiap anggota kelompok harus berbicara satu sama lain
dengan sopan
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar
mengajar akan berhasil apabila semua murid mencapai pemahaman materi baik secara
individu maupun kelompok dan dapat secara gotong royong saling membantu untuk
mencapai keberhasilan dalam menguasai materi dari kesuksesan bersama dalam satu
tim belajar.
D.
Menilai Penguasaan atau Pemahaman Murid Terhadap
Materi Secara Individu
Tahap kegiatan keempat dari pembelajaran kooperatif model
STAD adalah tahapan mengukur pemahaman murid setelah diskusi atau kegiatan inti
dilakukan.
1)
Tahapan menguji kinerja individu
Setiap siswa harus mendapatkan pengakuan nilai dari kegiatan belajar yang
telah dilalui bersama. Untuk menentukan nilai mereka harus melalui suatu tes
yang dalam pengerjaanya tidak ada bantuan dari teman yaitu bekerja sendiri.
Pada tahap pemberian tes setiap siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu
seperti pada waktu diskusi, mereka berusaha untuk bertanggung jawab secara
individual. Tes dilakukan guna melihat sampai sejauh mana tingkat keikutsertaan
siswa dalam pembelajaran yang telah diikuti sehingga apabila hasil tes baik dan
mengalami berarti siswa berhasil dalam mengikuti pembelajaran dengan model STAD
ini. Oleh karena itu dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengetahui bagaimana menguji kinerja siswa dalam diskusi yang telah
dilakukannya, pada umumnya dilakukan tes individu secara serentak. Arti daripada
tes itu sendiri menurut Arikunto, (2001 : 53) menyatakan bahwa, “Tes adalah
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”.
Berdasarkan pengertian tersebut nantinya hasil daripada tes digunakan dan
diperlukan guru mengetahui tingkat ketercapaian siswa baik sebelum dan sesudah
pembelajaran. Untuk mengetahui nilai kinerka individu, pada saat evaluasi guru
memberikan skor pada setiap nomer soal yang akan diteskan dan setiap nomor tes,
skornya tidak sama. Jumlah skor tes merupakan nilai kinerka individu, yang
nantinya bisa digunakan sebagai sumbangan individu siswa terhadap kelompoknya.
Jadi baik buruknya atau apakah tim tersebut mendapatkan penghargaan dan sukses,
tergantung dari sumbangan skor kinerja individu siswa sebagai anggota kelompok
dalam suatu tim belajar.
2)
Penskoran peningkatan individu
Penskoran peningkatan individu adalah skor yang dicapai
siswa yang berasal dari selisih antara skor dasar dengan skor tes setelah
penerapan STAD. Siswa pada akhir pembelajaran dapat mengetahui peningkatan skor
atas kegiatan pembelajaran dengan model STAD yang telah mereka lakukan. Menurut
Rumansyah (2003 : 186) mentakan bahwa “Tujuan memberikan skor peningkatan
individu adalah memberikan kesempatan bagi hasil kerja maksimal yang telah
dilakukan setiap individu untuk kelompoknya”. Untuk menentukan skor yang diperoeh
oleh siswa yaitu dengan melihat selisih perolehan skor tes terdahulu atau tes
pendahuluan dengan skor tes setelah diadakan tindakan. Skor tes terdahulu
adalah tes pendahuluan yang diambil dari pre tes sebelum tindakan dimulai.
Adapun prosedur penskoran dalam model STAD sesuai dengan pendapat brahim
(2005 : 57) adalah dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1 : Pola peningkatan individu
Nilai
Ulangan
|
Poin
|
Nilai melebihi
10 poin skor dasar
Nilai kurang
dari 10 poin dibawah nilai awal
Nilai sama
atau lebih dari 10 poin dari nilai awal
Nilai melebihi
10 poin di atas nilai awal
Pekerjaan
sempurna (tanpa melihat skor dasar)
|
0
poin
10
poin
20
poin
30
poin
30
poin
|
Sumber : Ibrahim
Tabel diatas dijadikan patokan guru dalam memberikan poin peningkatan
individu apakah siswa mengalami peningkatan nilai setelah diadakan tes I, II
dan seterusnya, yang menjadi acua adalah nilai skor dasar yaitu nilai tes
pendahuluan. Misalnya, apabila jumlah skor siswa pada tes pendahuluan adalah
mencapai nilai 71, kemudian pada tes 1 jumlah skornya turun menjadi 39, maka
siswa terseut poin yang dicapai turun lebih dari 10 poin maka dia mendapatkan
nilai 0 poin tidak ada peningkatan hasil belajar.
E.
Menilai Score Perkembagan Tim dan Penghargaan Kelompok
Penghitungan skor perkembangan tim dan penghargaan pada setiap kelompok
dilakukan setelah kegiatan penghitungan skor peningkatan individu selesai dan
setelah siswa dinyatakan mendapatkan poin peningkatan individu. Besarnya poin
yang disumbnagkan tiap siswa kepada timnya ditentukan oleh berapa skor siswa
setelah tindakan melampaui rata-rata skor tes diwaktu lalu. Hasil tes skor dan
setiap individu diberi poin perkembangan. Poin perkembangan ini tidak
berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor
itu melampaui rata-rata siswa yang lalu. Selanjutnya poin yang diperoleh
individu siswa tersebut disumbangkan ke kelompok dan dijumlahkan untuk membuat skor tim dan
tim yang memenuhi kriteria terbaik berhak mendapatkan hadiah sebagai penghargaan
atau reward.
Menurut Rumansyah (2003 : 186), “Penghargaan kelompok atas poin
perkembangan kelompok yang telah diperoleh”. Perkembangan kelompok berasal dari
besar kecilnya poin yang disumbangkan tiap siswa kepada timnya. Untuk
menentukan kelompok yang berhak mendapatkan perhitungan adalah ada tiga
kriteria pemberian penghargaan diberikan seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim,
(2000 : 60) menyatakan bahwa “ada tiga tingkat penghargaan didasarkan pada
rata-rata nilai kelompok yaitu dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 : Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria
|
Penghargaan
|
15
– 20
21
– 25
26
– 30
|
Cukup
baik
Baik
Terbaik
|
Sumber : Ibrahim
Berdasarkan tabel tersebut diatas, untuk menyatakan bahwa kelompok
tersebut mendapatkan penghargaan cukup baik, baik dan terbaik adalah dengan
cara menjumlahkan poin individu telah disumbangkan setiap anggota kelompok.
Hasil penjumlahan tersebut bagi dibagi dengan jumlah siswa tersebut dalam satu
kelompok yang berjumlah 5 siswa, dari hasil bagi tersebut misalnya apabila
hasilnya dibawah kriteria 15 berarti kelompok tersebut di beri penghargaan
sebagai tim yang “cukup baik”. Penghargaan kelompok diberikan dengan tujuan
untuk meningkatkan motivasi siswa agar melakukan yang terbaik dalam belajar dan
untuk kesuksesan tim. Untuk mendapatkan tim yang terbaik dan bisa memperoleh
penghargaa, mereka harus saling kerjasama tolong menolong dan saling membantu
dalam usaha menguasai materi yang dijasikan oleh guru. Model pembelajaran STAD
ini sangat berguna untuk membantu siswa menumuhkan kemampuan kerjasama,
berfikir kritis, dan kesadaran dalam membantu teman.
Penerapan pembelajaran model STAD ini selain diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar juga sebagai upaya mengurangi gap atau pemisah antara
siswa yang pandai dan rendah, juga mewujudkan kesadaran sikap sosial yang baik
dan memberikan pengertian bahwa mnausia itu adalah sama serta agar semua murid
yang belajar mempunyai rasa bersatu untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Apabila hal-hal seperti di atas dilaksanakan dengan baik maa tujuan
pembelajaran kooperatif tercapai.
Tujuan pembelajaran kooperatif secara umum adalah mengefektifkan
pembelajaran dan berusaha membaurkan siswa agar bisa belajar bersama. Untuk
mewujudkan hal tersebut diterapkanlah model pembelajaran yang mampu mewujudkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Model terseut adalah pembelajaran model
STAD, dimana selain bisa mengefektifkan dan membaurkan siswa dalam belajar,
juga mempunyai kelebihan-kelebihan yang nantinya dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung keberhasilan siswa.
Adapun kelebihan penerapan model STAD adalah seperti yang diungkapkan
oleh Muhamad (dalam Fauziah, 2002 : 10) antara lain :
1)
dapat mengerjakan tugas dengan cepat individu yang
lebih besar ;
2)
menumbuhkan kemampuan bersama ;
3)
penerimaan terhadap ketergantungan individu yang lebih
besar ;
4)
adanya saling ketergantungan yang positif karena
tanggung jawab hasil belajar seluruh anggota kelompok ;
5)
materi yang diajarkan siswa melekat untuk periode waktu
yang lebih lama ;
6)
siswa dapat berfikir kritis
berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran dengan model STAD dapat menumbuhkan rasa sosial dan gotong royong
dalam belajar dan menumbuhkan rasa kesadaran untuk menerima keberadaan yang
akhirnya timbul motivasi untuk saling membantu dan semangat dalam belajar.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, seorang guru dalam usaha menerapkan sistem
pembelajaran tidak terlepas dari berbagai hambatan yang berarti dan dapat
sedikit mempengaruhi usaha guru dalam menerapkan strategi pembelajaran.
Hambatan yang ada tidak dihiraukan begitu saja namun dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dan sebagai faktor penggangu dalam kegiatan penerapan strategi
pembelajaran.
Adapun faktor pengganggu atau dapat disebut juga kelemahan dari strategi
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1)
Membutuhkan banyak waktu, untuk mengatasi hal ini
dengan cara mengoptimalkan kerja kelompok.
2)
Guru tidak dapat memberikan bimbingan secara individu
karena pembelajaran kooperatif merupakan kerjasama kelompok (Muhammad dalam
Fauziah, 2002)
2.2 Hasil
Belajar
Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil atau tidak
dapat dilihat dari hasil usaha yang yelah dilakukan selama pembelajaran
berlangsung. Untuk melihat hasil belajar yang telah dicapai siswa dapat
dilakukan melalui evaluasi belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri
menurut Sudjana (1999 : 22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
meneria pengalaman belajarnya. Jadi guru bisa melihat peningkatan hasil
belajar, kemampuan siswa secara maksimal dapat diukur setelah dilakukan
tindakan pembelajaran.
Dalam penelitian ini yang diukur adalah tingkat pemahaman atau kemampuan
siswa atas pengetahuan yang telah disampaikan guru dalam proses pembelajaran.
Jadi sampai sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat diukur
melalui tes. Dari tes ini kemudian dilakukan suatu evaluasi. Menurut Irawan,
(2001 : 25) “ Secara umum ada dua macam evaluasi yang kita kenal yaitu evaluasi
belajar atau evaluasi substantif dan sering pula disebut ts atau pengukuran
hasil belajar dan evaluasi proses belajar mengajar yang disebut evaluasi
manajeral”. Jadi obyek evaluasi yang termasuk dalam komponen hasil atau output
adalah hasil belajar siswa (bagaimana prestasi belajar siswa?), evaluasi
terhadap hasil proses belajar mengajar adalah hasil belajar siswa yaitu tes
atau pengukuran hasil belajar.
Adapun tes itu sendnri menurut Zuriah, (2003 : 1398) “Adalah serentatan
pertanyaan atau atihan atau alat lain yang digunakan untuk mengkur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
maupun kelompok”. Jadi tes berperan sebagai alat ukur kemampuan siswa atas
materi yang telah dibahas. Peneliti menggunakan tes sebagai pedoman untuk
melihat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Ekonomi baik setelah
diterapkan pembelajaran STAD maupun belum diadakan pembelajaran dengan
menerakan pembelajaran model STAD sebagai
tes pendahuluan
Untuk mengatakan apakah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
STAD dapat berhasil sesuai dengan tuntutan ketercapaian belajar secara maksimal
yaitu dengan ditandai oleh perubahan perilaku yang telah dilakukan, selain itu
keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat jika dua faktor terpenting
menurut Djamarah dan Zain (2002 : 120) dapat dicapai antara lain :
a.
Daya serap terhadap bahan yang didasarkan mencapai
prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok
b.
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran
instruksional khusus telah dicapai siswa, baik secara individu maupun kelompok
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa keberhasilan belajar
siswa dapat diketahui dari tingkat daya serap siswa melalui hasil belajar
ulangan harian dan ulangan semester, serta dapat dilihat dari perubahan
perilaku siswa secara individu maupun kelompok yang lebih baik dibanding
sebelum pembelajaran.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Tempat dan Subyek Penelitian
3.1.1
Tempat Penelitian
Penentuan tempat penelitian menggunakan metode purposive yaitu tempat
penelitian ditentukan dengan sengaja. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
Waru Sidoarjo. Adapun pertimbangan yang mendasari peneliti memilih tempat
penelitian di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo karena sekolahan tersebut belum pernah
dilakukan penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran STAD terhadap
peningkatan hasil belajar. Selain itu berdasarkan pada observasi awal yang
dilakukan, bahwa SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo sangat cocok apabila diterapkan
model STAD, karena rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran ekonomi masih
rendah, khususnya di kelas XI IPS 1.
3.1.2
Penentuan Subyek
Penentuan subyek penelitian menggunakan metode populasi yaitu seluruh
siswa kelas XI IPS 1 semester genap di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo dengan siswa
laki-laki sebanyak 20 dan siswa perempuan sebanyak 19, jadi jumlah siswa
keseluruhan sebanyak 39 siswa.
3.2
Batasan Operasional Variabel
Variabel dalam
1.
Model pembelajaran
STAD (Student Teams Achievement
Division)
Model pembelajaran STAD dalam penelitian ini merupakan salah satu cara
metode pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada materi pelajaran ekonomi
pokokbahasan koperasi Indonesia dengan cara siswa bekerja dalam kelompok dalam
suatu kelompok kecil dengan menggunakan lembar kegiatan sebagai sarana belajar
dan siswa saling membantu satu sama lain dalam memahai materi pelajaran melalui
tutorial, tes, dan diskusi
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang diraih siswa
yang diperoleh dengan belajar yang berhubungan dengan materi pelajaran ekonomi
yang dipelajarinya dalam bentuk nilai ulangan harian yang diadakan 3 kali tes
yaitu 1 kali pre tes sebelum diterapkan model pembelajaran dan 2 kali pos tes
setelah diterapkan model pembelajaran STAD
3.3
Tindakan Pendahuluan
Tindakan pendahuluan dilakukan sebelum diadakan pelaksanaan siklus untuk
mengetahui hasl belajar siswa sebelum tindakan dan sebagai upaya untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun kegiatan yang
diambil dalam tindakan pendahuluan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1.
observasi ketika pembelajaran ekonomi berlangsung untuk
mengetahui cara guru bidang studi ekonomi mengajar dan cara belajar siswa.
2.
wawancara dengan guru ekonomi kelas XI IPS 1 untuk
mengetahui tingkatan prestasi siswa kelas XI IPS 1
3.
pemberian tes awal terhadap salah satu kelas di kelas
XI IPS 1 yang diambil sebagai penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang
pengalaman siswa terhadap materi ekonomi dengan pokok bahasan Koperasi
Indonesia. Soal yang diujikan sebanyak 6 butir berbentuk essay. Berdasarkan
hasil tes awal, diklasifikasikan siswa yang mengalami kesulitan dengan melihat
kutantasan belajar siswa secara individu. Siswa yang mencapai skor dari 65
dikatakan tuntas dalam belajar, sedangkan siswa dengan pencapaian skor dibawah
skor 65 dikatakan belum tuntas dan masih mengalami kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam tindakan pendahuluan yang berupa
hasil observasi awal terhadap guru dan siswa dalam pembelajaran serta hasil
belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan menerapkan pembelajaran model
STAD, maka dapat disajikan peneliti sebagai tola ukur untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran dengan mencoba menerapkan model pembelajaran STAD.
3.4
Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mendapatkan data yag akurat
serta agar pelaksanaan peneliti dapat diselenggarakan dengan baik sehingga
mewujudkan hasil yang diharapkan yaitu peningkatan hasil belajar siswa. Untuk
mewujudkan hal tersebut, maka peneliti mempersiapkan terlebih dahulu suatu
perencanaan dan desain penelitian yang sistematis.adapun rencana dan
langkah-langkah yang dapat diambil dengan membuat dan menyusun desain prosedur
tindakan atau implementasi dengan model spiral Lewin’s dengan menggunakan 2
siklus yang masing-masing siklus terdiri 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
Keempat fase tersebut ditunjukan dengan siklus sebagai berikut :
Gambar
spiral penelitian tindakan kelas model Hopkins
(Dalam
Tim Penilaian Proyek PGSM, 1997 : 7)
Berdasarkan gambar model spiral diatas, penelitian tindakan kelas yang
akan peneliti terapkan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari atas
4 fase yaitu perencanaan, melakukan tindakan mengamati dan merefleksikan.
Adapun hal-hal yang akan dilaksanakan dalam keempat tahap tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :
3.4.1
Perencanaan
Perencanaan tindakan dirancang sebagai langkah-langkah yang diambil dalam
rangkah pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan dalam penelitian.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan
meliputi 2 tahap yang harus dilakukan yaitu tahap perencanaan sebelum tindakan
dan tahap perencanaan pada saat pelaksanaan tindakan yang ada pada siklus.
A.
Perencanaan Sebelum Tindakan
Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan sebelum tindakan
meliputi persiapan rencana awal dari penelitian yang disesuaikan dengan
pendapat Sunardi, (2001 : 7), yaitu
1.
Konsultasi dengan guru bidang studi ekonomi kelas XI
dan kepala sekolah berkenaan dengan ijin penelitian dan pelaksanaan tindakan
nantinya.
2.
survei alokasi waktu mata pelajaran ekonomi pada saat
proses pembelajaran pada tiap-tiap pertemuan
3.
survei awal dikelas XI untuk menentukan masalah yang
akan diteliti dan kelas nama yang akan dijadikan obyek penelitian
4.
dari berbagai permasalahan yang ditemukan, menentukan
permasalahan yang akan diteliti yaitu masalah rendahnya hasil belajar siswa
dari kelas XI
5.
melakukan observasi awal terhadap tingkat ketercapaian
siswa kelas XI sehingga didapat salah satu kelas di kelas XI yang memiliki
tingkat ketercapaian hasil belajar yang tidak seimbang dan terendah dibanding
dengan kelas lain.
B.
Perencanaan Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap perencanaan pelaksanaan, pertama sebelum merencanakan
pelaksanaan tindakan peneliti menyusun program satuan pelajaran (SP) dan
rencana pengajaran (RP) atas materi pokok bahasan Koperasi Indonesia, merinci
alokasi waktu pada tiap-tiap pertemuan yaitu 2 x 45 menit, dan menyiapkan alat
pemantauan berupa lembar observasi untuk mencatat segala kegiatan yang
berlangsung serta membuat persiapan pedoman wawancara untuk siswa, kedua,
peneliti merencanakan langkah-langkah pelaksanaan tindakan dengan menerapkan
model pembelajaran STAD.
Adapun langkah-langkah yang diambil peneliti untuk melaksanakan tindakan
mengacu pada pendapat As’ri (2001 : 1) adalah sebagai berikut :
1.
Menyusun daftar kelompok siswa menjadi 9 kelompok
berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin dan suku
2.
mempersiapkan presentasi materi Koperasi Indonesia
3.
membuat daftar peran siswa sebagai pedoman kegiatan
belajar dalam tim
4.
membuat lembar tugas sebagai sarana belajar siswa dalam
kelompok
5.
menyusun tes pendahuluan, pos tes berupa tes I dan tes
II
3.4.2
Pelaksanaan tindakan dan observasi
1.
Pelaksanan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti berperan
sebagai guru pertama menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian memberikan
motivasi pada siswa agar mempelajari materi pelajaran melalui buku-buku
pelajaran ekonomi dan lembar kerja siswa yang telah diberikan. Kegiatan
selanjutnya guru menerapkan strategi pembelajaran dengan model pembelajaran
STAD.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian akan dilakukan
sebanyak dua siklus, jika pada siklus I telah tercapai seperti yang diinginkan
yaitu dicapai ketuntasan klasikal, maka pelaksanaan siklus dihentikan, tetapi
jika hasil yang dicapai belum mencapai yang diinginkan, maka dilanjutkan pada
siklus II dengan mengoptimalkan kerja keras peneliti dalam menerapkan model
pembelajaran STAD sehinga tujuan yang diharapkan tercapai. Tujuan yang ingin
dicapai tersebut adalah pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal sebesar
85% dan setiap siswa telah mencapai skor tes 65 atau lebih, jadi kemampuan
siswa disini dibedakan menjadi tuntas dan tidak tuntas. Sebelum pelaksanaan
siklus I peneliti melakukan tindakan pendahuluan.
A.
Siklus I
1.
Peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan alokasi waktu yang telah diterapkan pada tahap perencanaan
pelaksananan dengan pertama memberikan tes dasar atau tes pendahuluan untuk
mengetahui tindakan kemampuan dasar siswa
2.
membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dan
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang telah terdaftar pada saat
perencanaan pelaksanaan
3.
Guru mempresentasikan materi pelajaran pokok bahasan
Koperasi Indonesia kepada siswa
4.
memberikan peran dan tugas yang akan diemban setiap
siswa pada masing-masing kelompok antara lain, siswa kesatu berperan membacakan
pertanyaan informasi apa yang bisa digunakan untuk menjawab, siswa kedua
menjelaskan informasi yang didapat dari semua anggota kelompok, siswa ketiga menuliskan
jawaban, siswa keempat mengecek jawaban, dan untuk siswa yang terakhir berperan
sebagai tutor.
5.
menginformasikan kepada siswa untuk belajar atas tugas
yang harus dipelajari dan dikerjakan secara bersama-sama dengan kelompok.
Mereka boleh saling bergantian menanyakan kepada temannya atau saing berdiskusi
mengenai masalah yang dianggap sulit sebelum bertanya kepada guru secara
disiplin. Siswa juga disuruh mempelajari konsepnya dan diberitahu bahwa
dianggap belum selesai mempelajarinya, sampai semua anggota kelompok memahami
konsep materi ekonomi tersebut ;
6.
Siswa diberi tes individual yang meliputi tes I
diberikan setelah 1 kali pertemuan, tes II diberikan pada pertemuan keempat.
Pemberian kuis tersebut untuk mengetahui tingkat kinerja siswa dan skor
peningkatan siswa yang berupa poin.
7.
setiap siswa diberikan poin perkembangan yang besarnya
ditentukan dari beberapa besar skor siswa melampaui skor dasar atau siswa pada
tes yang lalu. Pada skor dasar siswa pada saat tes pendahuluan sedangkan skor
dasar siswa ets II adalah skor dari tes I dan seterusnya. Poin perkembangan
siswa digunakan untuk menentukan keberhasilan
8.
pemberian penghargaan yang berupa hadiah kepada
kelompok yang memiliki poin tertinggi setelah dilaksanakan berbagai tes, berupa
alat-alat tulis
selama kegiatan berlangsung peran guru pamong disini
hanya sebagai observer terhadap peneliti. Peran peneliti selain menerapkan
model pembelajaran juga sebagai motivator, fasilisator dan memberikan bimbingan
kepada setiap siswa atau kelompok apabila ada kesulitan atau apabila diperlukan
saja. Disini antara peneliti dan guru memantau terus kerja siswa agar tidak
gaduh dan peneliti mengajak beberapa orang teman untuk mengobservasi setiap
kelompok. Tugas observer disini memantau terus tingkah laku siswa melalui
pedoman observer yang memuat hal-hal seperti keaktifan, kemauan, kemampuan dan
tanggung jawab mereka selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka seorang peneliti
atau guru bisa merancang diskusi perbaikan pembelajaran yang bersumber pada
hasil observasi yag menyangkut kajian catatan proses peneliti dalam menggunakan
strategi pembelajarannya dan siswa berdasarkan pada peningkatan pemahaman
siswa, hasil belajar, kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran.
B.
Siklus II
Langkah-langkah yang diambil dalam penerapan
pembelajaran model STAD sama dengan penerapan pada siklusI, namun bertoak dari
ketidakberasilan siklus I dan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka
pelaksanaan siklus II merupakan kegiatan perbaikan sehingga menjadi lebih
efektif dan efisien. Adapun materi yang disampaikan sama dengan materi pada
saat tindakan pada siklus I yaitu pokok bahasan Koperasi Indonesia dan bahan
observasi sama yaitu melihat peningkatan hasil belajar dan melihat perubahan
tingkah laku siswa berupa aktivitas, kemauan, kemampuan, tanggung jawab siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan penerapan model STAD. Siklus II ini
dilakukan sama dengan siklus I yaitu pembelajaran dilakukan selama 4x pertemuan
dengan 2x pertemuan digunakan untuk tindakan dan 2x pertemuan dilakukan untuk
pelaksanaan tes I dan tes II.
2.
Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan berlangsung yang dibantu oleh guru maka pelajaran ekonomi
dan bebeapa orang tema peneliti. Adapun maksud diadakan observasi adalah untuk
mengetahui perubahan yang terjadi (perubahan aktivitas, kemauan, kemampuan, dan
tanggung jawab siswa) pada setiap kelompoknya, untuk memperlejas data apa
sebenarnya yang perlu dikumpulkan, jadi disini peneliti membutuhkan observer
untuk masing-masing kelompok. Kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
ekonomi adalah mengamati kegiatan peneliti apakah peneliti benar-benar
menerapkan pembelajaran dengan model STAD. Tugas daripada observer disini
adalah mengamati perubahan aktivitas, kemauan belajar, kemampuan, tanggung
jawab siswa. Disini antara guru, peneliti dan observer memeprhatikan siswa dan
membimbing dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras menguasahakan agar siswa
tidak gaduh dan mempunyai semangat belajar tinggi.
3.4.3
Refleksi
Tahapan refleksi diperlukan untuk mengkaji segala hal yag telah terjadi
selama kegiatan dan observasi berlangsung. Dengan mengkaji kembali, maka
peneliti mengetahui kegiatan yang telah dihasilkan dan yang belum tercapai dan
saat kegiatan dan observasi. Hasil daripada refleksi ini digunakan peneliti
sebagai diskusi balikan untuk merencakan dan mengadakan perbaikan pada
pelaksanaan tindakan berikutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi
ini yaitu menganalisis, menjelaskan dan mengumpulkan hasil-hasil dari observasi
dan hasil-hasil dari observasi dan hasil tes siswa yang digunakan untuk
mengetahui apakah dengan elaksanaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
hasil belajar pada siklus I. Apabila belum dicapai maka dapat digunakan untuk
mempersiapkan tindakan perbaikan yang akan dilakukan siklus kedua.
3.5
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi empat yaitu tes,
wawancara, observasi dan dokumentasi (Hadjar, 1995 : 50). Cara pengumpula data
yang dikemukakan oleh peneliti tersebut akan digunakan sebagai cara pengumpulan
data pada penelitian ini.
3.5.1
Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadpa gejala yang tampak pada obyek penelitian baik secara langsung maupun
tidak langsung (Margono, 1997 : 158)
Adapun metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi secara langsung, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung
kepada subyek yang diteliti yaitu gejala-gejala yang terjadi dan
perubahan-perubahan aktivitas, kemauan, kemampuan dan tanggung jawab siswa
serta hasil belajar siswa. Observasi dilakukan bukan hanya pada saat tindakan
dan pendahuluan berlangsung. Observasi dalam tindakan pendahuluan bertujuan
untuk mengumpulkan dan mengetahui data tentang cara belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan dan persiapan pelaksanaan tes pendahuluan, serta untuk
mengetahui metode mengajar yang digunakan guru ekonomi.
3.5.2
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data secara tertulis
tentang tempat penelitian yang nantinya dapat menunjang penelitian. Data
terebut diperoleh dari kepala bagian tata usaha dan guru wali kelas serta guru
mata pelajaran ekonomi. Adapun yang diperlukan atau hal-hal keperluan data yang
bersifat penting antara lain meliputi denah lokasi SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo,
data tentang prstasi mereka pada saat kelas XI sebagai gambaran tingkat
kemampua mata pelajaran ekonomi, nilai ulangan harian pelajaran ekonomi pada
pokok bahasan Koperasi Indonesia, data tentang karakteristik siswa atau latar
belakang mereka, yang kesemuannya nanti sebagai acauan penelitian ini.
3.5.3
Metode wawancara
Metode wawancara atau interviu adalah suatu alat bentuk komunikasi
verbal. Jadi semacam percakapan yang betujuan untuk memperoleh informasi
(Nasution, 2003 : 11). Wawancara merupakan cara mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan dan langsung kepada sumber informasi
Menurut Marzuki (2003 : 64) membagi wawancara menjadi dua bentuk yaitu
antara lain sebagai berikut :
1)
Unterviu yaitu tiap kali wawancara seorang interviu
berhadapan dengan seorang interviewer atau lebih dengan cara ini memungkinkan
untuk memperoleh data yang intensif sangat besar.
2)
Interviu kelompok yaitu seorang pewawancara atau lebih
berhadapan langsung dengan interviewer atau lebih.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti ini menggunakan bentuk wawancara
individu, karena wawancara melakukan sendiri wawancara terhadap beberapa orang
siswa sebagai perwakilan yang tidak tuntas belajar pada tes terakhir dan yang
tuntas belajar serta guru bidang studi ekonomi kelas XI.
Adapun metode wawancara yang digunakan peneliti menggunakan metode
wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan eprperinci seperti yang dimaksudkan
dalam wawancara terstruktur (Arikunto, 1993 : 127)
Berdasarkan pada pendapat tersebut, pelaksanaan penelitian ini
pewawancara membawa pedoman yang hanya berupa garis besarnya saja yang nantinya
sebagai acuan saat wawancara dengan perwakilan siswa yang tidak tuntas dan
tanggapan siswa yang telah tuntas belajar terhadap pelaksanaan pembelajaran
STAD. Garis-garis daripada pedoman wawancara tersebut adalah menggali masalah
kesulitan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan yaitu mengenai
materi pokok bahasan Koperasi Indonesia. Wawancara dengan guru bidang studi
untu mencari informasi tentang bagaimana bimbingan dan tuntutan terhadap siswa
dalam menyelesaikan soal dan untuk mengetahui ketingkatan prestasi siswa.
Khususnya kelas yang akan dijadikan sebagai kelas tindakan penelitian.
3.5.4
Metode Tes
Salah satu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat
angka atau nilai hasil belajar adalah dengan mengadakan tehnik pengukuran untuk
melaksanakan evaluasi hasil belajar, kita memerlukan alat yang akan kita
gunakan untuk mengumpulkan data yang kita lakukan, alat atau instrumen tersebut
tergantung dari metode evaluasi yang dipakai. Pada penelitian disini tehnik
pengukuran yang akan dipakai adalah menggunakan tes proses evaluasi hasil
belajar kita menggunakan tehnik atau metode tes, maka alat penilaiannya berupa
tes.
Adapun jenis tes yang digunakan pada umumnya digolongkan menjadi dua
yaitu lisan dan tes tulis. Menurut Mudjiono dan Dinyati (2000 : 257) mengatakan
bahwa “Tes tertulis terdiri dari tes essay dan tes obyektif”.
Berdasarkan pendapat tentang jenis dan bentuk tes diatasm dalam
penelitian ini untuk mengetahui kemampuan siswa yang mengacu pada tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus digunakan tes dalam bentuk
essai. Dimana peneliti membuat test sendiri yang mengacu pada kisi-kisi soal
Adapun pelaksanaan tes pertama peneliti mengadakan ts pendahuluan atau
tes yang bertujuan untuk mengetahui awal siswa sebelum penerapan model
pembelajaran STAD sebanyak 6 butir soal essai, kemudian peneliti melakukan tes
I dan tes II setelah tindakan pembelajaran pada pokok bahasan Koperasi
Indonesia setelah dua kali pertemuan. Tujuan dilakukan tes I adalah untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa atas materi dengan penerapan model
pembelajaran STAD, dengan melakukan analisis pembahasan soal secara bersama
setelah tes dengan lokasi waktu yang telah tersedia. Pengadaan tes II dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan skor yang dicapai siswa setelah
dilakukan pembahasan kembali atas soal tes I yang dianggap siswa sulit.
3.6
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif yang berusaha menerapkan data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara serta menjelaskan data tentang hasil belajar siswa yang
masih bersifat kuantitatif secara lengkap, baik sebelum dilakukan tindakan dan
sesudah tindakan
Langkah pertama guru dalam menganalisis hasil penelitian yang membuat
perencanaan untuk membuat rancangan analisis data dengan mendapatkan data tentang
tingkah laku siswa, peneliti menggunakan lembar observasi berdasarkan Djamali
(2001 : 126) yang berisi tentang aspek-aspek yang haus diamati pada saat
penerapan model pembelajaran STAD seperti pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 :
lembar observasi siswa
No
|
Aspek
Penilaian
|
|||||||||||||||
Keaktifan
|
Kemauan
|
Kemampuan
|
Tanggung
jawab
|
|||||||||||||
SR
|
R
|
T
|
ST
|
SR
|
R
|
T
|
ST
|
SR
|
R
|
T
|
ST
|
SR
|
R
|
T
|
ST
|
|
1.
2.
3.
dst
|
Sumber : Djamali
Keterangan :
SR : Sangat rendah
R : rendah
T : tinggi
ST : Sangat tinggi
Untuk dapat mengetahui prosentase keaktifan, kemauan, kemampuan, tanggung
jawab siswa dalam satu kelas seperti pada tabel diatas digunakan rumus seperti
berikut ini : (misalnya keaktifan siswa)
(Depdikbud 1994 : 18)
berdasarkan rumus prosentase tingkah laku siswa diatas hasilnya akan
digunakan sebagai bahan diskusi balikan dan ebagai tindak lanjut pada siklus
berikutnya. Tindakan selanjutnya adalah peneliti melakuan refleksi berdasarkan
hasil observasi dan tindakan. Proses analisis data dalam refleksi disini
berpedoman pada Sunardi (2001 : 5) yang meliputi tidak tahap yaitu reduksi
data, paparan data dan penyimpulan data
pertama, reduksi data yaitu menganalisis data dari data yang telah
dikumpulkan (tes pencatatan kegiatan lapangan atau observasi, wawancara).
Kedua, paparan data yaitu proses menyusun hasil dari analisis dalam reduksi
data seberapa besar hasil perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa yang
diperoleh dari penerapan model pembelajaran STAD. Informasi tersebut meliputi
catatan proses tentag pembelajaran, peningkatan pemahaman siswa, kesulitan
siswa serta hasil yang diperoleh setelah pemberian tindakan. Ketiga,
penyimpulan data yang merupakan penarikan ksimpulan kegiatan analisis yang
berupa semua kegiatan yang dilakukan berdasarkan penyajian data.
Berdasarkan hasil analisis data, akan ditentukan ketuntasan belajar
siswa. Jika data mengenai observasi yang meliputi keaktifan, kemauan, kemampuan
dan tanggung jawab siswa serta ketuntasan belajar secara klasikal siswa
mencapai sebesar 85% atau lebh, maka dikatakan berhasil atau tercapai tujuan
yang diinginkan. Untuk mencari prosentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal digunakan rumus :
keterangan :
E : Tingkat ketuntasan belajar siswa
N : Jumlah siswa tuntas belajar
P : Jumlah semua siswa
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang hasil penelitian tindakan kelas yang
telah dilakukan oleh peneliti berupa data mentah yang masih bersifat
kuantitatif yang hasil belajar siswa dan hasil observasi pada saat tindakan.
Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis
menjadi sebuah laporan berupa diskriptif kualitatif yang meliputi
langkah-langkah kerja sebagai berikut :
4.1
Tindakan Pendahuluan
Sebagai langkah awal sebelum penelitian dilaksanakan pada hari senin
tanggal 2 s/d 16 Mei 2006 untuk menentukan kelas yang akan digunakan sebagai
penelitian, membuat jadwal penelitian tentang materi yang akan diterapkan.
Berdasarkan hasil pertimbangan, kesepakatan dengan guru ekonomi yang lain
diperoleh :
a.
Kelas yang digunakan dalam penelitian ditetapkan di
kelas XI hal ini dikarenakan kelas tersebut merupakan kelas yang memiliki
tingkat kemampuan siswa yang beragam, mempunyai tingkat ketercapaian hasil
belajar secara klasikal terendah dibandingkan dengan kelas lain pada mata
pelajaran ekonomi.
b.
Pengambilan data dimulai tanggal 2 Mei 2006 sampai
selesai
c.
Materi yang peneliti terapkan disesuaikan dengan materi
poko yaitu Koperasi Indonesia.
Tanggal 2 Mei 2006 peneliti mengumpulkan data antara lain mengenai
tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin dan suku siswa, hal ini dapat
diperoleh dari rapot dan hasil ulangan harian siswa kelas XI pada pokok bahasan
Koperasi Indonesia. Maksud dilakukan pengumpulan data yaitu sebagai dasar
pembagian atau pembentukan kelompok, karena penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model STAD, pembentukan kelompok sangat diperlukan. Data yang telah
terkumpul berupa hasil ulangan harian tentang pokok bahasan Koperasi Indonesia
hasilnya kurang memuaskan. Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah 65.
nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan secara individu yaitu siswa
dikatakan tuntas belajar jika mencapai nilai rata-rata > 65. setelah
data terkumpul pada tanggal 4 Mei 2006 peneliti langsung membuat pembagian
kelompok belajar, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa lengkap dengan siswa
yang berbeda, baik kemampuan akademik, jenis kelamin dan suku.
Observasi terhadap guru mengajar dilaksanakan pada minggu pertama Mei
2006 untuk mengetahui pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti, melihat tingkah
laku siswa selama pembelajaan ekonomi berlangsung. Dari hasil observasi
diketahui guru dalam menyampaikan materi menggunakan metode ceramah dan
penugasan terhadap siswa. Penugasan dilakukan pada akhir pembelajaran dengan
mengerjakan LKS. Saat guru menyampaikan materi siswa cenderung tidak
memperhatikan, hal ini ditunjukkan dengan beberapa siswa yang duduk di belakang
cenderung bicara sendiri dengan teman dan sesekali menggambar.
Berdasarkan hasil observasi diatas penyebab kegagalan siswa tidak berhasil
belajar karena guru menggunakan metode yang tidak sesuai dengan kondisi siswa.
Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dan berdampak pada nilai hasil belajar.
Langkah selanjutnya setelah observasi dilakukan pertemuan pertama
diadakan tes pendahuluan. Sebelum dilakukan tes pendahuluan guru memberitahuka
kepada siswa untuk belaja di rumah mengenai materi yang akan diteskan yaitu
materi Koperasi Indonesia. Tujuan diadakan tes pendahuluan adalah untuk
mengetahui kemampuan dasar siswa terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan
pelaksanaan tes pendahuluan, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Masih banyak
siswa yang mendapatkan nilai dibawah 65. siswa yang lainnya masih dibawah 65
sebanyak 13 siswa atau 34% dari 39 siswa. Ketuntasan klasikal yang dicapai dari
hasil tes pendahuluan adalah 25%
Berdasarkan analisis hasil tes pendahuluan tersebut terlihat siswa masih
belum mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini disebabkan penggunaan strategi
pembelajaran dari guru belum mampu membuat siswa aktif, yang terjadi pembelajaran
bersifat monoton sehingga siswa cenderung santai dalam belajar. Untuk itu
peneliti merasa tertarik untuk mencoba meningkatkan hasil belajar tersebut
dengan cara menerapkan pembelajaran dengan model STAD pada materi Koperasi
Indonesia.
4.2
Pelaksanaan Siklus I
4.2.1
Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan dilakukan beberapa persiapan. Persiapan
tersebut meliputi ; Penyusunan Satuan Pelajaran (SP), Perencanaan Pengajaran
(RP), Pedoman Observasi, Menyusun daftar kelompok siswa, menyusun daftar peran
siswa dalam kegiatan belajar, penyusunan lembar tugas sebagai panduan belajar
dalam kelompok, menyiapkan tes pendahuluan soal tes 1 dan tes 2 serta
kunci jawaban.
4.2.2
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1.
Pelaksanaan Tindakan
A.
Pertemuan Pertama
Berdasarkan rencana yang telah disusun dan
dipersiapkan, Maka pelaksanaan tindakan pertama dilaksanakan pada pertama Mei
2006 dikelas XI di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo. Pelaksanaan tindakan pertama ini
mulai diterapkan pembelajaran dengan model STAD pada Materi poko Koperasi
Indonesia. Adapun langkah yang diambil pengertian dalam menerapkan pembelajaran
dengan model STAD pada pertemuan I adalah sebagai berikut :
(1)
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
dan menjelaskan sekilas tentang model pembelajaran STAD serta meningkatkan
kembali tentang model pembelajaran STAD serta, meningkatkan kembali tentang
peran masing-masing siswa dalam kelas, dimana sebelum tindakan peneliti telah
mengumumkan peran tersebut.
(2)
Siswa dengan bimbingan peneliti dan guru dibimbing
untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing telah tersedia.
(3)
Peneliti mengadakan presentasi mengenai materi pokok
bahasan ketentuan-ketentuan dan memberikan sebagai pengantar ssiwa dalam
memahami materi dan memberikan motivasi agar siswa selalu berdiskusi dan
bertanya serta terbuka pada setiap anggota kelompok. Motivasi tersebut berupa
ilustrasi mengenai manfaat yang akan diperoleh setiap individu dan
kelompok,setelah materi selesai diajarkan terhadap kelompok dan siswa yang
mempunyai poin perkembangan tertinggi.
(4)
Peneliti sebagai guru membagi lembar tugas I mengenai
materi ketentuan-ketentuan pokok koperasi pada masing-masing kelompok. Siswa
diberi waktu 10 menit untuk membaca buku paket yang dimiliki dan selanjutnya
mereka mulai mengerjakan, belajar mendiskusikan tugas yang ada dalam lembar
kerja bersama teman kelompoknya sampai semua anggota mengerti dan memahami
materi, peneliti selalu meningkatkan peran yang harus diemban terhadap siswa
dalam kelompok agar mereka selalu aktif berdiskusi.pertemuan I ini peneliti
melakukan bimbingan dan pendekatan kepada siswa agar siswa dalam kelompok yang
peneliti terapkan. Pada akhir pembelajaran siswa mengumpulkan lembar tugas dan
sebelum menutup pelajaran guru memberikan tugas merangkum materi yang akan
diajarkan. Saat belajar dalam kelas peneliti tidak lupa selalu memberikan
fasilitas kepada siswa untuk selalu bertanya kepada peneliti apabila ada materi
yang sulit untuk dipahami. Kemampuan besarnya diberikan seluas-luasnya kepada
siswa terhadap peneliti. Terlihat siswa bertanya mengenai materi yang mereka
belum bisa memahami dan bertanya tentang peran mereka dalam kelompok. Saat
inilah peneliti dengan kerja keras membimbing dan mengarahkan mereka sampai
mereka hafal akan peran materi pelajaran.
B.
Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua langkah-langkahnya sama dengan
pertemuan I yang guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pertemuan
ini dilaksanakan pada minggu kedua Mei 2006 dengan melaksanakan model pembelajaran
STAD tahap kedua. Adapun materinya adalah materi pokok kedua yaitu ; Pembinaan
dan Pembubaran Koperasi Indonesia dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
Pembelajaran materi pembinaan yang sama dengan penerapan pada pertemuan
pertama, yaitu ; model pembelajaran STAD akhir pembelajaran peneliti memberi
tugas kepada siswa untuk menerangkan pelajaan yang telah dipelajari mengenai
materi ketentuan-ketentuan pokok koperasi dan pembinaan dan pembubaran
koperasi. Hal ini bertujuan agar siswa mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan peneliti. Selain itu peneliti mengumumkan kepada siswa untuk
mempersiapkan diri belajar di rumah karena pada pertemuan selanjutnya diadakan
tes. Untuk memeprmudah melihat pemahaman siswa terhadap materi, peneliti
mengadakan 2 kali pertemuan untuk tes, diharapkan waktu yang tersisa digunakan
peneliti untuk mengulas kembali soal tes.
C.
Pertemuan Ketiga
Pada minggu ketiga 2006 dilakukan tes I dengan materi
pokok koperasi dan pembinaan, pembuaran koperasi selama satu kali pertemuan
yaitu 10.00-10.45 WIB dengan jumlah soal 10,5 soal subyektif dan 5 soal
berbentuk essai. Waktu yang tersisa setelah tes I dilaksanakan, untuk satu jam
berikutnya yaitu 10.45-11.30 WIB diadakan pembahasan terhadap soal-soal yang
diberikan. Siswa cenderung antusias karena telah mengetahui kesalahan dan
kebenaran jawaban yang merea berikan pada tes. Kesempatan untuk bertanya
diberikan kepada siswa dan ada satu siswa yang bertanya yaitu Fasial.
Pertanyaan yang diajuan mengenai hak dan kewajiban anggota Koperasi Indonesia.
Sebagai penutup pertemuan kedua guru tidak lupa kembali memberikan motivasi dan
harapan supaya pada tes berikutnya siswa tidak mengulangi kesalahan-kesalahan
menjawab soal seperti pada ts I. Peneliti mengumumkan apabila diantara mereka
saat tes mendatang hasilnya melebihi skor hasil tes I maka mereka akan
mendapatkan poin peningkatan individu dan poin tersebut disumbangkan kepada
kelompok. Sumbangan terbesar untuk kelompok dapat menciptakan kelompok yang
mendapatkan sebutan sebagai kelompok terbaik dan mendapatkan penghargaan berupa
hadiah.
2.
Observasi
Selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti
dengan menerapkan model pembelajara STAD berlangsung, pada pertemuan I siswa
sudah terlihat tanggap untuk menuju kelompoknya masing-masing sehingga proses
mempelajarinya materi bisa langsung diterapkan, pada saat kegiatan kelompok
terlihat peneliti dan guru memberikan bimbingan dan penghargaan kepada siswa
agar aktif menjalankan peran dalam belajar kelompok. Pada pertemuan ke II siswa
mulai antusias dan aktif. Antusias karena mereka mulai menerima pembelajaran
dengan guru baru, mulai mengerti manfaat belajar dengan menerapkan model
pembelajaran STAD. Aktif karena mereka ingin mendapatkan nilai tugas serta
selalu ingin melaksanakan apa yang diminta dan disuruh oleh peneliti sebagai
guru baru. Kondisi semacam ini tidak disia-siakan oleh pneliti untuk selalu
melakukan pendekatan terhadap siswa. Suasana pada pertemuan pertama siswa untuk
beberapa menit melakukan transisi ke kelompoknya masng-masing dan aktif
bertanya pada peneliti tentang bagaimana cara pelaksanaan metode pembelajaran
yang akan peneliti terapkan.
Peran peneliti selain sebagai guru dalam kelas juga
sebagai motivator, fasilitator pada siswa saat dibutuhkan. Adapun guru bidang
studi ekonomi mengamati dalam menerapkan pembelajaran model STAD. Dinsi juga
terdpaat 2 orang observer yang juga bertugas mengamati aktivitas siswa yaitu
Drs. T.A Adi Sasongko dan Suyono, S.Pd. tugas utama observer untuk kemampuan
dan tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran
Dan hasil observasi yang dilakukan observer pada
pertemuan I yaitu diperoleh data mengenai tingkah laku siswa dengan hasil
analisis data observer sebagai berikut :
Keaktifan =
Kemauan =
Kemampuan =
Tanggung Jawab =
Hasil analisis data lembar obsrvasi diatas
menunjukkan siswa masih belum menunjukkan keaktifan, kemauan, kemampuan dan
tanggung jawab dalam mengikuti pelajaran. Ini terlihat dari ketercapaian
tingkah laku siswa masih rendah yaitu dibawah 65% hal ini disebabkan masih ada
beberapa siswa yang kurang aktif karena mereka belum bisa meninggal kebiasan
belajar dengan mendengar ceramah guru sehingga mereka cenderung diam. Dari sisi
peneliti telah mengetahui beberapa siswa yang cenderung diam dan takut untuk
mengemukakan ide karena takut salah, akhirnya permasalahan tersebut dapat
dijadikan patokan untuk memperbaiki sikap siswa dengan dilaksanakan tindakan
tahap kedua sebagai implementasi menuju perbaikan dari kekurangan-kekurangan
siswa dalam mengikuti pembelajaran
Pertemuan kedua siswa sudah mulai terbiasa dengan
kondisi pembelajaran yang diterapkan peneliti. Mereka mulai aktif dan mempunyai
tanggung jawab atas peran dan keberhasilan kelompok masing-masing. Pada
pertemuan ketiga posisi siswa sebelum pembelajaran berlangsung tanpa disuruh
sudah bergabung dengan kelompok masing-masing secara melingkar, sehingga guru
dapat dengan mudah mulai mengadakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran STAD dengan tenang. Adapun hasil observasi pada pertemuan kedua
adalah sebagai berikut :
Keaktifan =
Kemauan =
Kemampuan =
Tanggung Jawab =
Hasil analisis data hasil observasi diatas
menunjukkan siswa sudah memperlihatkan tingkah laku yang positif terhadap
penerapan pembelajaran STAD. Kekatifan, kemauan, kemampuan dan tanggung jawab
mereka sudah mencapai 76% lebih. Pada pembelajaran pertemuan kedua ini siswa
mulai menjalankan peran masing-masing dalam kelompok seperti membaca, menulis
dan mencari informasi atas soal-soal dalam lembar kerja, saling memberitahu
jawaban berdasarkan ide-ide masing-masing anak dalam kelompok. Namun demikian
masih ada beberapa siswa cenderung diam karena takut salah dan karena belum
berbiasa dengan teman satu kelompoknya. Biasanya pembelajaran yang diikuti
siswa belajar dengan membentuk kelompok yang sesuai dengan kemauan mereka.
Akhir kegiatan pembelajaran, peneliti memberikan motivasi
danarahan pada siswa untuk belajar karena akan menghadapi tes. Motivasi
tersebut berupa pengumuman kepada siswa bahwa bagi mereka yang mendapat nilai
bagus akan mendapatkan poin perkembangan yang akan disumbangkan pada
kelompoknya masing-masing dan kelompok yang mendapatkan poin tertinggi akan
mendapatkan hadiah. Pelaksanaan tes berlangsung lancar meskipun pada tes I ada
siswa yang menyontek, karena posisinya yang memungkinkan duduk dibelakang.
Tetapi hal ini dapat diatasi denga cara observer mendekati bangku belakang dan
lebih ketyat pengawasannya.
Hasil observasi pada pertemuan II pada siklus I telah
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pertemuan I. Untuk melihat
peningkatan prosentase hasil analisis data dari lembar observasi yang meliputi
keaktifan, kemauan, kemampuan dan tanggung jawab pada pertemuan I dan pertemuan
ke II pada siklus I didapat dilihat pada tabel berikut ini :
PROSENTESAE TINGKAT KETERCAPAIAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN DAN II PADA SIKLUS I DAN PENINGKATNYA
Kategori
|
Tingkat
Ketercapaian
|
||
Pertemuan
I
|
Pertemuan
I
|
Peningkatan
|
|
Keaktifan
Kemauan
Kemampuan
Tanggung
jawab
|
61%
74%
72%
54%
|
76%
82%
89%
89%
|
15%
8%
17%
35%
|
Sumber : hasil lembar observasi siklus I diolah
Berdasarkan hasil observasi pertemuan I dan II pada
siklus pada tabel diatas, dapat disimpulan bahwa yang dominan mengalami
peningkatan dan menunjukkan tingkah laku yang positif terhadap penerapan
pembelajaran dengan model STAD. Hal ini disebabkan karena siswa telah mengerti
tentang pentingnya mengikuti pembelajaran dengan model STAD, yaitu dengan
adanya reward dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih keras dan bertanggung
jawab untuk memperbaiki nilai sendiri dan kelompok. Keinginan siswa untuk
mendapatkan kriteria sebagai kelompok yang terbaik menumbuhkan tanggung jawab
mereka terhadap kesuksesan kelompok masing-masing.
4.2.3
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
telah tertarik pada saat kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti berlangsung.
Pada saat prosentasi isi pertemuan ke-2 sudah terlihat siswa bertanggung jawab
terhadap kelompoknya yang ditunjukkan dengan selalu bertanya tentang materi dan
langkah-langkah kerja yang belum dimengerti. Keaktifan, tanggung jawab siswa
tercermin pada saat kegiatan belajar. Dimana mereka sudah terlaith melakukan
peran masing-masing untuk menyelesaikan dan mendisukusikan soal-soal yang ada
pada lembar tugas. Peran tutor siswa sudah terlihat selau memberikan penjelasan
kepada temannya agar mengerti dan memahami maksud materi secara bersama-sama.
Namun masih ada siswa yang kurang antusias belajar dalam kelompok karena teman
satu kelompoknya bukan teman akrab, sehingga masih mempengaruhi faktor
psikologis belajar siswa. Pada saat pertama guru membawa buku pelajaran, jadi
dengan model STAD masih ada siswa yang tidak membawa buku pelajaran, jadi siswa
tersebut belum optimal mengikuti pembelajaran yang peneliti terakan. Untuk
mengatasi hal itu peneliti melakukan pendekatan pada mereka, memberi sangsi
pada mereka yang telah membawa perlengkapan sekolah.
Hasil analisis tes pada siklus I yang dilaukan setelah pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran STAD, hasilnya siswa masih kurang memahami
materi pokok koperasi serta materi pembinaan dan pembubaran koperasi. Hal ini
dapat dilihat pada hasil analisis tes I terlihat dari 39 siswa terdapat 13
siswa yang belun tuntas belajarnya yang memperoleh nilai < 65,
sedangkan dari analisis tes kedua terdapat 10 siswa yang belum tuntas belajarnya
dari 39 siswa yang memperoleh nilai > 65. adapun taraf pencapaian
ketuntasan belajar secara klasikal pada tes I dan tes II (siklus I). Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD belum
mencapai tujua hasil belajar yang diharapkan, yaitu ketuntasan klasikal >
85%. Walaupun ketercapaian secara klasikal masih dibawah ketentuan yang berlaku
namun telah ada sedikit peningkatan. Wawancara dilakukan terhadap perwakilan
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar baik secara individual maupun
secara klasikal. Wawancara dilakukan terbatas sampai 2 siswa dari 10 siswa yang
tidak tuntas belajar. Ke-2 siswa yang diwawancarai tersebut adalah, Agus Saudi
dan Rizal Febrian. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran. Hasil wawancara
menunjukkan, pada dasarnya siswa senang belajar ekonomi dengandietrapkan model
pembelajaran STAD, karena mendapatkan latihan-latihan sial yang dapat mereka
gunakan sebagai tambahan belajar dan memudahkan mereka dalam menghafalkan
materi, menambah keakraban antar teman. Namun masih ada siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal antara lain mengenai materi jenis-jenis
koperasi menurut unit usahanya mengenai badan usaha koperasi dengan lembaga
gerakan koperasi. Mengenai rapat anggota kebanyakan dari siswa mengatakan bahwa
yang merupakan kekuasaan tertinggi dari koperasi adalah pengawas bukan rapat
anggota. Faktor yang mempengaruhi adalah karena mereka kurang siap menghadap
tes dan sebagian besar ssiwa tidak menulis kembali dan membaca lagi dirumah mengenai
hasil diskusi yang telah dilakukan pada saat pembelajaran. Hasil diskusi
dibawah oleh salah satu siswa dalam kelompok ynag berperan sebagai penulis.
Berdasarkan hasil observasi, hasil tes dan wawancara dapat disimpulkan
bahwa perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II terutama karena hasil
tes I dan ke 2 pada siklus I belum mencapai ketuntasan klasikal. Tindakan
perbaikan mengacu pada kekurangan pada tindakan siklus I yang mencakup beberapa
penemuan fakta yang harus diperbaiki menyangkut kinerja peneliti dalam
pembelajaran dan perubahan tingkah laku dan hasil belajar siswa. Penemuan fakta
tersebut berupa (1) siswa kurang akrab dengan sesama teman belajar karena
faktor psikologis, hal ini dapat diatasi dengan peneliti lebih memperhatikan dan
memberika pendekatan secara intensif (2) masih ada siswa yang tidak membawa
buku ekonomi, peneliti harus tanggap dan mengharuskan siswa untuk membawa
perlengkapan sekolah yang lengkap (3) masih ada beberapa siswa yang terlihat
dian dan sulit diajak diskusi, karena belum terbiasa dengan mengikuti
pembelajaran yang peneliti terapkan, dengan kerja keras peneliti kahirnya hal
ini bisa diatasi (4) hasil belajar siswa masih rendah pada siklus I karena
kebanyakan siswa tidak mencatat lagi hasil belajar sehingga tidak siap dalam
kegiatan kelompok bukan hanya menjalankan peran tapi semua anggota kelompok
juga mencatat hasil diskusi.
Perbaikan penerapan model pembelajaran oleh peneliti lebih mengoptimalkan
pengemabngan lembar kerja yang mengacu pada kesulitan-kesulitan siswa atas
materi sehingga bisa lebih mengaktifkan siswa. Harapan pada tindakan perbaikan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan merubah tingkah laku siswa menjadi
positif terhadap pembelajaran ekonomi. Akhirnya peneliti memutuskan untuk
melakukan tindakan penelitian ulang tahap kedua yaitu dengan dilaksanakan
siklus II.
4.3
Pelaksanmaan Siklus II
4.3.1
Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan hal-hal yang perlu dipersiapkan sebagai tindak
lanjut penemuan dan indeitifikasi fakta hasil pembelajaran pada siklus I
meliputi merevisi rencana pembelajaran pada siklus I dengan lebih menekankan
pada pembuatan lembar kerja terutama pada pengembangan uraian materi dan soal
yang ada pada lembar kerja, dengan mengacu pada kendala-kendala yang menjadi
kelemahan siswa dalam menjawab soal-soal tes I dan tes II. pada penerapan
tindakan peneliti menambah peran siswa dengan setiap siswa harus mencatat hasil
diskusi kelompok suoaya siswa mendapatkan tambahan untuk belajar. Dari peneliti
disini lebih mengoptimalkan pelaksanaan model pembelajaran STAD dengan lebih
keras lagi dan selalu melakukan pendekatan dan bimbingan yang insentif kepada
setiap kelompok sampai kelompok tersebut aktif dan menjalankan tugas dengan
baik.
4.3.2
Pelaksanaan tindakan dan observasi
1.
Pelaksanaan tindakan
a)
Pertemuan pertama
Tahap ini, kegiatan yang dilakukan tidak berbeda
dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu tanggal 2 Mei 2006 dilaksanakan peneliti pembelajaran dengan
materi pokok Koperasi Indonesia. Pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa dan memebrikan motivasi agar saling bekerja sama dalam belajar
kelompok. Untuk lebih mengaktifkan siswa agar selalu mengikuti dengan seksama
materi yang harus dipelajari dalam kelompok, dianjurkan setiap anggota kelompok
menulis jawaban sendiri-sendiri dibuku masing-masing. Hal ini dilakukan karena
pengalaman pada pelaksanaan siklus I tidak berhasil mengaktifkan dan
meningkatkan nilai siswa, siswa cenderung tidak mencatat lagi dirumah setelah
melaksanakan diskusi sehingga mereka lupa hasil yang didapat dari siklus.
Motivasi lain yang diberikan, peneliti mengumumkan bahwa setelah 2 kali
pertemuan diadakan tes secara individu tanpa bantuan dari teman lain. Dalam tes
diberitahukan bahwa mereka akan memperoeh poin perkembangan yang besarnya
ditentukan oleh seberapa besar skor siswa pada tes tersebut nantinya melebihi
skor pendahuluan. Selanjutnya poin tersebut ditambahkan untuk membentuk skor
tim dan tim yang memenuhi yang memenuhi kriteria pencapaian skor tertinggi
berhak mendapatkan hadiah
Langkah selanjutnya guru memberikan sedikit penekanan
pada materi yang dianggap siswa sulit untuk dipahami, yaitu lebih menekankan
pada jenis-jenis koperasi dimana mereka masih sulit membedakan jenis-jenis
koperasi menurut unit usaha koperasi dan usaha koperasi. Sebagai penutup
pertemuan pertama peneliti mengumumkan kepada siswa untuk belajar dirumah
mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dan didiskusikan pada pertemuan
mendatang yaitu materi pembinaan dan pembubaran koperasi. Selain itu peneliti
tidak lupa selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang telah dipelajari. Akhirnya karena keterbatasan waktu yang
mengajukan pertanyaan hanya 3 siswa Novi Marvatim, Anisa Setya Dewi dan
Sunifatul Jannah. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah perbedaan unit usaha
koperasi dan usaha koperasi itu sendiri. Dari pertanyaan tersebut peneliti
menjelaskan kepada siswa yang bertanya dan menjelaskan secara perkelompok atas
materi yang mereka anggap sulit hingga mereka pahyam betul.
b)
Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 9 Mei 2006,
dengan sub pokok bahasan pembinaan dan pembubaran koperasi Indonesia. Pada
pertemuan kedua ini sama dengan langkah-langkah yang diambil pada pertemuan
pertama yaitu menerapkan model pembelajaran STAD. Pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan ini berlangsung selama 2 x 45 menit yaitu dari pukul 10.00-11.30 WIB.
Peneliti lebih bekerja keras mewujudkan agar siswa selalu aktif dan
melaksanakan segala ketentuan dan tugas atau peran yang ada pada pembelajaran
dengan model STAD. Sebelum dilaksanakan diskusi peneliti membagi lembar kerja
kepada setiap kelompok untuk dipelajari bersama dalam kelompok. Selain itu
penleiti memberikan bimbingan dan melakukan pendekatan kepada setiap kelompok
untuk memberikan motivasi, peringatan agar selalu melaksanakan peran serta
tugasnya. Terakhir peneliti mengumumkan tentang skor yang dicapai siswa pada
siklus I, dan memberikan pengharapan agar siswa lebih keras belajar dirumah
karena akan diadakan tes lagi pada pertemuan berikutnya
c)
Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 16 Mei
2006, pertemuan ketiga ini adalah pertemuan terakhir dengan melaksanakan 1 x
tes yaitu tes I. Kondisi sisaw dalam mengikuti tes I ini sudah tampak tertib
dan lanar, sunyi, mereka terlihat serius meghadapi tes karena ingin
berlomba-lomba untuk berusaha memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.
2.
Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan
model STAD berlangsung dengan kerja keras yang telah dilakukan peneliti dan
guru kahirnya siswa sudah etrlihat aktif dan antusias dibandingkan dengan
dilaksanakan pembelajaran siklus I. Hal ini karena mereka sudah paham belajar
dengan mengikuti pembelajaran model STAD. Setiap kali pertemuan dengan menerapkan
pembelajaran model STAD, siswa telah siap duduk membentuk kelompok
masing-masing tanpa disuruh. Siswa telah terlihat menjalankan tugas-tugas yang
harus diemban selama pembelajaran berlangsung.
Pada siklus ini proses pengelompokan kelas sudah
baik, sehingga siswa terlihat disiplin. Pembelajaran pada siklus II ini waktu
yang digunakan efektif dan pembelajaran diterapkan dengan maksimal antara kerja
guru dan aktifitas sisaw. Hal ini disebabkan dengan karena siswa sebelum
tindakan sudah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan hafal mengenai
tugas serta peran yang harus mereka emban sehingga peneliti tinggal melakukan
strategi pembelajaran model STAD dan melakukan bimbingan serta pendekatan pada
setiap kelompok. Melalui pendekatan dan bimbingan kepada siswa, tingkah laku
siswa meliputi keaktifan, kemauan, kemampuan dan tanggung jawab dan hasil tes
memberikan hasil maksimal. Hal ini dapat ditunjukkan pada lembar observasi yang
dilakukan oleh observer. Adapun hasil observasi yang dilakukan observer pada
pertemuan I dan siklus II tersebut diperoleh data sebagai berikut :
Keaktifan =
Kemauan =
Kemampuan =
Tanggung Jawab =
Analisis hasil observasi diatas menunjukkan siswa
mulai menunjukkan tingkah laku positif terhadap penerapan pembelajaran dengan
model STAD, dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditunjukkan oleh kerja siswa
sudah sesuai dengan perannya. Siswa dengan tugas sebagai tutor membantu
temannya yang berkemampuan sedang untuk menuntaskan materi, dengan tujua agar
teman sekelompoknya dapat memberikan sumbangan nilai bagi keberhasilan kelompok
mampu membawa teman sekelompok memahami materi namun masih ada saja siswa yang
terlihat malas dan sulit untuk diajak kerja sama dan belajar.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran STAD pada siklus I sama dengan pelaksanaan siklus I yaitu diadakan
2 kali pertemuan
Berdasarkan hasil lembar observasi tersebut diperoleh
data seagai berikut :
Keaktifan =
Kemauan =
Kemampuan =
Tanggung Jawab =
Hasil analisis lembar observasi diatas menunjukkan
siswa sudah 94% lebih menunjukkan tingkah laku yang diharapkan dan memahami
peningkatan apabila dibandingkan dengan hasil observasi pada pertemuan I. Hal
ini dapat ditunjukkan yaitu pada saat pertama pneliti melakukan presentasi isi,
siswa sudah memperhatikan dan tertarik. Faktor yang menunjang lagi adalah
karena peneliti selalu memberikan imbauan, bimbingan dan penjelasan terhadap
materi yang siswa sulit untuk memhamai sebagai bekal dalam mengikuti tes dan
pada saat belajar kelompok. Ketertarikan siswa karena termotivasi dan telah
mempunyai rasa tanggung jawab untuk mensukseskan kelompoknya. Pada saat
kegiatan belajar kelompok telah tampak keseriusan siswa dalam mediskusikan
soal-soal yang ada pada lembar tugas, sehingga kegiatan belajar lancar.
Berdasarkan hasil observasi antara pertemuan I dan
pertemua II pada siklus II diatas, telah terjadi peningkatan pada setiap
indikator pengamatan tingkah laku siswa.
Untuk melihat prosentase tingkat ketercapaian hasil
observasi pertemuan I, pertemuan II dapat siklus II dan peningkatanya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
PROSENTESAE TINGKAT KETERCAPAIAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN I DAN II PADA SIKLUS II DAN PENINGKATNYA
Kategori
|
Tingkat
Ketercapaian
|
||
Pertemuan
I
|
Pertemuan
II
|
Peningkatan
|
|
Keaktifan
Kemauan
Kemampuan
Tanggung
jawab
|
89%
94%
97%
97%
|
94%
97%
87%
89%
|
7%
3%
10%
8%
|
Sumber : hasil lembar observasi siklus II diolah
Berdasarkan hasil analisis perhitungan ketercapaian
pembelajaran atas data observasi pertemuan I dan II pada siklus II ini dapat
disimpulkan bahwa yang dominan mengalami peningkatan tingkah laku yang positif
terhadap pembelajaran ekonomi dengan diterapkan model pembelajara STAD adalah
terdapat pada keaktifan siswa yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu 18%
dari indikator tingkah laku yang lain. Jadi prosentase tingkat ketercapaian
hasil observasi pada pertemuan I dan II pada siklus II, semua indikator pengamatan
dalam lembar observasi mengalami peningkatan. Adapun peningkatan tertinggi pada
siklus II ini adalah pad aaspke keaktifan siswa, dimana hal ini ditunjukkan
dengan keaktifan ssiwa dalam mengikuti pembelajaran ekonomi dengan menerapkan
strategi pembelajaran model STAD. Walaupun demikian masih ada beberapa siswa
yang menunjukkan sikap pasif sehingga berpengaruh pada hasil belajar. Kepasifan
tersebut karena mereka takut untuk bertanya dan terbiasa untuk belajar dari
mendengarkan ceramah dari guru.
Pelaksanaan tes I pada siklus II siswa terlihat
tertib dan serius dalam mengerjakan tes. Terlihat lebih dari separuh siswa
sudah selesai mengerjakan sebelum waktu yang ditentukan.setelah peneliti
melihat hasil tes yang mereka kumpulan sudah terlihat banyak yang benar, jadi
peneliti tidak mengulas kembali tes yang dikerjakan karena waktu yang terbatas.
4.3.3
Refleksi
Berdasarkan analisis terhadap observai dapat diketahui bahwa sebagai
siswa meras antusian saat presentasi ini berlangsung. Antusian dan ketertarikan
siswa terlihat dalam hal mengeluarkan pendapat dan betrnaya saat membeirkan
orientasi atau presentasi mengenai manfaat mempelajari materi koperasi
Indonesia serta saat peneliti memotivasi siswa dengan memperlihatkan pada
mereka nilai yang telah mereka peroleh saat pelaksanaan siklus I yang masih
terlihat jelek sehingga memunculkan dorongan kepada mereka untuk berusaha
meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan analisis terhadap hasil pekerjaan siswa, dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan soal-soal materi koperasi
Indonesia dengan baik. Pada mulanya pada siklus I siswa belum menguasai untuk
materi dengan baik walau sudah terlihat ada peningkatan nilai yang dicapai.
Untuk pelaksanaan tes pada siklus II dilaksanakan hanya 1 kali tes karena hasil
yang dicapai dari tes tersebut sudah menunjukkan nilai yang sesuai dengan
kriteria ketuntasan baik secara klasikal maupun secara individu. Oleh karena
itu peneliti memutuskan untuk pengadaan tes I dalam siklus II adalah tes
terakhir. Hasil analisis tes I dapat diketahui sudah sebagian siswa telah
memahami konsep dan soal-soal materi koperasi Indonesia dengan baik, yang
ditunjukkan dengan penurunan ketidaktuntasan siswa secara perseorangan dan
peningkatan hasil belajar secara klasikal lebih dari 58% yaitu mencapai 88,8%.
Hasil tes I menunjukan ada 5 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan sebanyak 39 siswa atau sebesar 48%
yang memperoleh nilai > 65
Untuk melihat analisis hasil ulangan tes I pada siklus II dapat dilihat
pada lampiran 20, sedangkan taraf ketercapaian ketuntasan secara klasikal pada
tes I siklus II. hasil akhir yang dicapai masih ada 5 siswa yang merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal karena kurang siap menghadapi tes dan mereka
sulit merubah kebiasaan belajar dengan mendengarkan penjelasan guru.
4.4
Pertemuan Penelitian
Berdasarkan pelaksanaan siklus penelitian, dimulai dari tindakan
pendahuluan sampai pada tindakan siklus yang meliputi 2 siklus diperoleh
beberapa temuan penelitian. Secara umum beberapa temuan penelitian yang
diperoleh dari hasil penelitian adalah :
1.
dari hasil tes pendahuluan dapat dilihat bahwa 34%
siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari yaitu memberikan contoh koperasi menurut jenisnya.
Hal ini dikarenakan siswa belum memahami dengan baik materi koperasi Indonesia
dan belum diajarkan sebelumnya.
2.
pada pelaksanaan siklus diikuti oleh 39 ssiwa. Tes
terakhir menunjukkan ketuntasan klasikal mencapai 74,4%. Dari 39 ssiwa tersebut
ada 10 orag yang masih mendapatkan nilai dibawah 65. berdasarkan hasil
wawancara dengan 2 orang siswa sebagai perwakilan siswa yang belum tuntas,
terdapat kesulitan yang dihadapi siswa yaitu kurangnya kesiapan dalam mengikuti
pembelajaran dengan model STAD, siswa masih cenderung takut dan malu bertanya
pada guru dan teman dalam kelompok selain itu mereka masih terlihat dalam masa
transisi. Kesimpulan yang diperoleh akhirya pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I belum berhasil maka penelitian dilanjutkan pada siklus II
3.
pada siklus II, tetap diikuti oleh 39 siswa dan hasil
pelaksanaan tes diperoleh ada 5 ssiwa yang belum tuntas belajarnya, sedangkan
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 88,8%. Hasil kegiatan pembelajaran
pada siklus II ini menjadi lebih baik yang ditunjukkan semakin aktifnya siswa
dalam berargumentasi dan bekerja sama.
4.
pada presentasi kelas, siswa lebih berani mengemukakan
keinginannya untuk bertanya jika belum paham dengan materi dan prosedur
pelaksanaan diskusi. Kesulitan yang tampak pada sebagia kecil siswa terhadap
materi terdapat pada cara membedaka jenis-jenis koperasi berdasarkan unit dan
usaha koperasi.
5.
pelaksanaan kegiatan pada siklus I siswa masih
cenderung belajar menerapkan peran dan diskusi, adanya salah satu anggota
kelompok yang pendidikan karena merasa takut salah dan masih kurang akrabnya
mereka dalam satu kelompok. Hal ini bisa ditolelir oleh peneliti pada pertemuan
berikutnya. Pada siklus II sudah terlihat siswa duduk sesuai kelompoknya
masing-masing tanpa gaduh karena mereka sudah terbiasa belajar pelajaran
ekonomi dengan berkelompok sesuai permintaan peneliti. Dengan kesiapan ssiwa
sebelum pelajaran dimulai membuat pelaksanaan pembelajaran yang peneliti
terapkan berjalan lancar dan siswa sudah bisa dikondisikan. Saat belajar
kelompok, siswa aktif dalam mempelajari dan mendiskusikan soal-soal yang ada
pada lembar tugas sehinga tampak adanya kerjasama antara mereka untuk
bersama-sama berusaha memahami materi. Keaktifan ssiwa ini muncul akibat dari
motivasi yang diberikan peneliti tanpa pengumuman nilai yang telah dicapai
yaitu masih banyak yang dibawah nilai 65 sehingga mereka berupaya memperbaiki
nilai. Hal ini memotivasi poin tertinggi yang dapat disumbangkan untuk
menunjang keberhasilan kelompok masing-masing
6.
hasil analisis tes I dan II pada siklus I, diketahui
bahwa rata-rata kesalahan yang dilakukan siswa dikarenakan mereka kurang
memahami dan mengerti maksud soal sehingga pekerjaan siswa kurang sempurna.
Merasa kesulitan memahami dan menghafal materi jenis-jenis koperasi.
7.
dari hasil analisis tes I dan tes II pada siklus
diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 34% untuk tes I dan 74,4% untuk tes II.
hal ni menunjukkan bahwa peenrapan pembelajaran model STAD pada siklus I belum
berhasil. Karena pada siklus I belum berhasil maka penelitian melanjutkan
tindakan ulang tahap II pada siklus II. hasil analisis tes I pada siklus II
diperoleh ketuntasan secara klasikal sebesar 88,8%. Dari hasil tes I
menunjukkan siswa telah mencapai hasil diatas kriteria ketuntasan maka peneliti
mengambil hanya 1 kali tes. Dengan keberhasilan siswa pada tes I menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif model STAD telah berhasil dan telah dapat membawa
siswa pada hasil belajar yang semakin meningkat yang ditunjukkan dengan adanya
ketuntasan secara individu dengan nilai rata-rata > 65 dan secara klasikal > 85%
ketercapaian
8.
hasil wawancara terhadap 2 siswa dapat diketahui bahwa
emreka yang kurang aktif dalam kegiatan belajar kelompok karena belum terbiasa
belajar bersama teman yang bukan teman akrabnya dan salah satu faktor pendukung
kurang aktifnya siswa yang tidak membawa buku pegangan dan sulitnya siswa
mengubah kebiasaan belajar dengan mendengar ceramah guru.
Berdasarkan penemuan dari fakta yang diperoleh dalam penelitian tindakan
kelas diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnnya siswa merasa senang dan
tertarik belajar dengan mengikuti penerapan model pembelajaran STAD karena
dapat dengan mudah menghafalkan materi, saling bekerja sama dalam memcahkan
soal-soal yang mereka anggap sulit dan menambah keakraban antar teman.adanya
pelaklsanaan tes yang terjadwal membuat siswa mempunyai waktu untuk belajar
dalam rangka menghadapi tes. Adanya pemberian hadiah pada kelompok yang
mendapatkan krietria sebagai kelompok terbaik membuat semua siswa dalam kelas
berlomba-lomba dan bertanggung jawab untuk keberhasilan dirinya sendiri dan
kelompok. Keberhasilan individu dapat memberikan sumbangan keberhasilan pada
kelompoknya.
4.5
Pembahasan
Upaya peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti pada mata
pelajaran ekonomi pokok bahasan Koperasi Indonesia di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo
pada akhirnya berjalan lancar dan berhasil, meskipun pad awal pembelajaran
suasana kelas tampak masih dalam taraf latihan untuk siswa mengikuti
pembelajaran yang peneliti terapkan. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa
belajar dengan pengaturan tempat duduk yang melingkar sesuai dengan kelompoknya
masing-masing. Namun dengan adanya, kerja keras dan bimbingan yang diberikan
peneliti dengan guru, hal ini dapat ditolelir.
Pada saat pelaksanaan siklus I yang diawali dengan presentasi isi siswa
masih terlihat aktid bertanya mengenai langkah-langkah pembelajaran dan materi
yang sedang dipelajari dalam kelompok. Dengan bantuan guru peneliti kahirnya
bisa melakukan tindakan pada tahap pertama. Tindakannya dilakukan selain
menerapkan pembelajaran dengan model STAD, peneliti juga memberikan motivasi
dan sedikit bekal materi untuk dipelajari dalam kelompok. Suasana presentasi isi pada siklus II siswa
tampak lebih aktif menyampaikan ide dan bertanya tentan materi yang mereka
anggap sulit. Siswa lebih aktif dikarenakan mereka sudah meulai terbiasa
belajar dengan mengikuti anjuran peneliti dan mengerti mengenai manfaat secara
umum dari mempelajari koperasi Indonesia adalah mereka mengetahui antara badan
usaha yang berorientasi pada keuntungan untuk perorangan atau golongan dan
bertujuan untuk mensejaterahkan anggota.
Pada saat kegiatan kelompok berlangsung, semakin lama siswa terlihat
antusias dan aktif dalam melakukan diskusi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan dibandingkan dengan awal pelaksanaan kegiatan kelompok pada siklus I.
Hal yang membuat siswa tidak berhasil dalam belajar pada siklus I karena siswa
masih terlihat enggan untuk bertanya pada teman satu kelompok yang mereka belum
kelihatan akrab namun dengan seiring waktu, bimbingan dan penerapan
pembelajaran yang diterapkan secara maksimal oleh peneliti maka hal ini dapat
diantisipasi. Selain itu peran siswa sebagai penulis ada pada beberapa konsep
jawaban siswa dalam kelompok membuat anggota lain tidak mempunyai kosep jawaban
hasil diskusi sehingga mereka banyak yang tidak mempunyai bahan yang penting
untuk dipelajari sebelum tes. Hal ini dapat ditolelir peneliti pada pelaksanaan
siklus II. kegiatan kelompok selain siswa harus menjalankan perannya
masing-masing, juga dianjurkan setiap anggota kelompok mencatat sendiri-sendiri
hasil diskusi atas soal-soal yang diberikan dalam lembar tugas.
Dalam rangka menuntaskan materi secara kelompok, dalam siklus II telah
terlihat ssiwa menjalankan perannya dengan baik yang ditunjukan oleh ssiwa
dengan kemampuan tinggi berusaha memberikan penjelasan kepada temannya yang
belum dapat memahami materi. Mereka saling berusaha agak kalompoknya
mendapatkan penghargaan dan mendapatkan predikat sebagai kelompok terbaik.
Pelaksanaan tes pada siklus I siswa masih merasa kesulitan dan ada yang
berusaha bertanya kepada teman satu bangku. Berdasarkan hasil tes I terdapat 10
siswa yang tidak tuntas belajar sehingga ketuntasan klasikal yang diperoleh
adalah 64,4%. Poin perkembangan yang dipersembahkan siswa terhadap kelompoknya
sudah menunjukkan perkembangan yang baik, bila dibandingkan dengan tes
pendahuluan sebagai skor dasarnya. Kelompok yang mempunyai poin perkembangan
terbaik ada 5 kelompok yaitu kelompok V, VI, VII, VIII, IXI, sehingga kelima
kelompok tersebut mendapatkan penghargaan sebagai kelompok “terbaik”
Hasil analisis dari tes II terdapat 10 siswa yang belum tuntas , sehingga
mencapai ketuntasan klasikal sebesar 88,8%. Antara tes I dan II maih memberikan
hasil belajar berada dibawah kriteria ketuntasan klasikal walau terlihat sudah
ada peningkatan sebesar 14%. Hasil analisis tes I pada siklus II terdapat 5
siswa yang tidak tuntas sehingga ketuntasan klasikal mencapai 88,8%. Poin
perkembangan yang dicapai pada hasil analisis tes I apabila dibandingkan skor
dasarnya tes pendahuluan cukup bagus dan semua kelompok memiliki tingkat
penghargaan yang sama yaitu sebagai kelompok ‘Terbaik’ kecuali kelompok I dan
VII sebagai kelompok kriteria ‘baik’. Pemberian poin perkembangan pada tes I siswa
cenderung menurun apabila dibandingkan dengan skor dasarnya yaitu tes II
(siklus II), sehingga berakibat tingkat penghargaan pada tes I hanya ada 2
kelompok yang mendapatkan tingat penghargaan ‘Terbaik’ (kelompok IV dan IXI)
Poin perkembangan siswa pada siklus I diberikan berdasarkan seberapa
ebsar skor mereka melampoi atau menyamai skor dasar siswa pda tes yang lalu.
Dalam penelitian ini skor dasar pada tes I ditetapkan dari skor dasar siswa
pada saat pendahuluan, sedangkan skor dasar pada tes II diambil berdasarkan
skor siswa pada tes I. Sedagkan untuk siklus II
pemberian poin perkembangan diberikan berdasarkan pada skor dasar tes
pendahuluan dan skor dasar tes II (siklus II)
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II,
menunjukkan bahwa setelah pembelajaran model STAD diterapkan, siswa merasa
terbiasa dan senang belajar dengan cara berkelompok dan termotivasi untuk
selalu menemukan suatu konsep dengan saling berinteraksi dengan teman satu
kelompok. Sedangkan mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes materi
Koperasi Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, siswa cenderung kurang
teliti, kurang bisa membedakan materi tentang jenis-jenis koperasi berdasarkan
unit usaha dan usaha koperasi itu sendiri.
Pembelajaran model STAD ini membutuhkan kemampuan guru untuk bisa mengola
kelas dengan baik, karena titik kesulitan awal penerapan guru model
pembelajaran STAD ini adalah saat pengaturan kelas menjadi beberapa kelompok
kecil yang membuat siswa ribut pindah tempat duduk. Oleh karena itu kesiapan
dan kematangan materi yang diterapkan harus tepat.
Berdasarkan pembahasan diatas, hasil kegiatan pembelajaran pada siklus II
menjadi lebih baik dari pembelajaran pada siklus I. Penerapan pembelajaran
model STAD berhasil meningkatkan kemampuan dan meningkatkan keaktifan siswa
sebesar 96% menumbuhkan kesadaran untuk selalu menegakkan kerjasama dalam
memcahkan permasalahan secara bersama-sama sehingga terwujud rasa sosial yang
tinggi antar teman dalam sekolahan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran model
STAD dalam proses pembelajaran, hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi
pokok bahasan Koperasi Indonesia kelas XI IPS 1 semester 2 tahun 2005/2006 di
SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo meningkat. Hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi
standart keberhasilan yaitu > 85% ketuntasan klasikal, walaupun pada
siklus I hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal masih dibawah
standart ketuntasan. Perolehan nilai pada siklus I mengalami sedikit
peningkatan. Jadi sebagian besar siswa kelas XI IPS 1 sudah memahami materi
Koperasi Indonesia.
Hasil analisis data observasi siswa menunjukkan prosentase ketercapain
tingkah laku yang positif terhadap pembelajaran ekonomi dengan menerapkan
pembelajaran model STAD terus meningkat sampai 97% ketercapaian. Adapun
peningkatan terbesar terdapat pada indikator keaktifan sebesar 15% dari
indikator pengamatan yang lain. Keaktifan siswa ditunjukkan dalam mengikuti
pembelajaran ekonomi, aktif menjalankan peran dan berlomba-lomba mewujudkan
kelompok kesuksesan bersama.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan pembelajaran model STAD
pada siswa kelas XI IPS 1 semester 2 SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo, maka saran
yang dapat diberikan adalah :
1.
Guru hendaknya menerapkan pembelajaran dengan model
STAD ini dalam pembelajaran IPS khususnya mata pelajaran ekonomi sebagai
alternatif pembelajaran dikelas.
2.
Untuk mewujudkan kerja kelompok yang efektif dan
berdampak pada peningkatan hasil belajar, seharusnya guru menerapkan strategi
pembelajaran STAD dengan sungguh-sungguh karena pelaksanaan prosedur model STAD
dengan benar akan memungkinan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Daftar Pustaka
Aisyah, Nyimas. 2000. Mengembangkan Aktivitas
Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif. Dalam
Jurnal Penelitian. Sumatra : FKIP Universitas Sriwijaya
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
As’ari, Rahman. A. 2000. Sekilas Tentang
Pembelajaran Kooperatif. Malang : UNM
Badeni. 2002. Cooperative Learning Dalam Konteks
Pencapaian Tujuan Mata Pelajaran Sosial SMU. Bengkulu : FKIP Universitas
Bengkulu
Cooper, et al. 1999. Classroom Teaching Sklills edisi
9. virigina. University of virgina.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan SMU GBPP
kela I. Jakarta
Dirjen Dikti depdiknas. 1996. Kurikulum Sekolah
Lanjutan Tingkat I SLTP. Jakarta Proyek peningkatan SLTP
Djamarah, Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta :Rineka Cipta
---------,2002. Psikologi Belajar. Jakarta
Grasindo
---------,2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : rineka cipta
Djamali. 2001. Pengguna STAD Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kalkulus Dalam Teknobel. Jember IKIP PGRI
Hadjar, Ibnyu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta PT. Raja Grifindo Persada
|
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif Surabaya :
UNESA
Irawan, Prasetya. 2001. Evaluasi Proses Belajar
Mengajar. Jakarta : UT Departemen Pendidikan Nasional
Lie, A. 2002. Cooperative Learning.
Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang. Jakarta : Grasindo
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta
Marzuki. 2003. Metodologi Riset. Jakarta :
BPFE UII
Mudjiono, dimyati. 2000. Belajar Dan Pembelajaran.
Jakarta : rineka cipta
Nasution. 2003. Metodologi Research. Jakarta
: Bumi Aksara
Pambudi, DS. 2000. Tren Dalam Pembelajaran
Matematika. Dalam jurnal saintifika (vol. 3 No. 1). Jember UNEJ
Rusdi dan AleXIson. 1998. Aplikasi Cooperative
Learning Model STAD Pada Pengajaran Matematika Di SD Dalam Laporan Penelitian.
Bengkulu Universitas Bengkulu.
Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Rejama Rosdakraya.
Sunardi, dkk. 2001. Penyusunan Proposal Dan
Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Jember
: YPLD2 Jember.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSM
Winataputra. 2001. Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Jakarta : Universitas Terbuka
Zuriah, Nurul.2003. Penelitian Tindakan
Pendidikan Dan Sosial. Malang Bayumedia Publishing.
|
Lampiran : 1
TES PENDAHULUAN
Jawablah
pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1.
Sebutkan tujuan Koperasi Indonesia
2.
Sebutkan 2 hal yang menjadi hak dan kewajiban anggota
Koperasi Indonesia !
3.
Sebutkan tugas dan wewenang pengurus Koperasi Indonesia
!
4.
Sebutkan 2 kebijakan pemerintah dalam upaya melakukan
pembinaan Koperasi Indonesia !
5.
Siapakah yang berhak membubarkan Koperasi Indonesia !
|
Lampiran : 2
SOAL
TES I (SIKLUS I)
I.
Lengkapilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1.
Koperasi yang anggotanya orang seorang tersebut……………
2.
Keseluruhan organisasi koperasi yang bersifat terpadu
tersebu……………
3.
Tujuan Koperasi Indonesia adalah………….
4.
Kekuasaan tertinggi dalam koperasi ada ditangan…………..
5.
Simpanan yang dibayar selama menjadi anggota koperasi
disebut…….
II.
Jawablah pertayaan di bawah ini dengan singkat !
1.
Sebutkan hak dan kewajiban anggota koperasi 1
2.
Hal-hal apa saja yang harus tercantum dalam anggaran
dasar koperasi !
3.
Hal-hal apa sajakah yang dibicarakan dalam rapat
anggota !
4.
Sebutkan tugas pengurus koperasi !
5.
Sebutkan tugas pengurus koperasi !
|
Lampiran : 3
SOAL
TES II (SIKLUS II)
I.
Lengkapi pertanyaan di bawah ini !
1.
Berdasarkan jenisnya, Koperasi Indonesia dibedakan
menjadi…………
2.
Keanggota Koperasi Indonesia bersifat sukarela dan
terbuka artinya ……..
3.
Rapat anggota minimal dilaksanakan ……..tahun sekali
4.
Laporan pertanggung jawaban pengurus dalam melaksanakan
tugas dilakuan oleh………..
5.
Apa saja yang menjadi tugas pengurus Koperasi adalah
………
II.
Jawablah pertanyaan berikut ini !
1.
Apa yang dimaksud dengan koperasi primer dan sekunder ?
2.
Jelaskan tujuan secara umum dan secara khusus ?
3.
Ada 2 jenis koperasi menurut unit usahanya, sebutkan !
4.
Jelaskan pengertian SHU (Sisa Hasil Usaha) !
5.
Siapakah yang ebrhak membubarkan Koperasi ?
|
Lampiran : 4
SOAL
TES I (SIKLUS II)
I.
Lengkapilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1.
Apa yang menjadi syarat berdirinya koperasi ………
2.
Sebutkan bentuk-bentuk Koperasi Indonesia adalah ………..
3.
Yang dimaksud Kuorum dalam rapat koperasi adalah ………
4.
Sumber Model Pinjaman Koperasi Indonesia berasal dari
………
5.
Rapat anggota minimal diadakan selama …………..
II.
Jawablah pertanyaan berikut ini !
1.
Jelaskan pengertian koperasi konsumsi dan koperasi
produksi !
2.
Jelaskan mengenai asas Koperasi Indonesia !
3.
Mengapa lembaga gerakan koperasi bukan merupakan badan
usaha koperasi ?
4.
Bilamana rapat anggota dikatakan sah ?
5.
Sebutkan kebijaksanaan pemerintah dalam melakukan
pembinaan koperasi ?
|